💙Bab 11💙

156 56 145
                                    

Maap untuk yg pertama-tama. Aing disibukkan classmeting hikss:(❤

Angga menelfon Anna, ia berminat mau menyelesaikan masalah nya dengan berbicara. Percuma jika dua tahun ini ia habiskan untuk bertengkar dengan gadis yang dicintainya. Namun, ia tak memiliki pilihan lain. Ia harus menjauhi fikirannya.

"Gue tunggu lo di Cafe deket sekolah. Lo kesini sekarang, kita selesaiin masalah kita."Anna pun menyetujui dan menutup telfon ya.

Sesampainya di Cafe, Angga menyuruh Anna untuk duduk. Anna menurut, mereka diam dengan bahasanya sendiri. Akhirnya Angga membuka obrolan.

"Gue nyuruh lo kesini buat,"Angga mengantungkan ucapannya, karna dipotong oleh Anna.

"Lo mau gue pergi kan? Lo ga mau kita saudaraan kan? Lo mau gue jadi kekasih lo kan,kak?"Rintis Anna.

Angga yang mendengar itu menundukkan kepala lalu menggelengkannya.

"Bukan,gue cuma mau pamit."Diselah Angga berbicara seperti itu, Gadis datang dengan pakaian nya yang casual. Gadis berdiri dengan menatap Angga. Yang ditatapnya pun ikut berdiri, menggandeng Gadis.

"Gue ga akan ganggu lo lagi, gue bakalan pergi!"Angga meninggalkan Anna di Cafe bersamaan pikirannya yang tak karuan.

Gadis mengikuti Angga, atau tepatnya Angga yang mengikuti Gadis.

Flashback

Gadis sebagai teman Angga, sekaligus menaruh hatinya untuk lelaki itu yang sampai sekarang tidak tercapai. Ia hanya ingin selalu berada disampingnya. Mencari cara agar Angga selalu berada di pihaknya.

Bima? Sudahlah, bahkan ia tetap mencintai gadis. Namun, Bima tetap berharap gadis membuka matanya, agar ia tak salah memilih laki-laki yang sama sekali tidak cinta dengannya.

"Gue bisa bantu lo kak, bokap gue di Jerman. Kita bisa satu fakultas bareng disana. Tapi gue harus sekolah disana bareng lo."Angga memikirkan apa yang dikatakan Anna.

Ia diselubungi dengan perasaannya ke Anna. Namun, tak dapat dihindari Anna pun sudah menjadi saudaranya. Ia juga mengalami kesulitan komunikasi dengan Ayahnya, karna ia selalu sibuk dengan Hanna.

Angga pun menyetujui Gadis, ia tak ingin diselubungi perasaan gelisah. Ia tak berfikir akan membuka hati untuk Gadis yang sudah tau mencintainya. Tetapi ia hanya ingin menghindari perasaan yang berkecamuk.

Angga berniat berpamitan hanya pada Anna dan temannya. Sekarang ia berniat ingin berpamitan pada Bima dan Danil.
Ditujunya ke Cafe milik Bima.

Setelah Angga masuk, Bima memandang temannya itu dari atas hingga bawah. Bima dan Danil bingung satu sama lain. Dengan datangnya Gadis setelah itu, Bima asli dibuat bingung oleh kedua mahkluk yang tiba-tiba datang di Cafe nya.

"Ada apa?"Tanya Bima.

"Gue pamit, Gue dan Gadis bakalan kuliah di Jerman. Gue nitip Anna, dan lo Nil, cepet-cepet deh lo cari kerja."Danil tersenyum haru,Bima mengepalkan tangannya. Sedangkan Gadis sudah merah wajahnya akibat menahan cemburu Angga menitip Anna dengan Bima.

Bukan pasal Bima, namun karna Angga masih peduli dengan Anna. Gadis berpamitan untuk ke toilet.

"Gue ke toilet dulu ,kak."Ucap Gadis. Semua setuju menganggukkan.

Gadis ternyata bukan ke kamar mandi, melainkan ke dapur Bima. Bima yang menyadari itu menyusul dengan langkah hati-hati. Ia melihat Gadis sedang marah, dan menangis.

"Lo ngapain nangis disini?"Bima datang dengan tatapan mengernyit dahi.

"Lo apaan sih ,kak? "Gadis menghapus air matanya. Lalu melewati Bima. Namun, tangannya dicekal oleh Bima. Bima menarik Gadis dipelukannya.

"Gue suka sama lo."Bima menyandarkan dagunya ke leher Gadis.

Gadis bingung dibuatnya. Ia langsung melepas cekalan tangan Bima. Dan menghadap sepenuhnya ke Bima.

"Maaf kak, gue ga ada perasaan sama lo. Permisi."Gadis pergi. Dan Bima duduk sambil menangis. Baru kali ini ia dibuat menangis oleh wanita yang justru tak pernah menaruh hatinya untuk Bima.

Flashback off.

Anna menangis di dalam Cafe. Ia berniat membayar pesanan yang dipesannya.Ia membuka tas nya dan menemukan selembar Card.

Setelah pergi dari Cafe itu. Anna berniat untuk pergi ke alamat Cafe yang terdapat pada Card tersebut. Siapakah yang memberinya?

Setelah sampai di sebuah Cafe mini, yang terkesan Belanda membuat Anna tertarik untuk masuk. Ia melihat Bima sedang bersedih saat menyeduh Coffe.

"Lo kok sedih? Cafe lo? "Anna bertanya. Bima? Sedih? Seorang kuat tim Futsal sekolah sedih? Sedangkan ia?

Bima tersenyum, lalu menghampiri Anna dan memeluknya.

"Salah gak sih kalo gue ngorbanin orang yang gue suka demi sahabat gue?"Tanpa pikir panjang pertanyaan yang keluar dari mulut Bima langsung di balas oleh Anna.

"Hm, ya enggak lah. Karna persahabatan itu penting. Kalo untuk Cinta, itu udh Tuhan yang takdirin."Bima dibuat tersenyum kembali. Anna melepas pelukannya.

"Kalo lo? Boleh gak gue buat suka sama lo?"Anna terkejut mendengar perkataan Bima. Ada apa dengan ia?

"M-Maksut kakak?"Anna terheran. Bima kenapa?

Ada yang salah nih sama Kak Bima?

Gak, gak, gak mungkin. Kak Bima kenapa coba?

Egois, dasar. Lo sama aja ngorbanin hati gue buat terluka lagi. Tega lo kak.

"Iya, gue sayang sama lo."Bima menganggap tangan Anna.Namun langsung ditepis oleh Anna.

"Maaf, gue menghargai lo kak. Cuman, maaf gue udah sayang sama orang lain."Tutur Anna.

"Angga?"Anna terdiam. Bagaimana Bima bisa tau?

"Kok kakak?"Anna menggantungkan ucapannya. Bima berdiri sambil tersenyum.

Gimana dia bisa tau? _Anna.

"Emang gue ga pantes buat dicintai."Bima menangis kembali. Anna tertegun mendengar Bima berbicara seperti itu.

Anna berdiri, ia menghadap ke Bima dengan muka berlinang yang sebentar lagi akan turun air mata lagi.

"Kayak nya gue salah dateng kesini. Makasih kak, kayak nya lo harus tenangin diri lo dulu. "Anna berpamitan keluar dari Caffe.

Bima duduk di bawah sambil memegang rambutnya. Ia menangis histeris. Mengapa cintanya terlalu rumit?

Apakah ia salah?

Haruskah ia egois dengan perasaannya?

Angga sahabatnya?

Gadis yang dicintainya?

Mengapa mengorbankan perasaan Anna?
















Hayyyyy,aku update. Kesel nih ama sekolah. Yang lain udh pada liburan sekolah aku belom. Malah Classmeting.

Jadi ga sempet nulis deh. Updatenya, ditunggu aja yah:)

Ganna - [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang