Tersadar

1.3K 134 11
                                    

Halo semuanyaa, maaf terlalu lama nggak up cerita ini karena kuliah yang ternyata sangat padat semester ini, tapi karena sudah selesai ujian dan masuk masa liburan, cerita ini akan mulai up lagi

Selamat membaca.....

"Sadarlah Sayaka, kau hanya dihasut oleh penyihir hitam itu." kata Sasori. Ia harus bisa menyadarkan Sayaka secara halus. Ia tidak mau jika harus menggunakan cara kasar dan berakhir menyakiti imoutonya itu.

"Jangan menyalahkan Toneri! Semua yang dikatakan Toneri itu benar. Nii-chan hanya sayang pada Nee-chan! Nii-chan tidak pernah perduli padaku! Aku tidak terima! Aku juga ingin disayang seperti Nee-chan! Aku selalu iri pada Nee-chan! Kenapa semua orang lebih memperhatikannya! Tidak hanya Nii-chan, tapi Kaa-san, tousan dan Tetua pun ikut memperhatikan Nee-chan! Kenapa pula harus Nee-chan yang menjadi Miko?! Kenapa bukan aku saja?!"

PLAK

Sakura menampar pipi Sayaka. Naruto dkk mengernyitkan wajahnya seakan ikut merasa sakit. Pasti rasanya sakit sekali apalagi tamparan sakura itu tidak bisa dikatakan lembut. Terlihat sekali jika Sakura sungguh-sungguh menampar Sayaka. Sayaka sendiri terlihat terkejut akan tamparan Sakura. Pipinya terasa panas dan perih. Untuk pertama kalinya ada yang menampar wajahnya.

"Buka matamu Sayaka! Kau selalu mengatakan tidak ada yang memperhatikanmu dan hanya memperhatikanku saja. Padahal kenyataannya tidak seperti apa yang kau pikirkan. Dengarkan baik-baik! Jika Kak Sasori tidak memperdulikanmu, ayah sudah pasti mengasingkanmu ke luar desa karena sifatmu yang suka membangkang itu. Asal kau tau saja, saat Ayah dan para tetua membuat keputusan itu, Kak Sasori yang berlutut di aula pertemuan memohon agar mereka menarik keputusan pengasinganmu! Karena kegigihannya yang meminta pembatalan pengasinganmu itu, Ayah dan para tetua setuju untuk membatalkannya dengan syarat. Apa kau tau syarat yang mereka minta? Mereka meminta Kak Sasori untuk memurnikan Ayakashi di lembah kematian! Kau tahu sendiri seperti apa ganasnya Ayakashi di lembah kematian itu kan?!" kata Sakura. Nafasnya tersengal sengal karena menahan emosi saat menjelaskan pada Sayaka bahwa selama ia tidak sendiri dan ada yang memperhatikannya.

"Tidak! Tou-san dan tetua tidak pernah membuat keputusan seperti itu! Rose Tempête!"

"Saki!"

Sasori ketempat Sakura dan memeluknya. Mengucap sebaris kata untuk menangkis badai mawar yang dibuat Sayaka secara tiba-tiba.

"Sayaka dengarkan aku. Jangan percaya pada apapun yang dikatakan oleh orang yang bernama Toneri itu! Semua yang dia katakan itu bohong! Tidak pernah terbesit sedikitpun dipikiranku untuk mengabaikanmu. Ku akui aku lebih memperhatikan Sakura daripada dirimu, itu karena Sakura membutuhkannya. Sakura merelekan dirinya untuk menjadi seorang Miko agar kau bebas tidak terkekang oleh aturan Clan dan perintah para tetua." Sasori menghela napas sejenak sebelum melanjutkan

"Kalaupun bisa memilih, Sakura juga tak mau menjadi seorang Miko. Tapi para tetua memberi pilihan pada Sakura. Ia harus memilih apakah ia yang menjadi Miko ataukah dirimu yang menjadi Miko. Sakura memilih untuk tetap menjadi Miko karena ia tahu bahwa kau tidak akan sanggup menjalani hidup sebagai seorang Miko. Sakura ingin kau menikmati hidupmu tanpa harus terbebani oleh tugas menjaga keseimbangan antar dimensi dan berhadapan dengan para Ayakashi."

"Sayaka" Sakura melepas dekapan Sasori dan mendekat kepada Sayaka. Sakura menggenggam tangan kiri Sayaka dan menyentuh dahi Sayaka. Cahaya biru muncul dari tangan Sakura yang menyentuh dahi Sayaka. Cahaya itu melebar membentuk gelembung transparan yang menyelubungi keduanya.

"Apa yang Sakura lakukan?" tanya Naruto pada Sasuke

"Memperlihatkan kebenaran pada Sayaka sekaligus melepas pengaruh yang diberikan Toneri" Jawab Sasuke

Ghost Hunter S2Where stories live. Discover now