BAB XII

43 3 0
                                    

      "Kak, bangun." Ucap Chika berupaya membangunkan Clara.

"Bangun, Kak, didepan ada Kak Dion sama Teh Ninis."

     Ucapan Chika barusan berhasil membangunkan Clara yang awalnya sangat malas beranjak dari tempat tidur. Clara langsung merapihkan pakaiannya, menenangkan detak jantungnya. Berharap semoga apa yang akan di lakukannya hari ini adalah yang terbaik. Mengumpulkan segala keikhlasan untuk melihat apa yang sudah di takdirkan untuknya, yang seharusnya memang harus terjadi. Ini sudah takdir, mau di bagaimanakan pun percuma saja.

     Clara melangkahkan kakinya keluar kamar, menegarkan hati dan pikirannya, menyiapkan senyum terbaiknya untuk menyambut semua kepalsuan yang bisa saja terjadi di hari ini. Dia tau, Chika sudah meneguhkannya dengan tersenyum simpul, seolah olah mengatakan bahwa Clara pasti bisa, harus.

"Ra." Ucap Dion yang kini tengah bangkit dari duduknya, bersama Ninis.

"Ngapain kesini? Aku lagi males ribut, kita istirahat dulu ya. Kamu bantuin aja orang yang butuh bantuan, aku masih bisa sendiri, mandiri, tanpa harus selalu dibantu sama orang. Hati-hati ya, Dion, aku gamau kamu cuman jadi bahan pemanfaatan doang, apalagi manfaatin buat rusakin hubungan orang." Sindir Clara dengan senyum manisnya.

"Lo nyindir gue maksudnya?." Serobot Ninis.

"Saya gak bilang tentang anda ya, kenapa sensitive banget? Gamungkin kan orang gak bersalah sensi kayak gitu."

"Ra, dengerin aku, aku kesini sama Ninis buat jelasin semuanya sama kamu." Ucap Dion.

"Nanti ya jelasinnya, saya di Bandung mau sekalian liburan, bukan cuman buat hal kayak gini doang. Kalau gak ada hal lain lagi, kalian boleh pergi dari sini. Permisi, saya masih ada kerjaan."

"Ra, ini bukan kamu, aku yakin ini gara gara temen kamu si Aryan itu kan?." Kekeh Dion tidak ingin pergi.

"Saya sudah jelaskan saya tidak ingin membahas soal kita, dan ini gak ada hubungannya dengan Aryan, anda bisa sadar dengan apa yang telah anda lakukan, sekali lagi kalian boleh pergi dari sini, permisi." Dan setelah perkataan itu Clara meninggalkan Dion maupun Ninis dengan senyuman manis penuh kepalsuan.

     Kini Clara menikmati jalan hidupnya, mensyukuri setiap detik yang telah terjadi. Dia sadar, sebelumnya dia terlalu ingin bahagia dengan yang namanya hidup, tapi itu salah. Terkadang memang menyesal itu perlu, menentukan setiap persen besarnya kesabaran manusia. Clara kini mengerti, bahwa raga yang dia miliki membutuhkan kata rehat untuk sekejap saja. Memulai hidup yang menyenangkan itu tidak harus seperti apa yang selalu kita inginkan.

     Clara memulai aktifitasnya dengan senyuman, dia tidak ingin jika setiap harinya selalu dia awali dengan kesedihan. Dia berjanji, jiakalau saja sesuatu terjadi suatu saat nanti dia akan ikhlas, dia relakan semua pergi, karena tidak semuanya harus di miliki, terkadang mencintai saja tidak harus dengan kata bersama.

Saras

Makasih ya, kamu udah bikin aku tegar untuk hari ini. •

     Hanya itu yang dapat Clara katakan untuk berterima kasih pada Saras, sahabatnya. Sebenarnya, Clara sangat ingin menelpon Aryan saat ini juga, namun rasanya kasihan jika Aryan selalu dilabatkan pada masalahnya, biarlah dia sedikit tenang bersama Ibunya hari ini.

"Kak, nonton yu?." Ajak Chika.

"Boleh, Chik, kita nonton film action ya hari ini. Kakak pengen liat yang tembak tembakan, kalau ada si sekalian konspirasi pembunuhan aja." Balas Clara.

"Buat di praktekin ke Kak Dion sama Teh Ninis ya, Kak?." Canda Chika.

"Kalau boleh si Kakak oke oke aja tuh." Balas Clara dengan tawa khasnya, entahlah, rasanya begitu menyenangkan ternyata ketika kita meluapkan semuanya.

Trttt

"Bentar, hp Kakak bunyi. Kayaknya ada yang massage deh."

Ketek

• Gimana hari ini, say?.

Baik baik aja kok gue, eh besok anterin gue belanja dong, Tante gue udah list bahan bahannya tadi pagi, dia juga transfer duitnya, gimana? Mau nganter gak? •

• Boleh banget, beb, nanti aku kenalin ke nyokap ya.

Ngapain? •

• Dikenalin lah, lo gak baca apa
• Gausah banyak bicara, kita ini butuh ruang sendiri. Besok jam 9. Sekian terima kasih dan sayangnya.

"Alay." Gumam Clara membaca chat dari Aryan, playboy juga bisa kayak gitu ternyata.

"Siapa? Kak Aryan ya?." Emang bener bener selalu bener deh kalo Chika ngomong.

"Ya gitudeh. Oh iya, besok Kakak mau belanja dianter sama Kak Aryan, mau ikut gak, Chik?."

“Kebetulan, Chika besok mau main kerumah temen di Dago, kayaknya bakalan sampe sore deh."

"Kalau gitu sorenya Kakak jemput ya, kita jalan jalan naik motor, udah lama kan tuh gak jalan jalan naik motor kita." Tawar Clara.

"Ih idenya bagus banget, kita nongkrong di tempat ngopi, nanti pulangnya beli martabak."

"Iyadeh, buat Chika mah apa aja bebas."

     Adanya pagi pasti akan terganti oleh siang, siang terganti oleh sore, dan sore akan terganti oleh malam, seperti itu seterusnya. Clara menatap nanar kea rah luar melalui jendela kamarnya, rasanya kota ini sudah tidak sehangat dulu, rasanya kota ini berbeda, namun masih pada masa yang  sama. Bulan mala mini indah, lengkungannya bagaikan senyuman yang bersinar, jika saja hujan datang, pasti ituakan sedikit hilang dan memudar, atau bahkan tidak akan terlihat sama sekali.

     Sesekali Clara menatap ke arah celengan yang dia bawa, celengan yang di dalamnya terdapat banyak kata rindu yang Clara sampaikan. Jika saja saat ini Clara bisa memilih, rasanya dia ingin sekali menjadi Nobita dalam film berjudul Doraemon dimana hidupnya bisa kembali memutar waktu.

Dion Adibima
• Maaf, Ra.
• Selamat malam.

Apakah ketika semuanya sudah menjadi seperti ini dia bersikap seperti itu, bukankah aku benar benar payah untuknya, sehingga dengan seenaknya dia singgah pada perempuan lain. Sebegitu hebatnya dia bermain, hingga satu musuh hebat pun dia sembunyikan dengan begitu rapih. Clara.

     Clara mematikan lampu kamarnya setelah selesai menonton film bersama Chika. Dia bersiap dengan selimutnya, menyampaikan beberapa doa yang di semogakan besok akan terjadi, semoga kebahagiaan ada padanya besok, semoga. Namun dering handphone miliknya membuatnya harus kembali bangun.

"Aryan? Ngapain?." Gumamnya setelah membaca nama Ketek pada layar ponselnya.    

Ara : Ngapain?.
Aryan : Jahat banget say, assalamualaikum.
Ara : Waalaikumsallam. Buru ngomong mau ngapain nelpon gue segala?.
Aryan : Besok biasa aja ya dandan nya, nyokap gue pengen ketemu lo, dia mau ikut belanja besok.
Ara : Apa? Gasalah? Aduh ketek gue malu kalo sama nyokap lo, serius deh. Mending besok lo anter nyokap aja biar gue sama Bi Sumi aja. Gue malu, Yan.
Aryan : Gausah malu atuh gapapa, Tante pengen ketemu, Aryan suka cerita soal kamu, katanya si calonnya.

Bentarrrr, ini bukan suara si Aryan, otomatis dari tadi dia speaker dong. Aryan brengsekkkk.

Ara : Hehe, i iya Tante.
Aryan : Udah ya, Beb, nanti pulsa Abang abis, sampai ketemu besok.

     Tanpa membalas Clara langsung mematikan sambungan telponnya, dasar setan berwujud manusia tuh si Aryan. Bisa-bisanya ngambil kesempatan pas lagi kaya gini. Untung itu Mamahnya yang ngomong, kalau ngga udah deh bunuh saja Aryan.

Celengan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang