BAB XIV

15 2 0
                                    

     "Sorry, Ra, itu ulah gue." Ucap Farrel berterus terang.

"Kenapa bisa lo gitu sama gue? Huh, hebat lo, Rel."

"Gue tau, Ra, gue tau gue suka sama lo berlebihan sampe sampe gue ngebunuh hubungan sahabat gue sendiri." 

"Tapi lo..."

"Gue bakal tanggung jawab soal ini, gue yang bakal jelasin semuanya ke Dion, kalo lo mau." 

     Ya, itu adalah Ferrel, dia yang selama ini mendesak kedekatan Dion dan Ninis. Sudah lama sebelum Dion menyukai Clara, Ferrel adalah orang yang jatuh hati pertama diantara keduanya. Ferrel merasa dirinya tidak bisa menerima orang lain, maka dari itu Ferrel bersekongkol dengan Ninis. Memang sudah bukan hal aneh bukan jika terjadi hal seperti ini dalam hubungan persahabatan, zaman kini sudah berubah, berhati hatilah.

"Gausah, lo gausah ngelakuin itu, gue gamau hubungan persahabatan kalian rusak cuman gara gara ini. Lagian gue tau sekarang Dion orangnya kaya gimana. Gue masih sayang sama Dion, tapi gue gabisa nerima itu, dan gue termasuk tipikal orang yang gamau mengulang buat hal ginian." Ucap Clara.

"Ra, maafin gue ya." Ucap Ferrel dengan nada rendahnya.

"Udah kan? lo bisa pergi, Rel. Gue udah gapapa lagian. Makasih ya, Rel."

     Clara tersenyum, mempersilahkan Ferrel untuk pulang, seolah semuanya baik baik saja, karena sebenarnya hidup penuh dengan topeng bahagia. 

     Setelah sepulangnya Ferrel, kini Clara merasa sedikit lega, entah karena apa. Tapi berkat Farrel, Clara tau bahwa Dion belum sepenuhnya mengunci hati, buktinya dia tertarik oleh rayuan Ninis.

     Celengan rindu yang baru saja beberapa bulan ini mereka tampung, kini sudah punah, tidak akan ada lagi rindu yang menetesinya. Perjalanan panjang Clara bersama Dion sudah selesai.

Aryan

• heh, jangan nangis mulu lo, jangan cemen, masa ayang gue cemen!
• raaaaaaaaa
• gue telpon nih
• kangennn

berisik.•

• hehe, bsk pulang Jakarta, yeay
• jangan galauin si deodorant mulu, mending galauin gue, takut gue dicolong orang lain
• kamu gaada kuota? yaudh, di Jakarta aku mampir ya...

     Clara memang sedang galau, tapi dia tidak menangis, lelah rasanya, sia-sia saja. Aryan, dia lelaki yang menjadi hiro baginya. Kini jika dirasa-rasa Aryan memang tidak seburuk yang dulu Clara pikirkan.

🌞🌞🌞

     Subuh ini orang tua Clara datang untuk menjemput. Tapi mereka menunggu pagi untuk pulang, beristirahat sebentar atas perjalanan yang mereka tempuh.

"Clara, udah dibawa semua?" Tanya Sri.

"Udah tante."

"Kok Dion gak kesini?" Tanya Harno, Pandi pun ikut menoleh pada Clara.

"Ngga, kita udahan." Balas Clara terus terang.

"Anak Ibu lagi galau jadi?." Tanya Rani.

"Galau apaan si, Bu. Ara tuh gak galau, gaada waktu buat galau." Tegas Clara.

"Gapapa, cowok masih banyak kok sayang." Ucap Sri.

"Banyak, itu yang pas di Jakarta ke rumah juga, baik orangnya."

"Ibu... Udah deh ayo berangkat, udah siang loh ini."

"Yaudah yu."

"Hati hati di jalan ya." Sri.

"Bye sist, maksih loh udah nemenin Chika." Chika yang melambaikan tangannya.

"See you."

     Kini harus kembali ke Jakarta, lagi, meninggalkan Bandung yang penuh kenangan. See you, mungkin akan ada cerita yang kutanam kembali disini. Meskipun hanya sebatas kenangan, tapi cerita itu akan selalu ada, tanpa di kurangin maupun di hilangkan bait pahitnya.

Celengan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang