Prolog

41 5 16
                                    

"Ma" panggil Kevin pada mamanya yang sibuk melihat belanjaan apa yang sudah dia beli.

"Hm" tanpa melihat anaknya, ibu Ros-mama Kevin- menjawab sekenanya.

"Aku menang Olimpiade MIPA loh ma!" Kevin menunjukkan piala dan piagam yang dia dapat dengan kerja keras agar orang tuanya bangga dan mulai memberinya perhatian.

"Aduh, udah dulu yah Vin, mama ada arisan nih" tanpa merasa iba  pada anaknya ibu Ros menarik tas selempang mahalnya lalu berlalu melewati kevin yang penuh rasa kecewa.

"Tapi ma-"

"Udah nanti lagi ya Vin" Kevin tak kuasa menahan emosinya. Rasa kecewa begitu mendominasi. Meskipun bukan pertama kali baginya diperlakukan seperti itu tapi tetap saja hati kecilnya marah.

"Apa ke kantor papa aja yah?" Dengan membawa sedikit harapan ia langsung bergegas ke kantor papanya.

"eh mas  Kevin!" Sapa mang Amir, sopir papanya.

"Mang, papa mana?"

"Di dalem mas" tanpa menjawab Kevin buru-buru masuk. Dilihatnya sang papa sedang berkutat dengan monitor dengan dahi yang berkerut.

"Pa" panggil kevin pelan.

"Vin, liat papa lagi sibuk kan? Di rumah saja yah" belum apa-apa kevin sudah ditolak. Ia menyerah dan pergi.

Ditengah hujan kevin terus berjalan kaki menyusuri jalan. Entah kemana. Ia punya rumah tapi tak bisa dibilang rumah. Ia punya segalanya tapi merasa miskin. Air hujan melaju sejalan dengan air matanya. Mengapa dia tak disayang seperti teman-temannya?

KEVIN : hide & seekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang