Frozen Love & Symphony Orchestra (bag 3)

220 18 1
                                    

     Selama hampir sepekan sudah Kimberly tinggal di kediaman Onti Rose dan hanya menghabiskan waktu cuma-cuma. Ya, aktivitasnya hanya menonton tivi, termenung dan bersedih saja di dalam kamar.    Sementara Onti Rose memang sangat sibuk, dan perjumpaan dengan Kimberly menjadi sedikit. Sering kali saat Onti berangkat pagi, Kimberly masih terlelap. Begitupun saat larut malam Onti pulang, Kimberly sudah berada di mimpinya. Namun begitu, Kimberly tetap menjadi salah satu fokus perhatiannya. Sarapan sudah tersedia begitu Kimberly bangun pagi. Untuk makan siang dan malam biasanya Onti memesankan makanan dari restoran dan mengirimkan ke rumah. Atau jika sempat membuatkan makanan, Kimberly hanya tinggal menghangatkan saja di microwave. Perkenalan dengan Uncle Jack pun belum lagi. Dan bukan menjadi prioritas bagi Onti Rose. Yang terpenting baginya adalah melihat Kimberly bisa move on dari cintanya yang membeku.

     Dan...
Denting piano membangunkan Kimberly pagi itu. Ia membuka matanya perlahan. Sinar matahari tampak menyusup sedikit lewat pinggiran tirai jendela yang tidak tertutup rapat.
Sesaat dinikmatinya lagu yang lahir dari dentingan-dentingan itu. Entah lagu apa namun Kimberly begitu menikmati dentingan-dentingan piano itu. Tapi sepertinya koq lagu sedih? Batin Kimberly. Mungkinkan dentingan piano itu dimainkan Onti untuknya?
Kimberly bangkit perlahan dan turun dari ranjang. Dikenakannya sandal bulu itu lalu beranjak ke luar kamar, menuruni tangga menuju ruang tengah dimana piano itu berada.
     "Onti.., kenapa kau mainkan lagu...," Kimberly menghentikan kalimatnya. Mulutnya ternganga, matanya terbelalak lebar saking terkejutnya. "Siapa kau?!" Tanyanya panik.
Sosok yang memainkan dengan sangat mahir dentingan tuts-tuts piano itu ternyata bukanlah Onti Rose!? Melainkan sesosok pria! Pria yang asing bagi Kimberly. Belum pernah ia mengenal sosok itu!
Pria itu menghentikan permainan pianonya. Dan menoleh perlahan.
Kimberly terkesiap. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Oh, Tuhan! Apakah ini mimpi?! Ada mahluk setampan dan sesempurna itu yang Engkau ciptakan!? Sungguh Kimberly terpesona saat menatap lebih jelas wajah itu! Sejauh ini pikirnya, Ethanlah yang paling tampan, tapi ternyata..?! Ada sosok yang jauh lebih tampan dan sempurna plus sejuta kharisma saat Kimberly menatapnya.
     "A..apa kau, Uncle Jack?" Kimberly menduga. Kimberly kelihatan gugup.
Pria itu berdiri dan berjalan ke arahnya.
Wajah itu sama sekali tidak tersenyum bahkan tampak angkuh dan dingin menatapnya, berdiri tepat di hadapannya. Dan mata itu biru. Bagus sekali. Kimberly terkesima.
     "Hey! Kau Kimberly?!" Sebuah suara kembali mengejutkan Kimberly. Suara itu muncul dari arah belakangnya. Kimberly menoleh seraya membalikkan punggungnya.
     "Siapa, Kau?" Tanyanya terkejut demi melihat sosok gadis kecil yang berusia kira-kira 10 tahun itu tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. "Onti Rose tidak mengatakan padaku kalau Uncle Jack sudah memiliki seorang anak?" tandas Kimberly bingung.
     "Tentu saja, aku bukan anak Uncel Jack. Namaku, Merla," gadis kecil itu memperkenalkan diri.
     "Kau, Merla?" Tanya Kimberly masih sedikit bingung.
     "Dan dia, bukan Uncle Jack," Merla menunjuk pria tampan itu. "Melainkan Uncle Josevan Arlando," jelasnya.
     Kimberly menatap pria tampan itu.
Pria itu hanya mengangkat kedua alis tebalnya. Dengan sedikit sekali senyum tapi cukup membuat Kimberly bergetar.
     "Lalu, kenapa kalian tiba-tiba ada di sini?" Lontar Kimberly heran. Serasa masih bermimpi.
     "Onti yang meminta Josevan datang, Erly," timpal Onti yang muncul dari kitchen sambil membawa kastengel dan empat cangkir coklat hangat lalu meletakkan di meja ruang tengah tak jauh dari piano besar itu.
     "Uncle Jack sangat sibuk menjelang konser dalam waktu dekat ini, jadi tidak bisa menjemput Onti. Lagipula ada hal penting yang harus Onti bicarakan dengan Josevan. Nah, kalau Merla, dia sudah tidak sabar untuk mengenalmu," jelas Onti dengan senyum, meredakan kebingungan Kimberly.
     Merla menimpali dengan tersenyum malu dan lucu.
     "Sebaiknya kita segera berangkat Onti," ujar Josevan sambil melihat arlojinya. Lalu menatap Onti Rose.
Onti tersenyum lalu mengangguk.
     Ah, suara machonya itu, gayanya yang tegas itu, membuat Kimberly terpesona! Mungkinkah kebekuan itu mampu mencair dalam sekejap?!?!?!
     "Kau tentu tidak ikut kan, Kimberly? Karna kau belum mandi? Aku akan menemanimu di sini," ujar Merla polos.
     Sebetulnya membuat Kimberly resah. Karna merasa terganggu.
     "Kau tidak keberatan, Kimberly?" Tanya Josevan, mata biru itu menatap Kimberly.
     "O, mmm, tentu tidak," sahut Kimberly berusaha menyembunyikan kegugupannya.
     "Baiklah kalo begitu. Minumlah dulu coklat hangat ini lalu kita segera berangkat, Josevan," Onti Rose mengambil dua cangkir colat hangat lalu memberikan satu untuk Josevan. Dan satu lagi untuk Merla.
     Merla menerimanya lalu ia duduk di sofa dekat meja ruang tengah itu.
     "Kau ambil sendiri coklat hangatmu ya, Erly," kata Onti setelah meneguk coklat hangat itu dan meletakkannya kembali ke atas meja. Lalu menghampiri Erly. "Onti pergi dulu," pamitnya seraya mencium kening Kimberly dengan sayang. Langkahnya sedikit terburu-buru ke arah pintu bersama Josevan. Dikenakannya mantel tebal itu. Pria tampan itu tampak begitu bergegas sampai tak menoleh sedikitpun.
     "O ya, Sarapanmu sudah Onti siapkan di meja makan ya..!" ujar Onti sedikit berteriak karna sambil ikut bergegas menyusul Josevan yang sudah lebih dulu menghilang di balik pintu.
     Sebenarnya bisa saja mengikuti jejak langkah mereka dari balik kaca jendela besar ruang tamu itu dengan menggeser sedikit posisinya ke kanan. Namun Kimberly tak melakukannya.
Kimberly mendesah menatap pintu ruang tamu yang tertutup itu. Ada sedikit yang mengusik hatinya melihat pria tampan itu pergi. Entahlah, apa itu?! Mungkin saja kata, jangan pergi! Tetaplah di sini! Kuingin menikmati sejuta pesonamu yang membuatku lupa rasa sakitku, lupa bahwa aku baru saja tersakiti dan lupa akan rasa cinta yang membeku! Baru saja mengenalmu. Namun, kehadiranmu mampu menghadirkan keajaiban itu. Bak Mantel bulu yang mampu menghangatkanku di tengah tumpukan salju. Ah! Mungkinkah itu?! Satu sisi hati Kimberly mencoba berkelit dengan itu. Tidak mungkin! Seorang Kimberly tidak mungkin semudah itu! Kata satu sisi hati itu.
     "Mengapa kau hanya berdiri di situ?" Suara Merla mengejutkan Kimberly.
     Kimberly menghela nafas dalam seraya memejamkan matanya sesaat. Lalu ia berbalik menuju sofa ruang tengah dimana Merla berada.
     "Kau tau aku hanya berdiri saja di situ sementara kau tengah duduk manis di sini sambil mengunyah kastengel? Apa kau punya seribu mata hati yang bisa melihat kesegala arah?" Tanya Kimberly heran sambil mengambil cangkir coklat yang tak lagi hangat dari meja lalu menyeruputnya. Diperhatikannya tembok besar nan kokoh yang menjadi penghalang dari tempatnya berdiri tadi.
     "Hmm, apa kau tidak menyadari kalau sejak tadi aku di sampingmu? Dan kau, matamu tak lepas memperhatikan Uncle Josevan sampai pintu itu tertutup. Apa yang ada dalam pikiranmu? Sampai kau tak tau, aku baru saja beranjak kembali ke sini?" Timpal Merla dengan polosnya. Diambilnya lagi kastengel itu bersama dengan toplesnya. Ditaruhnya dipangkuannya.
     "Hey, kau tidak sisakan aku?" Kimberly sewot.
     "Kau jorok Kimberly! Seharusnya kau mandi baru kau sentuh kastengel ini." Merla tak kalah sewot. Didekapnya erat toples kastengel itu.
     "Baiklah aku akan mandi! Tapi kau harus janji bahwa kau baik-baik saja di sini!" Kata Kimberly tegas sekaligus gemas dengan sikap Merla yang polos.
     "Kau...." kalimat Merla bergantung.
     "Ada apa?" Kimberly heran seperti menangkap misteri di wajah inosens gadis cilik berambut pirang itu.
     Merla menggeleng. "Tidak apa-apa." Katanya seperti mencoba menutupi sesuatu.
     "Jujurlah, kau tampak tidak pandai berbohong." Kimberly mendekat dan menatap Merla lekat.
     "Baiklah," Merla merasa gagal berkelit. "Kata-katamu seperti yang pernah Velicia Angel katakan padaku," ungkapnya.
     "O ya? Yang mana?"
     "Tapi kau harus janji bahwa kau baik-baik saja di sini! Kata-kata itu maksudku," Tandas Merla.
     "Hmm... lantas mengapa?"
     "Menurutku aneh. Karna hanya kau dan dia yang berkata seperti itu padaku!?"
     "Ah, itu wajar saja gadis kecil. Karna aku bisa mandi dengan tenang dengan memegang janjimu itu. Mengerti?"
     Merla tak menyahut.
     "Dan, siapa Velicia Angel itu?"
     "Nanti aku kan ceritakan padamu, Kimberly. Pergilah mandi. Aku akan baik-baik saja di sini. Tak perlu kau khawatir. Lagi pula siang nanti Uncle Josevan akan Datang lagi menjemputku."
     "Oh," Kimberly sedikit terkejut mendengarnya. Namun tiba-tiba seperti ada keceriaan di hatinya.
     "Ok aku mandi!" Ujarnya segera beranjak ke atas untuk mandi.

***

FROZEN LOVE & Symphony OrchestraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang