Delusi

40 8 0
                                    

CUKUP !

Teriak Sharas menampik tanganku agak keras. Aku agak bisa bernafas lega, Anne terkikik geli. Aku jadi membayangkan kalau saja Anne bertemu dengan Harish, Sharas langsung mengajak Anne menuju kamarnya, samar-samar aku dapat mendengar percakapan mereka "jadi itu yang namanya Bareth ? Boleh juga untuk seorang

HANTU !

----------

De liuiq. Bangsawan nomer satu di Empty, punya banyak perusahaan dan anak cabang, tapi... Sebagai 'penerus' dari bangsawan De liuiq tak ada yang bisa kukerjakan sama sekali, bukan berarti aku tak bisa tapi seluruh pelayan dan kepala cabang menolak bantuan ku.

Aku cuma perlu jadi penerus sekaligus suami dari puteri tunggal keluarga De liuiq. Posisi yang amat mudah, tapi tidak untukku, cuma duduk manis seharian tanpa melakukan apapun bukanlah keahlian ku.

23:13

Aku berdiri tepat di depan kamar Sharas, ia tengah menatap cermin di depannya dalam-dalam, di ranjangnya ada Anne yang tengah tidur pulas dengan dengkuran halusnya.

Aku mendekati Sharas perlahan dan berhenti tepat di belakangnya. Sharas masih diam terpaku di tempat, tak bergerak sedikitpun, entah ia menyadari keberadaan ku atau tidak.

Dengan ragu kutepuk bahunya pelan, tak ada respon. Aku maju dan berhenti di sisi kananya aku membulatkan mata penuh melihat bayangan Sharas di cermin itu, seingatku beberapa waktu lalu bayanganya hilang entah kemana, mungkinkah cuma halusinasiku saja ?

"Sharas ", panggilku pelan, masih tak ada respon. Tatapan Sharas begitu kosong nan dalam seperti... Nyonya Brigid. Aku menarik tubunya pelan, menjauhkan tubuhnya dari cermin besar berbentuk kotak, menghadapkanya tepat ke arahku, aku menatapnya lekat dan mengguncang pelan tubuhnya.

Ia masih diam tanpa respon, perlahan binar dimatanya kembali. Sharas membulatkan mata, ia linglung solah ia baru bangun dari tidurnya " Ba-Bareth ?", aku mengangguk pelan, satu butir air matanya lolos, aku tertegun melihatnya.

Aku merengkuhnya pelan, ia memukul dadaku lemah dan menangis dalam diam, pasti sulit untukmu.

----------

Haris, nama lengkapnya... Lupakan ! Bahkan aku tak tahu di bagian apa ia dikepolisian. Yang kutahu ia masuk kepolisian di usia yang sangat muda, sudah beberapa tahun ia bekerja dikepolisian, dan kini ia masih menginjak usia 26 tahun, 2 tahun diatasku.

"Jadi... Maksudmu ?", tanyaku, sudah hampir setengah jam aku dan Harish duduk  di ruang kerja tuan Robert " seperti ucapanku diawal tadi tuan, ada beberapa teori tentang kematian keluarga De liuiq".

Harish membenarkan posisi duduknya, mencari kenyamanan disela-sela ceritanya "salah satunya", ia menjeda sambil menyeruput kopi pahitnya.

" kematian mereka bukanlah bunuh diri dan kecelakaan biasa", kini tatapan Harish menajam "mereka dibunuh, dan tersangkanya adalah anda sendiri", ucap Harish santai, aku menelan salivaku tenggorokanku rasanya amat kering.

"Motif. Itulah yang jadi masalah utama dalam kasus ini. Jika anda menginginkan semua kekayaan keluarga De liuiq, maka hartanya tak akan pernah sampai ke tangan anda sampai sekarang".

Aku mengangguk pelan, mencerna kata demi kata Harish " teori itu hanya mungkin terjadi jika anda anggota keluarga De liuiq, walaupun anda membunuh mereka tapa jejak, tapi kekayaan mereka akan jatuh ke tangan nyonya Sharas".

Harish mengambil nafas sejenak "dan... Seandainya anda bergasil menggaet hati nyonya Sharas, entah dengan hipnotis atau bantuan hal mistis lainya hubungan kalian tak akan pernah sejauh ini".

Aku memandang bingung pada Harish, tak akan sejauh ini ? " tuan tahu sendirikan ?, kalau De liuiq bukan sekedar bangsawan biasa. Atau jika kita menganggap bahwa anda mempunyai dendam pribadi pada keluarga De liuiq, teori itu masih lemah, tak ada bukti, tak ada petunjuk".

Aku meraih cangkirku yang tinggal separuh "atau jika kita abaikan motifnya dan menganggap anda seorang psyco gila yang hanya ingin membunuh tanpa alasan, teori itu masih diperdebatkan oleh pihak atasan".

Harish menyenderkan kepalanya lelah "Delusi", ucapku menanggapi " ya tuan, kurang berdasar", sahutnya sambil membenarkan posisi duduknya.

"Tapi maksud kedatangan saya kemari bukan soal itu tuan. Empty, kota ini tak lagi aman tuan".

" maksudmu ?!".

"Beberapa bulan ini ditemukan orang 'hilang' dan semakin hari jumlahnya semakin bertambah", ya... Aku teringat pembicaraanku dengan tuan Robert tentang orang hilang kala itu.

" namun, maksud saya bukan hilang secara harfiah", aku memandang heran pada Harish "lalu ?".

" mental atau jiwa mereka hilang, mereka tetap hidup, seolah mereka hanyalah boneka yang bernafas. Tak ada respon tentang sesuatu, tak ada rasa sakit, senang, sedih. Seolah itak mereka juga ikut hilang".

Harish menundukan kepala "tatapan mereka", suara Harish bergetar " tatapan mereka kosong, seperti nyonya Brigid", lirihnya.

Aku teringat sesuatu, tatapan mereka kosong, seperti nyonya Brigid. Mulutku ternganga sedikit,

SHARAS !

"Anda juga tahu kan kalu nyonya Brigid tak merespon pada apapu..",

" kecuali Sharas", potongku cepat, aku menautkan kedua tanganku merasa cemas yang tak ku ketahui penyebabnya.

Cermin ajaib [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang