Berita

48 12 4
                                    

"Baik". Putusku sambil melangkah ke kamar Sharas, aku hanya kasian dengan keadaanya Sharas, pasti cukup berat baginya.

Aku iba melihat kondisi Sharas yang sekacau ini, wajar saja, dalam sehari ia kehilangan seluruh keluarganya " kenapa bisa sampai begini ?". Tanyaku pada Maari tanpa memalingkan wajahku dari Sharas.

"Ma-maaf tuan", ucap mari lirih. Tuan ?! Aku baru sadar kalau Maari juga ikut-ikutan 'mempertuan' padaku, biasanya Maari 'lah yang memperlakukanku sebagai tukang kebun biasa yang tak terlalu penting.

ARGH....!!!!

Sharas kembali berteriak kencang, ia menangis sambil memukul dadanya. Aku mengambil nafas panjang, segera kudekati Sharas walau harus menghindari beberapa barang yang melayang ke arahku.

Hup ! Kupegang erat kedua tangan Sharas "SHARAS !". Bentaku, ia memandangku penuh keheranan "Ba-Bareth ?", aku menganggukan kepala, di detik berikutnya Sharas kembali berontak.

Ia mencoba melepaskan tangannya dengan sekuat tenaga, tapi semakin lama ia semakin melemah kedua kakinya bahkan tak lagi mampu untuk menopang tubuhnya.

Ia ambruk, air matanya kembali jatuh, kali ini ia hanya terisak lemah perlahan kulepaskan tanganku darinya, aku menegang saat Sharas tiba-tiba menempelkan tubuhnya padaku seraya memukul-mukul lemah dadaku.

Aku hanya diam, tak tahu apa yang harus kulakukan disituasi seperti ini. Cukup lama Sharas menangis sesenggukan di dadaku, Sharas menarik kepalanya sedikit menjauh sambil mantap ku nanar.

Yah... Image nona muda yang angkuh dengan harga diri setinggi langitnya runtuh di depanku, aku sedikit menikmatinya.

EKHEM !

Aku menoleh ke arah pintu yang berada tepat di sampingku, " maaf mengganggu", aku memandang heran pada pria yang melangkah pelan menghampiriku dan Sharas yang masih dalam posisi hampir berpelukan.

"Perkenalkan nona, saya Harish dari kepolisian Midgaar", ucapnya lagi sambil mencium punggung tangan Sharas dengan lembut.

CUIH !

Aku membelalak kaget, Sharas langsung berlari keluar setelah meludahi sang polisi muda, aku menggeleng tak percaya dengan kelakuan Sharas barusan, untung cuma kena bajunya .

" er... Mohon maklum pak polisi", ucapku kaku, "tak apa tuan, ini sudah jadi hal biasa bagi saya", ucapnya sambil tertawa renyah " panggil saja Harish tuan" sambungnya lagi.

"Boleh saya melihat kamar mendiang nyonya Brigid ?", aku menaikan alisku " begini, sebenarnya saya diberi tugas untuk menyelidiki kematian nyonya Brigid", Harish berbisik di telingaku, aku mengangguk sekilas.

"Awalnya saya juga heran, kenapa Empty meminta bantuan pada kepolisian Midgaar, terlepas kecelakaan tuan Robert yang ada di Midgaar", aku diam mendengar ocehanya yang cukup masuk akal.

" jadi, kapan pemakamanya tuan ?", aku mengangkat tanganku sedada, memperhatikan jarum panjang dan pendek "sore ini, kira-kira pukul 16:39 ".

" ah... Masih tiga jam lagi".

----------

APA ?!

Teriaku, seluruh pelayan disini memandangku yang duduk bersama tuan Hans dan Harish yang masih tetap di sini hingga pemakaman sore ini-dengan raut wajah takut,
Maari masih setia berdiri di depanku dengan ekspresi datarnya.

"Tuan, ini sudah keputusan tuan Robert, saya dan para pelayan mau tak mau harus mengikutinya". Tegas Maari, aku hanya bisa menahan kekesalanku. Bisa-bisanya aku diberi tanggung jawab sebesar ini.

Ini kesialan namanya ! Semua baik-baik saja bagiku hingga 15 menit yang lalu aku memutuskan untuk pulang dan kembali ke sini sore nanti saat pemakaman.

Yah... Itu rencanaku sebelum Maari mendatangiku dengan membawa berita buruk dibibirnya.

" anda adalah tuan kami sekarang", ucap Maari membungkukan badanya. Oh ! Apa-apaan ini ? Dan lagi, seluruh pelayan meniru kelakuan Maari.

"A-apa  maksudmu Maari ?!", sengitku setengah berteriak, tuan Hans menahanku agar tak berdiri " tuan Robert telah menyerahkan nona Sharas pada anda, dan itu artinya seluruh harta, perusahaan serta aset-aset penting lainya adalah milik anda".

Aku tak ingin mempercayai ucapan Maari barusan, aku memutar kembali kejadian-kejadian yang kulalui bersama tuan Robert, dan aku tak menemukan apapun yang menyinggung pernyataan Maari "sejak kapan tuan Robert mengatakanya ?".

" ekhem ekhem", Maari berdehem seraya merapikan dasi dan jasnya, ia maju selangkah "BA-BARETH BARETH !", teriak Maari menengadahkan tanganya ke atas, tak ada yang terkejut kecuali aku, Harish, tuan Hans dan Sharas.

" SHARAS ! KAU JAGA SHARAS !", teriaknya lagi dengan lantang, sekilas aku dapat melihat pipi Sharas yang memerah serta tatapan tajamnya yang menusuk.

"Saat di rumah sakit tuan". Ah... Aku ingat tuan Robert juga pernah mengatakanya, tapi bukankah kesimpulan Maari terlalu memaksa .

Tenggorokanku rasanya kering seketika, ditambah lagi Sharas yang terus memandangiku degan tatapan sulit diartikanya. Jarak kami tak terlalu dekat, Sharas duduk agak jauh di samping Laras.

" tuan", Maari kembali bersuara "secara garis besar". Ucap Maari dengan keseriusan yang tak dibuat-buat " anda, tuan Baracu De reth atau tuan Bareth", aku menelan salivaku susananya jadi amat menegangkan "telah menjadi bagian bangsawan De liuiq sekaligus...

SUAMI DARI NONA SHARAS DE LIUIQ !

Cermin ajaib [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang