Begitu tiba di Panti Asuhan.
Kimberly tak kuasa menahan air matanya....
Merla memperkenalkan teman-temannya. Mereka berusia kira-kira mulai dari 5 tahun sampai 15 tahun. Mereka begitu ceria dan seolah tanpa beban dan masalah. Padahal apa yang Kimberly lihat begitu membuatnya sedih dan miris...!
Anak-anak itu tidak hanya tanpa orang tua, tapi juga ada beberapa diantara mereka distabilitas (ada yang memakai kursi roda karna lumpuh, ada yang memakai penyangga kaki, ada yang tidak bisa melihat, ada yang tidak bisa mendengar/tuna rungu, ada yang tidak bisa bicara/tuna wicara ), dan yang paling membuat Kimberly meneteskan air mata adalah saat berjumpa dengan seorang anak bernama Crusita yang diberitahukan Suster Mery bahwa ia sudah mendapat vonis dari dokter.
Tapi lihatlah ia begitu semangat sambil bercanda tawa dengan beberapa anak yang lain menghias ruangan besar yang akan dipakai untuk acara Natal besok. Seolah ia tidak bersedih dengan apa yang dialaminya bahkan terkesan tidak takut dengan hal apapun. Termasuk hari esok yang terbatas untuknya.
Saat berhadapan dengan gadis kecil itu. Menatap matanya yang bening dan polos itu. Sungguh, Kimberly bergetar. Tak kuat lagi menahan air mata itu.
"Jangan menangis, Kimberly. Aku baik-baik saja. Aku tau Tuhan sangat baik. Jika Ia datang menjemputku. Dia pasti tidak ingin menyakitiku. Justru Ia akan membawaku dengan lembut kedalam dekapan kasihnya yang sangat nyaman... Tapi aku yakin, Tuhan akan menyembuhkan aku..," tutur gadis kecil sebaya Merla yang kepalanya sudah tak berambut lagi itu dengan senyum. Seolah gadis itu tau apa yang membuat Kimberly menangis ketika berhadapan dengannya.
Kimberly tertunduk. Air matanya menderas. Terdiam berkutat dengan penguasaan dirinya. Sulit! Namun sekuat tenaga ia segera berusaha mengangkat wajahnya dan tersenyum, mengangguk sambil menghapus air matanya. Seusia itu, sudah begitu bijak menghadapi kondisinya, batin Kimberly penuh kekaguman sekaligus keprihatinan.
Untunglah kemudian Merla menggandeng Crusita duduk di sebuah kursi yang didepannya ada pernik-pernik untuk membuat hiasan Natal di atas sebuah meja. Lalu dua temannya menghampiri mereka.
Kimberly menghela nafas panjang, kembali menegarkan dirinya.
"Crusita apa ia tinggal di sini, Suster Mery? Tidakkah seharusnya ia mendapatkan perawatan yang lebih intensiv?" Tanya Kimberly seraya menghapus air matanya lagi.
"Kau benar, Kimberly. Crusita dulu tinggal di sini. Satu kamar dengan Merla, ia sahabat baik Merla. Lalu sejak satu tahun lalu, sejak diketahui sakitnya dan dokter memvonisnya. Terpaksa ia dipindah di yayasan rumah sakit itu. Letaknya sangat dekat dari sini. Dan hari ini, dokter memperbolehkan ia ke sini, tapi hanya sebentar. Sebetulnya kondisinya sudah sangat baik. Lagi pula ia tampak lebih sehat karna rasa bahagianya bisa berkumpul bersama teman-temannya," jelas Suster panjang lebar.
Sungguh, hati Kimberly luluh lantah rasanya. Ada rasa malu dengan dirinya. Begitu bersedih begitu terpuruk hanya karna cinta yang terhianati! Begitu sibuk dengan cinta yang ingin didapat untuk dirinya. Begitu sibuk dengan mengasihani diri sendiri karna cinta yang terenggut! Karna pria yang memang tak memilihnya! Akh! Untuk apa?! Bercermin dengan apa yang terjadi di depannya kini, Kimberly merasa harus mengubah diri. Lebih banyak mensyukuri ketimbang terus meratapi...!
"Suster Mery, sudah waktunya Crusita kembali," ujar seorang suster yang membawa kursi roda untuk Crusita.
Suster Mery mengangguk. Suster perawat Crusita pun menghampiri Crusita. Lalu semua termasuk Kimberly, melepas Crusita dengan sejuta pelukan dan ucapan kasih yang menyemangati dan mengatakan Crusita harus datang besok sore diperayaan Natal. Lambaian pun tak henti sampai kursi roda itu tak tampak lagi di ruang luas itu.
Kimberly pun teringat apa yang dikatakan Josevan tentang kondisi Merla. Lalu ia pun membujuk Merla untuk istirahat.
"Baiklah Kimberly." Merla menurut. "Tapi aku ingin hanya kau yang mengantarku ke kamar. Suster Mery tidak usah ikut," pinta Merla.
Suster Mery menyepakati.
Kimberly lalu mengantar Merla ke kamarnya. Dan Kimberly tertegun sesaat mengagumi kamar itu.
Kamar yang cantik namun simple. Bernuansa hijau, bersih, dan sangat nyaman.
Merla naik ke tempat tidurnya. Lalu duduk bersandar.
Kimberly menarik selimut untuk Merla. Lalu duduk di tepi ranjang menghadap Merla.
"Apa kau lelah?" Tanya Kimberly khawatir. Sebab Merla agak murung.
"Tidak. Aku baik-baik saja Kimberly. Justru aku senang sekali kau ada di sini."
"Lalu kenapa wajahmu tampak murung dan sedih?"Kimberly menatap cemas. Sambil menggenggam tangan Merla lembut.
Merla menggeleng. "Kau jangan cemas Kimberly. Dengan kau ada bersamaku aku merasa lebih baik."
Kimberly menghela nafas dalam lalu tersenyum. "Baiklah kalau begitu," ujarnya lega.
Tiba-tiba matanya menagkap sebuah foto di bingkai kecil yang terletak di atas meja di sudut kamar itu. Kimberly lalu menghampiri dan menatap foto itu. Seorang wanita cantik! Entah mengapa tiba-tiba Kimberly merasa terharu. Mungkinkah....???
"Foto siapa ini, Merla?" Tanya Kimberly akhirnya dengan mata berkaca-kaca dan sedikit bergetar memegang bingkai foto itu.
"Itu foto Velicia."
"Dia sangat cantik, seperti yang kau katakan," ujar Kimberly kagum. Air mata itu ditahannya. Diulasnya senyum sambil menatap foto itu lagi lalu meletakkannya perlahan di atas meja.
"Ya.., Velicia dan kau sama-sama cantik. Tapi sesungguhnya kau jauh lebih cantik, Kimberly. Velicia bisa secantik di foto itu karna ia bermake up. Tapi kau, tanpa make up pun kau sangat cantik dan kulitmu bagus sekali. Mungkin karna kau terlahir dari keluarga kaya, jadi kau sangat terawat. Sedang Velicia sama sepertiku, berasal dari panti asuhan tanpa papa mama."
Kimberly terhenyuh mendengar penuturan Merla. Ia sedih dan prihatin. Namun juga terkejut. Tak menyangka Velicia pun berasal dari sebuah panti asuhan!? Ah, betapa Kimberly semakin mengagumi, sosok itu... yang namanya seolah selalu terngiang di telinga dan kini fotonya sudah jelas di depan mata, namun wanita itu belum juga dijumpainya.
"Apa dia sebayaku?"
"Sepertinya tidak, kau jauh lebih muda, Kimberly. Mengapa kau seperti ingin tau tentangnya..?"
"Tentu saja aku ingin tau... Beberapa kali kau menyebut namanya. Kau bahkan pernah bilang akan menceritakan tentangnya. Hal itu membuatku penasaran, Merla. Bahkan aku ingin sekali berkenalan dengannya.."
Merla tampak terkejut.
"Kau ingin mengenalnya?!"
"Ya."
"Tapi.., kau terlambat kimberly. Velicia sudah pergi! Ia tengah berlibur kini. Sebenarnya aku kecewa ia pergi... karna aku begitu merindukannya..." Merla terlihat begitu sedih.
Kimberly memeluk dan mengelus rambut Merla. Merla sepertinya begitu menyayangi Velicia. Mungkin juga karna terbiasa bersama. Mungkin juga karna Merla begitu bergantung pada Velicia. Padahal, sebentar saja Velicia berlibur, gadis kecil itu sudah merasa begitu kehilangan dan bersedih, pikir Kimberly. Dibiarkannya Merla menangis dipelukannya.
"Untung kau datang Kimberly. Kau sangat berbeda, tapi entah mengapa justru aku begitu mudah menerimamu. Aku bahkan sangat menyayangimu kini.."
Kimberly menghela nafas dalam. Ditatapnya wajah Merla yang mungil dan cantik itu. Dihapusnya air mata gadis kecil itu dengan kasih.
"Aku mengerti kesedihanmu Merla. Tapi tak perlu sampai menguras keceriaanmu, bukan?! Ingat kau harus menjaga dirimu sendiri agar kau baik-baik saja. Dan besok kau bisa mengikuti acara Natal dengan baik. Aku yakin, Velicia sebelum pergi berlibur pasti sudah memikirkan semuanya. Kau dan teman-temanmu semua. Pasti ada pesan yang ia sampaikan, bukan?! Dan pastinya menjaga dirimu dengan baik. Biarkan Velicia pergi berlibur dan bersenang-senang. Jangan kau bebani dengan kesedihanmu..."
"Kau benar, Kimberly. Mungkin ini baik untuknya. Kau tau? Sejak aku mengenalnya, ia orang yang sibuk membuatku tersenyum, membuat teman-temanku tersenyum. Ia adalah gadis cantik penuh cinta. Hari-harinya sibuk memberikan cinta untuk orang lain. Terutama anak-anak sepertiku, dan teman-temanku. Seolah tanpa lelah ia ada di rumah sakit untuk menguatkan bahkan menolong teman-temanku untuk sembuh. Aku salah satu yang ditolongnya dari rasa putus asa dan tidak percaya diri karna seringkali merasa dibulli teman-teman sekolahku dulu. Dia membuatku mempunyai kekuatan lagi untuk bangkit. Membuatku merasa berarti dan percaya diri.
Dan.., kulihat dia memang sangat lelah dan butuh istirahat. Sungguh ia seperti malaikat cantik yang penuh cinta.
Uncle Josevan sangat mencintainya. Dia membuatkan panti asuhan ini untuknya. Bahkan konser amal nanti adalah untuk mewujudkan keinginan dan harapan Velicia sejak lama. Velicia ingin memberikan hasil dari konser itu untuk merka yang membutuhkan biaya dan pertolongan. Untuk anak-anak yang sakit, untuk anak-anak distabilitas, untuk anak-anak tak memiliki papamama sepertiku dan banyak lagi..."
Tak ada kata yang terucap. Kimberly meneteskan air mata mendengar penuturan Merla. Angannya membayangkan sosok seorang Velicia.., betapa hebat wanita itu dimatanya. Dikelilingi anak-anak yang sesungguhnya sangat membutuhkan cinta, dan wanita itu tak sibuk sendiri bersenang-senang saja dengan pria tampan itu, melainkan sibuk dengan memberikan cinta, membagikan cintanya dan perhatiannya untuk anak-anak itu, seperti yang Merla katakan.
Tiba-tiba ada rasa sesal dirasa Kimberly menghindari kesempatan saat Josevan ingin mengenalkannya dengan Velicia. Dan kini wanita baik dan cantik itu tengah berlibur. Josevan mengatakan baru akan kembali saat konser nanti. Ah, seandainya perkenalan itu sudah terjadi...
Tapi...
Satu hal yang kemudian terbersit dibenaknya. Menjadi satu niat yang masih disembunyikannya.
Adalah kembali pulang..., meninggalkan negri dan kota yang tengah bermusim salju ini...
Entahlah...
***
KAMU SEDANG MEMBACA
FROZEN LOVE & Symphony Orchestra
Krótkie OpowiadaniaKimberly begitu terluka ketika kekasih yang begitu dicintainya, tiba-tiba saja memutus cintanya dan bertunangan dengan wanita lain. Saat pertunangan itu, Kimberly tidak berkenan datang meskipun tersampaikan undangan untuknya. Ia memilih pergi...