Loncat ke Bab 21

11 0 0
                                    

“Kalian baik-baik saja?”

“Buruk Henji-kun. Tangan kakiku sudah beku.” Tak terasa tangan dan kakiku sudah keriput seperti kakek-kakek.

Kami telah sampai di basecamp pendakian. Waktu menunjukkan pukul 6 sore. Lampu-lampu desa sudah menyala. Mereka telah menyambut malam yang datang.
Hujan perlahan mulai reda. Meninggalkan dingin yang tak kunjung hilang. Bibir membiru dan hidung meler. Tiap hembusan napas yang keluar dari mulut menyembul seperti asap rokok. Terlihat jelas.
Di basecamp, kami ditemani oleh beberapa pendaki yang juga kebasahan. Mereka senasib dengan kami. Hanya saja kami yang paling parah kondisinya.

Beberapa pendaki lain baru akan naik mendaki. Namun mereka mengundurkan jadwalnya karena badai hujan barusan.

Kami telah berganti pakaian atas dengan kaos yang kami tinggal di mobil. Selain itu pakaian kami basah kuyup.

Aku, James, Alice dan Jennifer hanya bisa membayangkan bisa mandi air panas seperti di flat dulu. Oh rasanya pasti nikmat.

Kami meminta teh panas kepada pemilik basecamp. Setidaknya itu bisa menghangatkan sementara tubuh kami.

Aku hanya bisa merenungi nasib kami malam ini. Begitulah cuaca di gunung. Bisa berubah dengan cepat. Siapapun kita tidak boleh menyepelekannya. Persiapan sebelum mendaki adalah hal yang sangat penting. Barang sekecil apapun bisa memberikan dampak yang besar jika tidak dibawa. Itu yang aku pelajari dari kejadian ini.

Kami tidak berlama-lama di basecamp. Begitu teh panas habis, kami langsung berpamitan untuk kembali ke Jogja.

Sebagaimana saat pulang dari Merapi dulu, kepulanganku dari Merbabu juga diiringi oleh hujan yang kembali turun. Hujan tetaplah hujan. Ia bukan tangis seseorang yang kehilangan kekasihnya. Hujan turun karena keinginannya sendiri. Tapi aneh juga, kadang hujan turun membawa sejumput kenangan. Begitulah hujan.
*

Perjalanan pulang berlalu tanpa cerita. Hanya pemandangan gelap malam dan bunyi gemercik hujan yang menghiasi sepanjang perjalanan. Kami terlalu lelah untuk bercerita. Dan akhirnya kami sampai juga di hotel.

Waktu seperti menguap begitu saja. Siang tadi kami masih di atas gunung, malam ini kami sudah di kamar hotel menikmati air hangat dari pancuran shower.

Semua kisah pendakian ini akan selalu terkenang dalam memori kami. Dimana pun kami berada nanti. Kala hujan turun deras, ingatan itu akan datang dan mengumpulkan kami bersama-sama kembali.
*

Novel Pendakian: MERBABU #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang