Sosok itu menjerit amat keras, membuatku terpental kebelakang hingga punggungku menubruk pohon, darah segar mengalir dari hidung dan sudut bibirku.
"LIHATLAH!" bentak ku sambil berusaha bangkit, "kau begitu MENJIJIKAN! aku yakin, Lizt pasti mual saat melihatmu."
Sosok itu perlahan keluar dari cermin, mengeraskan rahangnya dan menatapku nyalang dengan mata kosongnya.
Aku menelan Saliva ku susah, saat tubuh kurus kering itu mulai mendekat. Hampir seperti rangkaian tulang berwarna hitam yang berjalan, dengan hanya dibungkus kulit tipis tanpa darah.
Seluruh matanya putih tanpa pupil, tangannya panjang dan jarinya runcing.
Ia berhenti di hadapanku, dengan secepat kilat ia menyambar leherku, Mencekiku kuat dan mengangkat ku tinggi-tinggi.
KAU HANYA SEGUMPAL DAGING YANG AKAN KULUMAT HABIS!
Aku dapat melihat dengan jelas gigi hiunya, juga liurnya yang jatuh dengan bebas dari mulut keriputnya.
Aku hampir kehilangan kesadaran ku, dan disaat yang tepat, tiba-tiba angin bertiup amat kencang.
Menerbangkan dedaunan kering, menggugurkan daun hijau serta ranting-rantingnya.
Angin yang membawa serta kabut tebal dan suara teriakan yang bersahutan.
BARETH...
Lagi, suara seringan angin yang memanggil dengan gemuruh. Tubuhku tiba-tiba jatuh, lepas dari cengkraman makhluk itu.
Ku seka darah disudut bibirku.
BARETH...
Aku membelalak, aku mengenal suara ini. Suara itu terus memanggil ber ulang-ulang. Angin yang tadinya berhembus amat kencang mendadak berhenti.
Kabut yang tadinya menyelimuti sisi hutan perlahan lenyap.
ARGH!!!
Jerit sosok itu, keras dan memekakkan telinga. Aku menoleh dan terperangah, mendapati sosok itu tercekik oleh sekumpulan tangan berwarna putih yang agak transparan dan mengeluarkan banyak asap putih.
Kini sosok itu tertelan habis oleh asap-asap itu hingga tak terlihat. Aku mendengar suara jeritan yang amat keras, meraung dan mengumpat.
Aku mengangkat daguku, memandang langit yang mulai cerah, memperhatikan purnama yang tadi sempat hilang.
"Purnama ke-12!"
Aku berlari kencang dan tanpa pikir panjang membenturkan tubuhku pada cermin oval yang bersandar di bawah pohon pinus terbesar yang ada di tengah hutan lindung.
PRANG!!!
Hancur! Cermin itu hancur berkeping-keping, remuk tak berbentuk. Aku jatuh tersungkur, kepalaku rasanya sakit sekali, nyeri dan rasanya mau pecah.
Darah mengucur, mengalir deras melalui pelipis dan dahiku yang mungkin sempat terkena serpihan kaca.
Suara itu mulai meracau tak jelas, menangis dan tertawa gila. Bahkan aku sempat mendengarnya memohon.
Sayangnya aku tak merasa iba sama sekali, karena suara itu terlalu mengerikan untuk didengar.
Kepulan asap yang tadinya berwarna putih, kini lekas menghitam dan perlahan hilang tak bersisa diterpa semilir angin malam yang mengiringi tertutupnya mataku.
----------
Maaf banget ya kalau chaptet kali ini pendek. Nggak sampek 500 kata.
Tapi kali ini saya bakal update double kok.
Happy reading.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin ajaib [TELAH TERBIT]
Mystery / Thriller(tidak direvisi karena mager 😅😅😅 mohon maklum) Empty kota kecil padat penduduk. Kota yang indah nan asri, harus ter-usik ketenanganya dengan keganjilan-keganjilan yang di mulai dari kediaman bangsawan De Liuiq, yang menyeret pemuda bernama Barac...