BUKAN LAWAN JENIS
Yunho dua jam duduk didepan komputer kantor bengkelnya. Hari ini yang ada dikepala Yunho cuma Mingi, Mingi, dan Mingi.
Yunho bener bener pengen tau kenapa Mingi bereaksi panik berlebih kaya waktu kemarin diapartnya.
Dan ketemu.
Lagipula Yunho bukan orang bego. Yunho itu pinternya bukan main. Soal kaya gini, gampang banget buat Yunho walau emang sampe ngabisin waktu dua jam.
Yunho baca salah satu situs web disitu. Juga beberapa web lainnya yang nunjukin gejala gejala sama persis kaya apa yang dialamin Mingi kemarin.
Mingi punya serangan panik.
Dan apa? Mingi homopobic?
Bercanda.
Yunho langsung ambil hpnya, cari nomor telfon disitu.
"San, bisa kebengkel sebentar?"
.
"Udah kamu minum obatnya, Mingi?" Tanya Dokter yang selama ini pantau kesehatan Mingi, Mingi dateng hari ini sama Abahnya buat pemeriksaan rutin, apalagi kemarin Mingi sempet kambuh parah."Udah, dua hari lalu. Em..ya, kalo ga salah."
"Kemarin kamu bereaksi lagi?"
"Iya.."
Abah Mingi nunggu diluar, cuma dokter sama Mingi didalem sini.
"Dokter, ada kemungkinan saya bisa sehat? Saya bener bener muak sama penyakit ini Dok, ini bener bener aneh, saya ga mau seumur hidup saya kaya gini.." teguh keras Mingi volume suaranya naik.
Dokter liat beberapa lembar hasil pemeriksaan Mingi sebelumnya, "Perlahan lahan homopobic kamu mulai sembuh, tapi karena tubuh sama otak kamu yang masih merespon karena kepanikan gara gara trauma kamu, itu bikin kamu masih engga bisa buat terhindar dari serangan panik, Mingi." jelas Dokter.
"Tapi sampai kapan Dokter.."
"Saya selalu menganjurkan kamu untuk menjalani terapi, namun selalu kamu tolak."
Mingi gigit lidahnya sendiri, dia bener bener ga suka sama terapi. Apalagi kondisi uang yang ga nentu kaya gini. Bener bener buang uang aja.
"Saya sudah bicarakan soal ini pada kakek kamu, dan dia selalu setuju agar kamu cepat sembuh. Dengan cara apapun termasuk terapi Mingi, kakekmu itu benar benar peduli. Jarang sekali saya melihat anggota keluarga yang tulus menemani anak/anggota keluarga lainnya yang terkena gejala homopobic."
Mingi cuma diem.
"Kamu pasti memikirkan berapa biaya terapi bukan? Kakekmu sudah mengurus itu dari lama. Hanya saja ia menunggu sampai kamu bersedia, kakekmu itu..haha tidak mau membuatmu terpaksa. Tapi beliau sangat ingin kamu sembuh dan meminta tolong pada saya."
Mingi mengepal dua tangannya, nahan emosi.
Kenapa bisa bisanya Abah punya pikiran kaya gitu.
Mingi ga suka."Kalau gitu, pemeriksaan hari ini cukup. Saya akan beri resep obatnya, kamu bisa tukar di depan, jika masih berlanjut. Kamu bisa kembali. Dan pikirkan lagi soal terapinya."
Mingi keluar, Abah Mingi yang liat langsung samperin Mingi.
"Gapapa, nak?"
"Bah, uang yang Mingi kasih ke Abah..Abah pake buat ini? Buat terapi Mingi?" Mingi nunduk ga berani liat Abahnya, suara Mingi juga kecil banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan lawan jenis; Minyun✓
Fanfiction[REVISI] "Gue suka laki-laki, gi." Mingi tiba-tiba diem pandang gelas yang dia pegang, kopi yang dia minum bahkan belum dia telen. Atau lebih tepatnya masih nyangkut ditenggorokan "Hah?" "Gue gay." "Ekhm, ya..terus?" Yunho nyiritin kedua alisnya, "L...