Frozen Love & Symphony Orchestra (bag 8)

144 16 0
                                    

     Langkah Kimberly terhenti. Padahal baru saja satu langkah keluar dari gerbang bangunan megah bernuansa klasik kuno itu.
     "Kimberly...!" Panggil sebuah suara.
Kimberly menoleh.
     Sebuah mobil mewah itu berhenti tepat di sebelahnya. Dan pintu mobil itu pun terbuka.
     "Josevan?!" Sebut Kimberly tak percaya melihat siapa yang mengemudikan mobil itu.
     "Masuklah, Kimberly!" Pinta pria tampan bermata biru itu.
     Entah mengapa Kimberly tak menolak. Mungkin karna dilihatnya Josevan seorang diri atau karna kharisma yang dipancarkan pria tampan itu, membuat Kimberly seolah terhipnotis. Meski bergetar dan berdegup kencang, Kimberly pun berusaha duduk di sebelah Josevan dengan nyaman.
     Lalu Josevan melajukan mobilnya perlahan.
     "Mengapa kau tidak ke ruang rapat bersama Uncle Felix, Kimberly?" Tanya Josevan membuka percakapan, sambil terus mengemudi.
     Kimberly tersekat. Sesungguhnya tak tau harus mengatakan apa. "Maaf, aku..."
     "Ada hal yang perlu kubicarakan padamu, Kimberly," sela Josevan.
     "O, ya? Apa?"
     "Jika kau tidak keberatan, saat ini aku ingin mengajakmu ke suatu tempat, untuk menemui seseorang. Lalu biar kujelaskan nanti..."
     "Apakah ini tentang wanita yang kau cintai? Apakah untuk menemui wanita yang sangat kau cintai itu?!" Lontar Kimberly seolah sudah menduga maksud Josevan.
     "Maksudmu?!" Josevan tampak mengernyit tak mengerti. Sambil terus mengemudi.
     Sesaat Kimberly terdiam. Apakah dugaan ku salah?! Batinnya malu.
     "Begitu banyak kah wanita yang kau cintai, Josevan? Atau kau begitu sibuk sampai melupakannya? Padahal kau tampak begitu ingin aku mengenalnya?!" Ujar Kimberly keki.
     "Oh!" Josevan seperti baru mengerti. "Apakah kau mengira begitu?" Tanyanya mencoba memahami maksud Kimberly.
     "Tidak. Aku hanya menduganya saja. Sepertinya.., kau ingin aku mengenalnya bukan?"
     "Ya. Aku ingin kau mengenalnya... Kuharap kalian cocok dan bisa berteman.."
     Kimberly termenung. Josevan berharap ia dan Velicia berteman. Seakan pria tampan itu ingin setiap orang tau dan mengenal baik kekasihnya itu.
     "Kau berpikir begitu?" Tanya Kimberly memastikan.
     "Ya. Bukankah hal itu baik? Merasa memiliki teman itu lebih baik kan, Kimberly? Apalagi disaat kau merasa sendiri.."
     "Maksudmu...?"
     "Ada saat memang seseorang butuh waktu untuk menyendiri. Tapi tak baik bila berlama-lama. Perlu kau sadari bahwa masih ada orang-orang yang perduli di sekitarmu. Jangan kau kira seluruh dunia diisi dengan orang-orang yang sama, yang seolah hanya ingin kau terluka dan terjatuh. Percayalah masih ada orang-orang baik di sini, selain Onti Rose, masih ada orang-orang yang menginginkanmu bisa melewati kesedihanmu, Kimberly."
     Apa kau perduli padaku, Josevan? Mungkinkah? Tanya Kimberly dalam hati. Ya, mungkin? Tapi tentu saja bukan kepedulian yang istimewa kepadaku, sahutnya lagi dalam hati.
    "Baiklah. Aku akan menemuinya.."
     "Kau yakin ingin menemuinya?"
     "Ya. Kau yang membuatku yakin. Dan semoga aku bisa berteman dengannya seperti yang kau harapkan.."
     "Realy..?! It's good, Kimberly!" Josevan tampak tersenyum full. Tidak sedikit. Kimberly bisa melihat itu di wajah Josevan yang menatap ke depan karna masih konsentrasi menyetir. Senyuman maut bagi Kimberly. Senyum itu sungguh meluluhkan hati. Melumerkan kebekuan cinta Kimberly secara tiba-tiba. Ah, wajah tampan itu semakin mempesona. Tapi Kimberly buru-buru kembali membekukan cinta itu lagi. Wajah tampan itu terlihat senang lantara wanitanya dihargai. Bukan lantaran dirinya. Akh! Kimberly kembali bersedih.
     Sekarang, kita akan menemuinya kah?"
     "Tidak sekarang, Kimberly. Baru saja ia pergi berlibur. Liburan itu sudah direncanakannya sejak lama."
     "Pergi berlibur?!" Kimberly terperangah. "Kau.., akan menyusulnya kah?"
     "Tentu saja tidak. Aku sibuk mempersiapkan konser ini. Tapi ia akan hadir saat konser nanti. Aku harap kau datang.., Kimberly?"
     Kimberly tak menyahut, ia tertunduk. Entah Josevan memperhatikan atau tidak. Kimberly teringat percakapannya dengan Uncle Felix tadi. Mungkinkah Uncle bermaksud mengambil celah ini?! Saat Velicia berlibur, Uncle berharap aku dekat dengan Josevan dan bisa membuat pria tampan ini jatuh cinta kepadaku?! Batin Kimberly miris dan sedih. Dihelanya nafas berat. Berliburlah Velicia..., dan bersenang-senanglah! Aku tidak akan merebut kekasihmu. Percayalah! Aku yakin Josevan adalah pria yang setia. Dia mempersiapkan segalanya untukmu. Dan saat kau datang di konser nanti kau akan melihat cintanya menyambutmu.., ucap Kimberly lagi dalam hati. Matanya berkaca-kaca.
     "Ada apa, Kimberly?" Josevan menghentikan mobilnya. Lalu menatap Kimberly serius.
     Kimberly sedikit terkejut namun dicobanya tersenyum. "Aku.. tidak ada apa-apa Josevan," ujarnya gugup. Dan segera mengalihkan wajahnya. Memandang ke luar jendela. Butiran salju tak lagi turun. Cuaca tampak cerah. Hamparan salju berhias dimana-mana. Kimberly melihat keindahan itu dengan mata yang berkaca-kaca. Sambil berdoa dalam hati, semoga Josevan tak menangkap kesedihannya.
     Josevan masih menatap Kimberly. Seakan masih menanti penjelasan.
     Namun di sela situasi itu, kembali terdengar i-phone Kimberly berbunyi.
     Ethan!? Pekik Kimberly dalam hati. Sungguh Kimberly merasa dikejutkan kembali dengan nomer yang tertera itu. Dan bunyi itu tiga kali. Kimberly membiarkannya. Lalu muncul pesan dari nomor itu..
     Kimberly, please.. aku ingin bicara denganmu..
     Kimberly benar-benar terbelalak dengan pesan itu!
Apa yang kau inginkan lagi, Ethan?! Apa kau ingin mengundangku ke pernikahan mu?! Batin Kimberly pedih..! Sekuat tenaga ditahannya air mata itu jatuh. Tak ingin Josevan tau denting hatinya menyuarakan luka...!
     "Siapa, Kimberly..?" Tanya Josevan pelan dan hati-hati.
     Kimberly masih terdiam. Begitu sulit rasanya berkata-kata. Namun diberanikannya menatap Josevan dengan matanya yang berkaca-kaca. Kimberly terkejut. Wajah tampan itu menatapnya dalam. Matanya yang biru itu menatapnya lembut dan memancarkan keteduhan. Kimberly bergetar. Betapa ingin ia mengungkapkan kepedihan hatinya yang terluka. Betapa ingin ia berharap pria tampan itu bisa menghangatkan kembali cinta yang membeku di hatinya...
Tapi tidak mungkin!!! Kimberly kembali menyadarkan dirinya... pria tampan bermata biru itu milik seseorang. Cintanya sudah milik seseorang. Cinta Josevan milik Velicia. Dan tak ada celah untuk dirinya. Meskipun cinta mereka kini berjarak. Namun hanya sebentar. Wanita itu akan datang...
Tanpa sadar air mata Kimberly jatuh. Kembali ia tak dapat menguasainya. Dan ini untuk yang kedua kalinya. Kegagalan yang parah bagi kimberly. Ternyata ia tak sekuat yang ia kira. Terlebih di hadapan seorang Josevan, pria tampan yang piyawai memainkan tuts-tuts piano itu.
     "Adakah yang ingin kau katakan padaku, Kimberly?" Tanya Josevan pelan namun mengandung harapan akan penjelasan Kimberly.
     "Please, jangan iba padaku, Josevan," ujar Kimberly lirih. Josevan mungkin telah menduga bahkan tau apa yang terjadi, pikir Kimberly.
     "Dengar Kimberly.., aku tak bisa menyentuh pipimu dan menghapus air matamu. Tapi aku tidak bisa melihatmu menagis lagi. Kau terlalu cantik untuk bersedih.. " ucap Josevan pelan dan datar dengan wajah yang serius dan hanya memberikan sedikit senyum.
Namun bagi Kimberly, itu adalah kejutan yang luar biasa. Lontaran kata itu bak halilintar di musim salju!!! Kimberly nyaris tak sadarkan diri! Benarkah Josevan yang berkata-kata tadi???!!!
     "Apa kau mencoba menghiburku?!" Lontar Kimberly tak percaya.
     "Ya. Kau boleh menganggapnya begitu.. Asal kau senang, Kimberly," ujar Josevan tegas. Dengan senyum menawan itu.
     Sungguh, sebenarnya hati Kimberly meleleh. Juga tak menyangka kata-kata itu terlontar dari seorang pria tampan yang cool itu. Bukan seperti pria gombal yang merayu. Justru sikapnya tegas dan wajahnya serius dengan tatapan yang tajam namun teduh, diakhiri dengan senyum full yang selalu dinanti Kimberly. Entah kharisma macam apa namanya, yang jelas pria tampan ini sungguh mempunyai sejuta pesona bagi Kimberly. Tak ada kata yang terucap. Kimberly hanya berdoa dalam hati. Agar ia tetap mampu mengendalikan cinta yang kian tumbuh itu...
     Josevan lalu menyalakan mobilnya dan melajukannya...
     Meski diam namun sikap Josevan itu menyisakan sejuta tanya dibenak Kimberly...

***

FROZEN LOVE & Symphony OrchestraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang