Asumsi

36 9 0
                                    

Aku tak tahu berapa jumlahnya, aku juga tak ingin repot sengan menghitung. Yang pasti jumlahnya banyak, hamoir memenuhi layar kamera,  beberapa berada tepat di belakang Sharas. Makhluk itu mengangkat tangan kurus dan mendekatkan jari-jari runcingnya keleher jenjang Sharas.

----------





Sharas De liuiq, Baracu De reth. Aku tak ingin tahu dengan pemikiran orang tentang dua nama itu, tapi aku bahkan tak bisa menemukan suaraku saat masing-masing dari nama tengah dan belakangku juga Sharas tercantum dalam buku hitam tebal, tua, lusuh dan berdebu. Banyak sobekan sana-sini. Juga, tulisan yang 99,7% tak terbaca.

Aku mengerutkan dahi lagi saat menemukan sebuah foto usang, menampilkan seorang pemuda tampan bersama seorang perempuan.

Dari posenya agaknya mereka sepasang kekasih. Dadaku bergemuruh, tanganku mengepal dan tak henti-hentinya aku mengumpat dalam diam.

Tenang Barac, dia bukan orang yang sama. Batinku menenangkan. Sekarang aku tahu bagaimana rasanya 'CEMBURU. Ya,  si hantu Bareth ini cemburu pada sebuah foto usang.

Aku yakin perempuan dalam foto ini bukan Sharas, tapi keraguan selalu hinggap saat mendapati wajah yang sama, postur tubuh, rambut, alis, mata. Semuanya sama ! Apalagi dengan pose mesra mereka.

Ah, juga liontin oval berukir bunga tulip yang bergelantung indah dileher jenjangnya.

Aku menghembuskan nafas pelan saat pundaku ditepuk pelan, "saya yakin itu bukan nyonya Sharas tuan". Aku mengangguk meyakini ucapan Ruka, Harish mengangguk sependapat.

Aku memandangi langit-langit ruang kerja tuan Robert dan kembali menautkan jari-jemariku. Tak ada siapapun di sini, hanya aku, Ruka dan Harish, tapi aku merasakan hawa keberadaan seseorang.

Suhu disekitar leherku menghangat, seolah ada sosok lain yang berdiri tepat di belakangku. Hanya ada sebuah pintu masuk dan cermin yang terpajang di pintu tersebut, tidak ! Bukan cuma ruangan ini, kurasa banyak sekali cermin di rumah ini.

" kalau melihat usia dari buku dan kusam foto ini", aku kembali memusatkan perhatianku pada Harish.

"Mungkin buku ini sudah berusia lebih dari satu abad". Aku dan Ruka saling pandang, "ah ! Latin ini bahkan sudah tak diajarkan semasa saya duduk disekolah dasar", sahut Ruka membenarkan.

"Semua ditulis dengan latin dan bahasa yang sama, tapi kalau melihat halaman terakhir dari buku ke dua..."

Aku dan Ruka saling mendekat, memperhatikan gerakan tangan Harish yang dengan lincah membuka buku tepat pada halaman terakhir, "anda pasti mengenali bahasa dan latin ini, tuan".

Aku terpaku menatap tulisan kecil bak semut itu, " asumsi saya", aku kembali mengalihkan perhatianku pada Harish yang tengah membenarkan posisi duduknya.

"Rouqh De liuiq, nama pertama yang di singgung pada buku pertama. Dalam buku ini beberapa kali menyindir soal Danth. Juga, De liuiq. Tak ada nama Giffson sama sekali dalam buku ini".

" seolah buku pertama ini menceritakan sosok Rouqh De liuiq. Sepak terjang, sejarah atau bisa dibilang sebuah biografi". Aku mengangguk paham.

"Giffson De reth, nama kedua ini lebih sering muncul dalam buku ke dua. Dari awal halaman sampai tengah tak ada singgungan soal Rouqh De liuiq ataupun Danth, sama sekali". Aku kagum dengan penuturan Harish.

Kami baru sekitar 29 menit saling cerita dan memperlihatkan 'oleh-oleh yang kubawa untuk Harish dan Ruka, dan dalam waktu sesingkat itu, Harish bahkan tahu banyak tidaknya buku itu menuliskan nama dan tempat.

" tapi setelahnya", suara Harish memelan sambil menunjukan lembaran itu padaku dan Ruka.

"Semacam skenario antara Rouqh De liuiq dan Giffson De reth, dan panggungnya adalah Danth atau kini bisa kita sebut sebagai Empty", aku menelan salivaku Ruka juga demikian.

" lalu...", tampaknya Harish masih belum selesai bercerita. "Halaman terakhir ini", tunjuk Harish. " ditulis dengan bahasa dan latin kuno Grasn yang dalam 10 tahun terakhir ini sudah tak di pelajari lagi dibangku sekolah, juga kertasnya yang amat berbeda dengan buku pertama dan kedua".

Aku bahkan tak tahu hal-hal semacam itu, dan Harish mengingat semua hal di luar Midgaar seperti itu.

"Kesimpulan saya,  buku ini lebih dari sekedar dongeng sebelum tidur tentang Danth, dan ada lebih dari satu tangan dalam buku ini. Halaman terakhir seolah dari Giffson De reth sendiri, mungkin dari teman atau tetangganya, dan siapapun penulis itu, ia ingin mengabarkan pada penduduk Grasn, atau siapapun orang dari Grasn tentang skenario yang terjadi di Danth. Kemungkinan ada dua pasang tangan dalam peeangkaian buku ini".

Harish memandang lekat pada dua buku di depanya, seolah mengajaknya bicara. "Tangan pertama, bisa dikatakan berasal dari Danth. Menyusun buku ini sedemikian rupa, menuliskan dengan tulisan dan bahasa yang baku pada masa itu", Harish meraba buku itu pelan.

" ia menceritakan apa yang terjadi, segalanya. Namun sayang", ucapnya lemah. "Ia tak tahu bahwa latin dan bahasa inipj akan dilupakan seiring mentari siang. Hanya nama dan tempat yang penulisan latin dan bahasanya masih sama", aku menatap Harish yang menatapku sendu.

" lalu tangan yang kedua, dalam penyusunan buku ini ia tak berperan banyak". Tak berperan banyak ? Aku menatap heran pada Harish yang tengah menekuri kedua buku itu. Membuka halaman awal pada tiap buku.

"Ia hanya menuliskan Rouqh De liuiq dan Giffson De reth pada halaman awal sebagai sebuah juduk, mungkin. Ia menulis dengan bahasa dan latin Black Forest yang hingga kini masih dipergunakan. Gaya tulisanya memang mirip, tapi kalau anda perhatikan pada huruf 'F' dan 'D' akan terlihat sekali bedanya".






Harish menghela nafas lelah " yah, itu cuma asumsi saya saja tuan".

"Landasan berfikir karena dianggap benar", sahut Ruka, Harish mengacungkan kedua ibu jarinya. " tuan, anda bisa membaca latin Grasn ini ?", aku mengangguk pelan lalu menyadari satu hal. "Jangan bilang kalau kau tak bisa membacanya ?", Harish tertawa kaku sambil menggaruk tengkuknya.

Aku memutar bola mata jengah, " tapi perlu kalian ketahui". Ucapku memandang Harish dan Ruka bergantian.

"Sebelumnya, aku mencoba membaca buku ini di Black Forest. Dan ya, aku hanya membuka buku pertama, aku sempat menanyakan dua nama-nama itu pada Sharas atau pada beberapa pelayan".

Aku mengurut pelipisku, " hal ini mungkin berpengaruh pada asumsimu", imbuhku. "Aku dan Sharas tak pernah mengenal nama-nama itu".

Harish dan Ruka saling menegakan tubuh mereka. " ya, aku tak pernah mengetahui Giffson De reth, Sharas tak pernah mendengar Rouqh De liuiq. Bahkan seluruh pelayan tak ada yang tahu. Dan tentang halaman terakhir itu", aku menunjuk dengan daguku.

"Itu memang dari Giffson De reth, dan hanya berisi tentang pesan

KEMATIAN

Cermin ajaib [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang