💙Bab 12💙

146 53 116
                                    

Anna pulang dengan mata sembab akibat menangis. Keputusannya bertemu Bima untuk menenangkan hatinya malah membuat hatinya teriris. Anna mungkin masih memaklumi karna Bima sudah sangat baik kepadanya.

Bima pernah berkata lulus SMA , ia akan melanjutkan usahanya dan tidak kuliah.

Tubuh Anna sudah sangat lelah. Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur. Dirogohkan handphone di saku celananya.

3 pesan, 24 panggilan tak terjawab.

Anna membuka notifikasi tersebut dan membacanya. Hatinya kacau bertepatan dengan apa yang ia lihat di layar handphone nya. Anna membanting Handphone nya di atas kasur.

Ditekuk kedua kakinya di depan dadanya sendiri. Anna memeluk kakinya sendiri dan menangis. Menangis dengan sangat kencang, hingga entah darimana Hanna muncul.

"Anna, kamu kenapa?"Hanna duduk di kasur menanyakan keadaan putrinya. Yups benar, Hanna menelfon buah hatinya, namun tak ada satu yang di angkat.

Anna hanya menggeleng. Ia tak mau menularkan keresahan nya kepada orang lain. Ia tak pernah merepotkan orang lain. Bahkan termasuk ibunya sendiri.

"Yasudah, kalo ada apa-apa cerita ya nak."Anna mengangguk, lalu berbaring. Mengisyaratkan bahwa ia tak mau diganggu untuk sementara waktu.

Hanna keluar dengan raut cemas. Siapa yang tidak cemas anaknya menangis sesampai matanya bengkak? Hanna menyusul Juna di ruang tamu.

"Mas, Anna kayaknya ada masalah. Coba kamu tanyain ."Hanna menyuruh Juna.

Juna mengangguk sambil memegang pelipisnya. Pasalnya Angga sudah tak pulang ke rumah dari dua hari yang lalu.

Hanna kembali masuk ke dapur, berniat untuk membantu Bi Inah. Sedangkan Juna menelfon bawahannya untuk mencari Angga.

Anna melihat itu dari ambang tangga, ia sedikit berteriak.

"Angga ke Jerman."Juna yang kaget pun menjatuhkan handphone nya. Bagaimana bisa Angga ke Jerman tanpa sepengetahuan nya.

"Apa maksudmu nak?"Tanya Juna memastikan bahwa apa yang Anna katakan tidak benar.

Anna turun menyusul Ayahnya. Ia duduk di sebelah Ayahnya itu. Dan memeluknya erat.

"Angga berpamitan, bahwa ia akan sekolah di Jerman. Dan tidak akan mengganggumu lagi."Anna melepas pelukannya. Dan menangis.

"Apa ini karna kedatanganku?"Anna menangis semakin menjadi-jadi.

Juna memeluk Anna lagi. Ia harus tetap tersenyum, ia tak mungkin di saat yang lain sedih ia pun ikut sedih. Ia harus tetap terlihat baik-baik saja. Siapa nanti yang menguatkan Anna dan Hanna?

"Hey dengarkan Ayah. Ayah akan berusaha untuk mencari Angga. Kamu tak usah pikir kan ia. Sebentar lagi kau kan mau lulus. Ku harap kau memilih jurusan fakultas yang kau senangi."Anna tersenyum sesegukan. Ia tak menyangka bertemu seorang Ayah bahkan mungkin orang yang tiba-tiba hadir membuat dirinya hangat.

Anna tak berniat membuka handphone nya. Jika ia membukanya, yang ada hatinya teriris hebat. Disana terpampang, Angga dan Gadis yang berpose layaknya pasangan.

Pasti kalian pun tahu, meski Anna dan Angga sudah menjadi saudara tapi siapa yang bisa membohongi perasaan masing-masing?Tidak ada. Hanyalah takdir yang menentukan.

Anna tidak terlalu memikirkan Angga, ia melanjutkan sekolahnya. Futsal? Yups mungkin ia akan sering bertemu dengan Bima, namun tidak seakrab kemaren. Anna sedikit kecewa dengan perlakuan Bima.

"Eh Mi, lo mau lanjut di mana?"

"Kayak nya gue bakalan di sini-sini aja deh. Lo? "

"Gue kayaknya ikut Tataboga deh. Soalnya juga gue suka masak."Tuturnya kepada Ami.

"Bagus deh, sering-sering gue nyicipin buatan lo."Langsung di tonton oleh Anna.

"Yey bisa aje lo."Anna sempat heran, bahwa ia juga satu saudara dengan Ami. Pastes jika mereka sering berpikiran sama.

Drtttt.

"Handphone lo bunyi tuh."

"Eh bentar yah. Gue angkat dulu."Anna meminta izin.

Diangkat telfon tersebut.

"Assalamualaikum, dengan siapa?"Tanya Anna.

"Ini gue, Bima, gue minta maaf soal kemaren. Itu gue ancur banget. Tapi plis maafin gue. Gue tau lo kaget dan syok banget."Tutur Bima.

"Santai aja kali."

"Okedeh."

Dimatikan telfon itu secara sepihak oleh Bima. Lalu bunyi telfon itu terdengar lagi.

"Iya?"

"Lo beneran maafin gue kan?"Tanya Bima lagi yang di balas kekehan oleh Anna.

"Iya Bim astaga."

Dimatikan lagi oleh Bima. Entah dorongan dari mana handphone Anna kembali berbunyi. Sampai Anna menggeleng geli melihat kelakuan Bima.

Namun,

"Iya Bim, gue udah maafin lo astaga..."

"Belom juga tiga hari lo ditinggal gue, udah nemu baru aja. Ga jauh beda emang sama ibu lo."

"Apa?"Di putusnya kembali sambungan itu. Anna kesal suara itu, sekaligus tak rela.





Coba aja ga sakit lambung, pasti udah seribu nih katanya. Maaf yah pendek. 😭

Ganna - [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang