Kimberly masih termenung di kamar, duduk di kursi meja rias, sambil memandang gaun cantik nan eleghant itu.
"Gaun itu, Josevan yang membelinya untukmu. Onti hanya memilihkan design nya saja. Josevan ingin kau mengenakannya saat menghadiri konser nanti. Ia menyiapkan segalanya untukmu," begitu kata Onti tadi. Sebelum pergi bersama Uncle Jack untuk mengunjungi Merla sekitar satu jam yang lalu.
Dihelanya nafas dalam-dalam. Josevan! Sebutnya dalam hati. Apa yang sebenarnya terjadi? Batinnya lagi lirih. Lalu Kimberly menyisir rambutnya. Mencoba melepaskan beban hati dan pikirannya. Sebentar lagi Josevan datang menjemputnya untuk mengunjungi Merla sore ini, seperti katanya kemarin.
Kimberly sebenarnya sudah siap sejak tadi bahkan memang sejak tadi pagi sudah berniat ke rumah sakit. Tapi akhirnya ia membatalkannya. Karna Kimberly masih belum bisa move on dari percakapannya dengan Onti tadi pagi. Segala rasa masih berkecamuk di hatinya sampai kini, demi mendengar kenyataan-kenyataan yang Onti lontarkan. Kimberly kemudian menyudahi sisiranya. Rasanya malas sekali berlama-lama di depan cermin. Ingatannya kembali berkutat tentang Velicia!
Dihelanya lagi nafasnya yang seakan sesak tiba-tiba. Kenyataan yang baru saja diketahuinya, bahwa sesungguhnya Velicia sudah tiada! Bahkan sudah sejak satu tahun lalu! Entah mengapa, meski belum pernah secara langsung bertemu tapi Kimberly merasa pernah mengenalnya. Dan hatinya begitu sedih. Ternyata sejak awal Merla menyebut nama Velicia, sosok wanita baik itu hanya hidup dalam bayangan Kimberly saja! Akh!
Dan sosok itu seolah terlanjur hidup dan tengah menjalin kisah cinta yang bahagia dengan Josevan. Pria tampan itu! Selama ini dimatanya begitu menunjukkan rasa cinta yang luar biasa kepada wanitanya yaitu Velicia. Dan semua itu terangkai seolah begitu sempurna! Membuat Kimberly menutupi cinta yang terlanjur tumbuh itu. Sekuat tenaga, meski pedih dan terasa sakit! Tapi Kimberly mencoba tulus menerima bahwa belum saatnya ia bahagia. Dan rasa cinta itu harus membeku dalam hatinya! Sampai pada akhirnya, Kimberly merasa mantap untuk pergi! Membawa cintanya yang beku untuk kembali pulang ke negrinya! Menjalani kembali hari-harinya tanpa cinta, tanpa kekasih. Sungguh, Kimberly sudah merasa keputusan itu yang terbaik! Dan sebenarnya Kimberly sudah memesan tiket pesawat untuk lusa secara diam-diam tanpa Onti tau. Baru akan Kimberly utarakan nanti malam. Tapi.... kini Onti tau dan melarangnya pergi...
Kimberly pun tak kuasa menahan air matanya. Apakah yang sesungguhnya terjadi ini?!.. Kimberly menangis, hatinya terasa pilu. Seandainya Merla tidak sakit! Mungkin ia sudah pergi sejak kemaren, sehingga tidak harus mendengar kenyataan yang justru membuatnya kembali berkutat dengan kesedihan. Ya, kesedihan! Gaun nan cantik itu dan rahasia besar dibalik konser Symphony Orchestra itu! Sungguh membuat Kimberly kesulitan memahami. Seperti melihat setitik cahaya cinta namun Kimberly begitu takut mendekatinya! Mungkinkah cinta yang sudah nyaman dalam kebekuan ini dapat kembali merasakan kehangatan?! Dan mencair tiba-tiba?! Entahlah... Kimberly sepertinya lebih nyaman pergi dengan membawa cinta yang terlanjur tumbuh itu dari pada harus kembali kecewa dan terluka karna cinta!
Kimberly lalu menyeka air matanya. Dihelanya kembali nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, mencoba menguatkan hati dan menenangkan pikirannya. Lalu Kimberly bangkit dari kursi riasnya. Dan baru saja melangkah hendak nenuju ke bawah...
Dentingan piano terdengar... begitu menghanyutkan dan menggetarkan hatinya. Tak tau lagu apa namun Kimberly sangat menikmatinya.
Dituruninya tangga perlahan. Dilangkahkan kakinya mendekati suara dentingan dimana sang pemain piano itu berada.
Josevan, pria tampan itu seperti menyadari kehadiran Kimberly, lalu ia menyudahi permainannya. Josevan membalikkan tubuhnya kemudian berdiri dan mendekati Kimberly.
Kimberly masih terpaku di tempatnya berdiri.
Sungguh, di setiap perjumpaan, pria itu selalu menggetarkan hati Kimberly. Penampilannya segar dan berkelas. Sikapnya yang tenang. Gerak tubuhnya yang tegas dan tegap itu, tubuh atletisnya, wajah tampannya, alis tebalnya, mata birunya, rambut klimisnya, semua membuat Kimberly terpesona...!
Namun mengapa mata Kimberly tiba-tiba kembali berkaca?! Kimberly pun tak mengerti mengapa ia sedih dengan situasi ini...!
"Kita berangkat sekarang, Kimberly?" Tanya Josevan dengan tatapan yang meluluhkan itu.
Kimberly mencoba tersenyum lalu mengangguk.
Di perjalanan Kimberly hanya terdiam dan tertunduk. Dan Josevan tak mengusiknya.
Sampai di suatu tempat, Josevan menghentikan mobil sport mewahnya.
Kimberly terkejut. "Ini bukan rumah sakit, Josevan?!" Katanya panik.
"Kita akan mengunjungi Merla bukan?!" Matanya menatap Josevan tak mengerti. "Aku mengkhawatirkan Merla, Josevan! Please antar aku ke rumah sakit!" Pinta Kimberly.
"Percayalah Kimberly, Merla akan baik-baik saja bersama Onti, Uncle Jack dan Suster Mery. Kau tau mereka sangat perduli dan menyayangi Merla."
"Tapi Josevan..."
"Bicaralah, Kimberly. Apa yang mengusik hatimu? Aku menangkap kesedihan di wajahmu?"
Kimberly tersentak. Tak menyangka Josevan mengetahui kegelisahannya.
Josevan menatapnya begitu dalam.
Kimberly tertunduk. Ragu.
"Aku akan bicara Josevan. Tapi tidak sekarang. Aku ingin kita ke rumah sakit sekarang, please," ujar Kimberly berharap Josevan mengerti.
"Baiklah jika kau masih tak ingin membicarakannya. Tapi mungkin berita ini akan menghiburmu, Kimberly," ujar Josevan mengundang rasa penasaran Kimberly.
Kimberly menoleh. Menatap Josevan penuh tanya.
"Siang tadi aku menjemput Crusita. Dokter menyatakan Crusita telah sembuh, Kimberly."
"Benarkah?!" Mata Kimberly berbinar bahagia.
Josevan memberikan senyum dan anggukan yang menegaskan.
Kimberly tersenyum lebar matanya berkaca-kaca haru. Kabar yang sungguh luar biasa! Tentu saja membayangkan gadis kecil itu sembuh adalah doa dan harapannya. Kimberly sangat senang dan terharu. Sungguh, ini keajaiban! Ingin rasanya ia memeluk Josevan. Meluapkan rasa sukur dan bahagianya seraya membisikan ucapan trima kasih padanya. Tapi itu hanya di angannya saja!
Betapa baik kau Josevan. Kau begitu sibuk tapi kau masih mau mengurusi anak-anak itu, ucapnya dalam hati. Kimberly semakin mengagumi Josevan dalam hatinya.
Tapi... Tiba-tiba Kimberly kembali menyadari. Meskipun kini Velicia telah tiada namun cinta Josevan tetaplah milik wanita baik itu. Membuat rasa itu seakan terbatasi. Membuat rasa yang ada seolah bukanlah miliknya. Kecuali cinta yang harus membeku! Akh!
Josevan lalu kembali melajukan mobil sport mewahnya menuju rumah sakit mengunjungi Merla.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
FROZEN LOVE & Symphony Orchestra
Short StoryKimberly begitu terluka ketika kekasih yang begitu dicintainya, tiba-tiba saja memutus cintanya dan bertunangan dengan wanita lain. Saat pertunangan itu, Kimberly tidak berkenan datang meskipun tersampaikan undangan untuknya. Ia memilih pergi...