💙Bab 8💙

180 66 183
                                    

Tiba-tiba lampu kamar mati.Anna menutup pintunya mencari saklar yang ada di kamarnya.Ia merogoh-rogoh tembok yang akhirnya ketemu juga. Namun disitu terdapat tangan seseorang.

Anna terkejut pun langsung berteriak.
"Aaa_,"Sosok di balik pelaku itu menutup mulut Anna rapat. Sekarang posisi Anna dikunci oleh Angga. Yups siapa lagi selain dia.

Napas mereka beradu.Hembusan demi hembusan mengitari wajah masing-masing. Anna gugup melihat mata Angga dalam dekat. Angga tersenyum devil yang tidak bisa dilihat oleh Anna.

Angga mendekati wajah Anna, dan ia berteriak sedikit kencang di telinga Anna.

"Jangan ngimpi gue nyium lo."Anna pun langsung meronta.

"Idih, siapa juga kak. Aku emang suka sama kakak.Tapi gak sampe gitu juga."Anna melotot terhadap Angga.

"Lo itu harusnya sadar,posisi lo itu salah!Lo itu bagai boomerang di keluarga gue."Dumel Angga.

"Kak,andai aja gue bisa. Bokap lo itu punya janji sama almarhum bokap gue buat ngejaga gue sama ibuk disaat ia tidak ada."Mata Anna mulai berlinang.

"Terus? Harus gitu menjadi istri sekaligus orang pengganti nyokap gue?"Angga tak terima.

"Gue gak tau,ini juga keputusan Paman dan ibuk."Anna.

"Gue harap lo segera pergi dari rumah gue."Angga mematikan lampu kamar Anna.

Setelah itu,Anna segera menghidupkan kembali. Namun, ia tak dapati Angga disana.Mengapa Angga sulit sekali menerima kenyataan bahwa ia sekarang menjadi saudara.Anna menutup mulutnya.Ia menangis dalam diam.

Ia tak tahan dengan tekanan yang selalu di berikan Angga.Anna mengambil jaket tipisnya. Ia keluar rumah tanpa sepengetahuan siapa pun. Namun, bukan Angga namanya jika matanya sedikit. Ia melihat Anna pergi dan mengikuti dari belakang.

Anna, gadis berambut hitam pekat dengan gaya di kepang dua itu menjadi teman angin di sebuah taman. Ia duduk di kursi putih. Dia menatap langit yang berwarna biru dengan bintang-bintang yang begitu banyak.

Gadis itu kembali terisak dengan tangisnya. Semakin kencang. Ia sampai batuk sesegukan.Melihat itu Angga merasa bersalah.

Apa gue terlalu kasar?_Angga.

Angga melirik Anna lagi. Ia melihat gadis itu tertidur di sebuah kursi. Dengan gerakan cepat Angga menyusul Anna. Ia terbaring dengan wajah pucat.

Angga menunduk.Ia membuka suara dengan sangat lembut.

"Ann, maafin gue."Ucapnya.

Anna membuka matanya. Ia tersenyum dan menutup kan kembali matanya.Angga memegang pipi Anna yang sangat-sangat panas.

"Astaghfirullah Anna,lo demam." Angga membopong Anna dengan cepat memasukkan ke mobil yang ia parkir sedikit lebih jauh dari taman.

Angga membawa mobil itu ngebut. Di bawah bintang-bintang yang bersinar,ia berharap kepada Tuhan agar orang yang dicintainya baik-baik saja.

Sesampainya di rumah sakit, Angga menyuruh suster agar menangani Anna dengan cepat, karna suhu tubuhnya yang semakin menaik.

"Semoga lo gapapa Ann."Angga berdoa sambil berjalan.

Tak lupa ia menelpon temannya, Bima dan Ami.Mereka sudah sampai dan menanyakan beberapa pertanyaan untuk Angga.

"Ga,kok bisa gini sih?"Tanya Bima.

"Ini salah gue,harusnya gue ga terlalu berkata kasar sama dia."Angga merasa bersalah dengan apa yang telah ia katakan pada Anna.

"Ga, gue tau ibunya udah ngerebut posisi almarhumah ibu lo. Tapi apa lo tau cerita selengkapnya?Yang lo lakuin cuma ngedesak Anna yang ga tau apa-apa."Tutur Bima panjang.

Ganna - [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang