Aku bangun dan menepuk pelan pahaku, mencoba menyingkirkan debu yang menempel, ku dekati jendela itu pelan, aku tertegun dan mempertanyakan penglihatan dan keyakinan ku sendiri, semua kepercayaanku runtuh saat tangan itu...
HILANG !
----------
Benarkah yang kulihat tadi ? Atau cuma halusinasi ku saja. Lalu, suara tawa itu ?
Walau sadar bahwa aku tak mempunyai jawaban, aku tetap mempertanyakannya pada diriku sendiri.
Huff...!
Yang bisa kulakukan hanya mencoba melupakannya sebisa mungkin. Aku mengangkat daguku, menatap mentari yang baru saja terbit, udara mulai terasa hangat.
Aku bangkit dari dudukku dan memulai rutinitas ku yang biasa. Waktu bergulir amat cepat, yang kuharap kan adalah semua pekerjaanku selesai dan pulang untuk sekedar melepas penat.
"Barac !". Aku menoleh ke sumber suara, sepertinya khayalan sederhanaku sulit untuk diraih, " kenapa kau tampak lesu ?", aku menggeleng lemah pada tuan Beto yang memegang sebuah buku tebal di tangan kananya, kelihatanya ia baru sampai.
"Kurang tidur", jawabku seadanya, tuan Beto hanya mengangguk paham, " anda mengajar lagi hari ini ?". Sebuah acungan jempol kudapatkan, serta anggukan mantap dari sosok pria bertubuh tambun di depanku.
"Kurasa ia takan bangun". Aku teringat dengan suhu tubuh Sharas kemarin, tuan Beto langsung membulatkan matanya, bukunya jatuh dan tak ia hiraukan. Ia memegang pundaku kasar, mulutnya menganga lebar.
" ma-maksudku, kemarin badannya panas sekali. Kurasa ia benar-benar sakit kali ini". Tuan Beto menghembuskan nafas penuh kelegaan, perlahan ia menurunkan tangannya dari pundaku.
"Ku pikir kau mencekiknya !", ujarnya menepuk bahuku dengan keras hingga aku meringis, " kalau begitu aku pulang dulu, jarang-jarang liburan akhir pekan", ujarnya sambil berlalu.
" tuan, datanglah tiga hari lagi !", tuan Beto mengangkat jempolnya, aku memandang malas pada pekerjaanku yang belum selesai sepenuhnya, kenapa taman ini begitu luas ?! Dan kenapa hanya aku yang mengerjakanya ?!
Jawabanya hanya dimiliki oleh satu orang, yaitu Robert De liuiq, ayah dari Sharas. Tapi pagi ini aku belum bertemu denganya, tidurkah ?.
Aku mendongakan kepala saat gerombolan burung pipit beterbangan di atasku, beberapa bahkan hinggap di bahuku tanpa ragu. Aku masih kebingungan dengan para burung ini, hingga samar-samar dapat mendengar suara tawa itu lagi.KHE ! KHE ! KHE !
Aku mengatupkan mulutku rapat, suara itu tepat dari belakangku ! Aku menoleh secara reflek. Burung-burung yang tadi bertengger di bahuku beterbangan menjauh, di iringi hembusan angin yang mampu menerbangkan pakaian yang dijemur di atap.
Hoodie-ku sedikit terangkat, dan dengan cepat ku benarkan dengan tanganku. Aku tertegun, tanpa sengaja manik biruku bertubrukan dengan sepasang iris mata cokelat milik seorang gadis yang baru tadi kupikir terbaring lemah tak berdaya.
SHARAS ?!
Kejadian itu tak berlangsung lama, Sharas kembali mendorong kursi roda nyonya Brigid melewatiku, aku menghela nafas dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin ajaib [TELAH TERBIT]
Mystery / Thriller(tidak direvisi karena mager 😅😅😅 mohon maklum) Empty kota kecil padat penduduk. Kota yang indah nan asri, harus ter-usik ketenanganya dengan keganjilan-keganjilan yang di mulai dari kediaman bangsawan De Liuiq, yang menyeret pemuda bernama Barac...