Aku memandang Maari nanar, " ma-maaf tuan". Ucapnya lirih tapi terdengar jelas di telingaku. "Maaf terlambat memberi tahu, tapi seluruh pelayan di sini sangat dilarang mendekati area ini. Bahkan kami semua tak pernah tahu bahwa gudang ini...
BENAR-BENAR ADA
----------
Aku tak tahu apa yang baru saja terjadi, tiba-tiba saja aku sudah berdiri di tengah hutan agak gelap, kabutnya juga amat tebal menghalangi jarak pandangku.
Aku mengeraskan rahang ku saat suara tawa itu kembali terdengar di telingaku, tak ada hal baik semenjak suara itu terdengar. Aku mengedarkan pandangku, tak ada apapun di sini, hanya kumpulan pohon yang amat tinggi.
Aku berjalan tanpa arah, mengikuti suara pembawa masalah itu, suara yang membawa bencana setiap kali terdengar di telingaku.
Hingga, aku berhenti tepat di depan sebuah cermin. Cermin setinggi 2,5 meter, berbentuk oval dengan ukiran bunga tulip yang melingkarinya.
KHE ! KHE ! KHE !
Aku mengepalkan tanganku erat, aku menyadari satu hal, suara itu terdengar amat jelas dan arah suara itu tepat di depanku. Tak ada apapun hanya ada bayanganku dalam cermin.
Perlahan bayanganku pudar, sedikit demi sedikit berganti dengan kegelapan. Dari kegelapan itu, muncul siluet dari kejauhan. Perlahan siluet itu semakin dekat, menampilkan sesosok bentuk seperti manusia.
BARETH !
Aku menahan nafasku, suara itu... Sharas ! Sosok itu mendekat dan berdiri tepat di hadapanku, seolah 'ia tengah menilai ku.
'Ia perlahan mengangkat lengan kurusnya, menggerakkan jari-jemarinya seolah menyuruhku agar mendekat.
Gerakanya pelan, menyentuh sisi dalam cermin seraya menekanya kuat-kuat. Kini aku dapat melihat sosoknya walau kurang jelas. Tubuhnya kurus dan pucat dengan dipenuhi beberapa pecahan kaca yang memenuhi hampir seluruh tubuhnya.
Wajahnya tak begitu jelas karena tertutup oleh kegelapan, ia tersenyum padaku, tidak ! Lebih tepatnya ia menyeringai padaku, menampilkan deretan gigi hiunya.
SRAAAT...
Perlahan tangan kurusnya keluar menembus cermin seolah cermin itu hanya kumpulan air, aku tak dapat bergerak, tubuhku serasa beku. Keringat dingin membasahiku saat tangan itu semakin mendekat, dan...
TAP ! Tangan kurus nan dingin itu mencengkram leherku kuat-kuat, menariku paksa masuk ke dalam cermin perlahan. Aku sempat melihat beberapa orang di belakang sosok yang menariku ini.
BARETH !
Suara itu... Sayup-sayup aku mendengar suara Sharas yang memanggilku, dari suaranya seperrtinya ia panik, apa yang membuat Sharas begiti panik ?
BARETH !
Suaranya semakin jelas, semakin lama semakin keras seperti teriakan. Aku menelan salivaku, separuh tubuhku telah masuk ke dalam cermin.
BARETH !
Deg ! Aku terkesiap seraya bangkit dari tudurku, aku terduduk dengan linglung. Memandangi seluruh ruangan dengan nafas yang terengah-engah.
Aku memegangi dahiku yang basah oleh keringatku sendiri. Barac, itu hanya mimpi dan kau sudah bangun sekarang, Ucapku dalam hati.
Aku mencoba mengatur nafasku, ku singkap selimut yang membalutku karena rasa panas yang menjalar di seluruh tubuhku.
"Akhirnya kau bangun", aku mengerjap-ngerjapkan mata, aku tak bisa menemukan suaraku.
" a-apa yang terjadi ?". Tanyaku hati-hati, aku baru menyadari kalau aku tak tidur sendiri. Aku memandangi Sharas yang tengah memiringkan tubuhnya padaku.
Aku benar-benar tak ingat kalau aku tidur seranjang dengan Sharas, "Bareth berisik sekali, meracaukan hal-hal tak jelas, aneh". Jawab Sharas membenarkan selimutnya.
Aku mengernyitkan dahiku saat mataku menangkap sebuah liontin di leher jenjang Sharas, " liontin itu ?". Sharas mengerutkan dahinya, "apa ada yang salah ?", tanya nya seraya duduk.
Aku baru ingat, cermin itu begitu mirip dengan liontin milik Sharas. " bisakah kau membuka liontin itu ?", Sharas mengangguk.
Sama ! Tak ada perbedaanaya sama sekali. "Dapat dari mana kau ?", tanyaku curiga, Sharas mengerjapkan matanya bingung, " kupikir kau yang memberikanya".
Aku menganga tak percaya, tak cukupkah aku dibuat bingung siang ini.
"A-aku ?!".
" yup. Laras bilang, kau sangat perhatian padaku, ia kira ini darimu". Laras ?! Oh lagi-lagi Laras, ia memang masih muda pantas jika Sharas cocok denganya.
"Satu hal, aku tak pernah memberimu hal-hal seperti liontin dan sebagainya", ucapku lemah. " lalu siapa ?", aku terdiam mendengar pertanyaan Sharas, jujur aku juga sangat penasaran semenjak pita merah muda itu.
Pikiranku melayang kemana-mana. Tak sengaja aku melihat bayanganku yang terpantul di cermin rias yang terpajang tak jauh dariku. Entah sejak kapan aku menjadi was-was berada didekat cermin.
"Boleh kusimpan ?", tanyaku pada Sharas, lebih tepatnya memohon. Sharas menimang-nimang jawabanya, " bukankah tak boleh menerima barang dari orang tak dikenal ?", bujuk ku.
Hm... Seingatku itu peraturan nomer 17, entahlah tak penting juga aku mengingatnya. Aku hanya mengingat beberapa peraturan, itupun karena paksaan tuan Hans.
Dengan berat hati Sharas memberikan liontin itu padaku, aku tersenyum simpul padanya. Sharas mengerucutkan bibirnya, terlihat imut, ia memalingkan muka lalu meringkuk dibawah selimut, menyembunyikan seluruh tubuhnya.
Good girl !
----------
Beberapa rumah penduduk hancur akibat serangan kambing-kambing gunung waktu itu, tahap renovasi masih berlangsung di seluruh kota.
Ada beberapa korban jiwa dalam peristiwa itu, kita bisa menyebutnya TRAGEDI.
Terlepas dari berita harian di koran yang memuat beritanya hampir tiap hari, timbul satu pertanyaan yang perlu digaris bawahi.
KENAPA ?
Kenapa sekumpulan kambing gunung bisa melakukan hal demikian, berlari tanpa henti walau sebuah tembok ada di depan mereka.
Tak ada yang berbelok, kambing-kambing itu malah berlari penuh secara garis lurus dan menghiraukan apa yang ada di depan mereka.
"Bagaimana keadaanya ?", tanyaku pada seorang dokter muda. " seluruhnya baik-baik saja tuan, tapi seperti yang terjadi di luar sana, tuan Hans bisa divonis hilang".
Aku menghembuskan nafas kesal, hilang dalam artian jiwanya tak berada didalam tubuhnya. Fenomena yang kini menghantui kota Empty, tak ada yang tahu penyebabnya. Tinggal menunggu waktu hingga Empty benar-benar
KOSONG !
KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin ajaib [TELAH TERBIT]
Mystery / Thriller(tidak direvisi karena mager 😅😅😅 mohon maklum) Empty kota kecil padat penduduk. Kota yang indah nan asri, harus ter-usik ketenanganya dengan keganjilan-keganjilan yang di mulai dari kediaman bangsawan De Liuiq, yang menyeret pemuda bernama Barac...