BAB IV

80 9 0
                                    

     Minggu telah tiba, dan tumben tumbenannya pagi pagi gini Clara inget sama si Aryan, padahal kan hari ini jadwalnya ketemuan sama Dion. Sudahlah, meskipun Clara tidak yakin dengan Saras, tapi perkataan Saras membuatnya sedikit berpikir untuk lebih waspada.

Dion Adibima

Sayang, aku tunggu jam 9 ya, jangan lupa mandi, nanti kita sarapan bareng ya.

     Sudah cukup jelas, Clara hanya me-read whatsapp dari Dion. Dia hanya ingin benar benar berbicara langsung kepadanya, karena akhir bulan adalah hari yang sangat ditunggu tunggu oleh Clara. Dimana dia akan menemui Dion dan memecahkan kerinduan yang dia pendam selama 1 bulan.

     Clara bergegas dan bersiap, dia tidak ingin melama lamakan, dia ingin jam lebih cepat menunjukkan pukul sembilan.

"Bu, Ara berangkat ya, mau main." Pamit Clara.

"Iya, naik apa?." Tanya Rani.

"Motor. Ayah mana, Bu?."

"Ada panggilan tadi dari kampus."

"Oh, yaudah deh, Ara berangkat ya, Bu."

"Iya, hati-hati ya, Ra."

"Iya, Bu."

     Clara melajukan motornya dengan cepat, tujuannya sekarang adalah pergi ke salah satu taman yang ada di pinggiran kota Bandung.

     Sesampainya, dia duduk, menunggu seseorang yang akan dia temui, seseorang yang spesial menurutnya, seseorang yang sederhana tapi membuatnya menjadi begitu istimewa.

Dion Adibima

• Kamu dimana?

"Hai." Suara itu membangkitkannya.

"Dion!."

     Dan Dion hanya membalas dengan senyumannya yang lebar. Wajahnya menggambarkan betapa bahagianya dia hari ini. Kemudian Dion duduk di samping Clara.

"Dion, aku seneng banget bisa ketemu kamu hari ini."

"Aku juga seneng banget bisa ketemu kamu hari ini. Kamu cantik deh hari ini."

"Emang biasanya aku ga cantik ya?."

"Sedikit." Balas Dion.

"Sedikit??." Heran Clara, sebenarnya dia ingin marah, tapi dia tahan.

"Cantiknya sedikit, cantik bangetnya yang banyak, Ra." Gombal Dion.

"Dionnnn, nyebelin banget si." Kesal Clara mencubit perut Dion.

"Aduh, bencana apa ini, setelah sekian lama hamba tidak menerima cubitan ini, mengapa dia kembali melanda, ya tuhannn." Drama Dion yang gak kalah nyaingin artis artis drakor.

"Lebay deh, kumat aja terus."

"Makan yu? Tapi kamu aku bonceng, nanti pulangnya kesini lagi ngambil motor." Ajak Dion.

"Ayo."

     Kemudian keduanya menuju salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, dengan senang, Clara begitu menikmati jalanan bersama Dion yang kini memboncengnya menggunakan motor ninja.

     Karena sudah terlanjur sangat kelaparan, keduanya langsung pergi ke sebuah tempat makan yang lumayan ramai di gedung itu. Keduanya lahap menghabiskan makanan mereka masing masing.

Drttt...

Handphone milik Dion bergetar memunculkan satu notifikasi dari satu nama.

Ninis.

"Ngapain Ninis whatsapp kamu segala, centil banget si." Kesal Clara.

"Gatau, udahlah biarin aja gausah bawa bawa dia."

"Hmm." Gumam Clara.

"Kamu jangan marah lah, kamu tau sendiri Ninis kayak gimana."

"Iya."

"Jangan marah ya." Ucap Dion memohon.

     Clara tau Dion khawatir, hehe, padahal Clara ingin tau saja seperti apa reaksinya ketika Clara marah. Clara tidak pernah marah, bahkan niatnya untuk marah saja terkadang hanya muncul kemudian dihilangkan oleh pikirannya sendiri.

Aku tidak mungkin marah padamu, Dion. Untuk apa? Membuang waktuku saja, padahal sudah jelas aku begitu menjaga hubungan kita, sebegitu niatnya aku. Batin Clara.

"Aku gamarah kok." Balas Clara dengan senyumannya yang terlihat begitu manis yang kemudian Dion balas dengan senyuman juga.

"Aku pengen jalan jalan sama kamu, naik motor, kita keliling Bandung, yu?." Ajak Clara.

"Iya."

     Setelah itu Clara dan Dion menghabiskan waktu mereka berdua diatas motor sambil menikmati Bandung yang asri. Rasanya senang sekali kali ini Clara bisa memperlihatkan kepada Bandung bahwa Dion dan dirinya sudah bersama dan membawa kehangatan sejak dari Jakarta.

Andai saja kota ini bisa selalu melihat kita seperti ini, Clara. Mungkin aku juga akan begitu senang. Dion.

Hingga senja datang.

Celengan Rindu-Fiersa Besari.

"Dan tunggulah aku disana, memecahkan celengan rinduku."

"Berboncengan denganmu, mengelilingi kota, menikmati surya perlahan menghilang." Kemudian senandung itu diteruskan oleh Clara.

"Hingga kejamnya waktu menarik paksa kau dari pelukku, lalu kita kembali menabung rasa rindu saling mengirim doa sampai nanti sayangku." Dan keduanya bernyanyi bersama.

     Tidak terbayang, betapa bahagianya dua pasangan yang terpisah jarak kemudian bisa menghabiskan waktu satu hari bersamaan.

🌹🌹🌹

Heilo! 👋
Gimana nih part kali ini, semoga gaboring ya. Aduh gatau lagi deh tuh harus gimana. Bang Aryan semangat terus deh kalo udah ginimah.

Thanks ya udah baca!
Lopyu all ❤

Celengan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang