BAB III

98 8 0
                                    

Lagi-lagi, pagi gini si Aryan kutu kupret asem itu dateng ngerecokin moodnya Clara. Clara hanya pasrah karena bagaimanapun itu si orang india kw gabakal bisa di singkirin semudah itu.

Pagi ini Clara duduk berdiam diri mendengarkan alunan musik yang dia dengar melalui headseatnya. Dia bersenandung senang setelah moodnya membaik, karena sebelumnya mood Clara dibikin ancur sama Aryan, hingga akhirnya dia memutuskan nongkrong sendirian di pinggir lapangan.

"Lo dengerin apaan si?." Ucap seseorang yang tiba-tiba datang dan menarik satu headseat dari terlinga Clara hingga Clara merasa dirinya terbawa karena headseat yang satunya masih nempel.

"Aduhhh, lo apa-apaan sih, ganggu aja heran, arhhhhhh!!! Frustasi gue!!!." Bentak Clara yang mulai sebal.

"Kok ngomongnya udah lo gue lagi sih, kan kemaren di rumah makan bilangnya aku kamu."

Idih, pedean bangetsi dia. Cilaka, Ra, cilakaa.

"Gausah kepedean deh, kapan gue ngomong aku kamu, najis banget si ketek onta!."

"Lo ngelak terus, ngomong aja lo mulai tertarik sama gue, yakan yakan." Balas Aryan dengan nada yang sungguh menjijikan.

"Eh, mending gue ngomong sama ikan kali dibanding sama lo. Lagian ya, hewan aja sentimen sama lo, apalagi gue!." Dumel Clara.

"Kok bawa-bawa hewan si sayang?? Udah deh sayang gausah ngeles."

Setan! Rasanya ingin sekali Clara membunuh satu manusia menyebalkan ini jika tidak menanggung dosa.

"Eh ketek, lo gak punya kerjaan lain apa selain ganggu gue? Lagian kan kemaren gue udah ngasih lo kesempatan buat deket sama gue, sekarang sih no ya! Ogah gua!."

"Kok ketek si, aku ini kembarannya Aryan Khan loh, kamu jahat banget si sama kembarannya Aryan Khan. Tapi gapapa deh, anggap aja itu panggilan spesial kamu ke aku" Nada suara Aryan semakin lama semakin manja dan menjijikan para hati manusia yang mendengarnya.

Clara tersenyum paksa menatap ke arah Aryan, rasanya ingin detik ini juga dia melihat Aryan tewas. Setelah menatap tajam, Clara berdiri, dan tanpa satu kata pun Clara mulai melangkahkan kakinya sedikit demi sedikit dengan anggun untuk menjauhi Aryan.

"Sayang, mau kemana??." Teriak Aryan yang terus terusan memanggil Clara dengan sebutan sayang.

Clara berbalik arah dan kini dirinya mematung menghadap ke arah Aryan dari kejauhan.

"Jangan jauh-jauh dong, aku males pindah pindahnya."

"Eh, Aryan! Bodoamat ya gue gak pikirin, bodoamat, apapun yang lo omongin itu bukan urusan gue, and stop speak sayang sama gue, gue gak sayang sama lo onta! Rrhhhh." Seketika itu juga Clara pergi dengan muka betenya dan menghentak hentakkan kakinya ke lantai yang ia lewati.

Dasar combro asem! Dia gatau apa gue sebel banget, andai aja bunuh orang gadosa, mungkin lo udah mati tewas dengan ketidakwajaran di depan gue dan dengan tangan gue sendiriiiii!!! . Dumel Clara sepanjang jalan.

🌞🌞🌞

Bandung kini berkabut, Dion pergi menuju sekolah menggunakan mogenya yang berwarna hitam itu sehingga terlihat sangat berwibawa, dia tau hari ini dia telat, maka dari itu dia menyelip beberapa barisan mobil dengan cepat.

Parkiran sekolah sudah sepi, namun pagar masih dibuka, itu artinya jam pelajaran baru saja akan dimulai dan Dion menyegerakan langkahnya secepat mungkin menuju kelas.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam... Dari mana aja kamu? Maen game semalaman sampe lupa sekolah gini? Dion, gak biasanya bapak liat kamu kesiangan, atau ini azab karena kemarin kamu hampir menimpuk bapak yang ganteng ini pake bola basket? Cukup mengherankan." Ucap Pak Nono yang agak sedikit ngegas memang.

Celengan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang