Aku ini manusia tidak tahu realita
Hanya berjelajah di dunia fana
Yang kubisa hanya memandang kesibukan kota
Dengan netra nanar yang amat kentaraAku ini manusia tidak tahu diri
Tidak cantik, tidak manis, tidak pula seperti gadis lain yang memikat hati
Yang kubisa hanya merangkai bait-bait puisi
Pemaparan jelas tentang seorang gadis tanpa kepercayaan diriAku ini manusia tidak tahu malu
Ingin mewujudkan satu ilusi pun rasanya tak mampu
Yang kubisa hanya meresapi bisikan kalbu
Bahwasannya aku punya satu mimpi baruAdalah kamu
Sang pemotret langit biru
Alasan mengapa pipiku merah semu
Padahal bukan aku tujuan senyum ituKamu itu manusia tahu realita
Sadar akan kemampuanmu yang sebetulnya luar biasa
Layak mendapat segala jenis decak kagum orang-orang
Sebab hati dan pikiranmu yang pandai mencerna keadaanKamu itu manusia tahu diri
Sadar kapan harus bertindak tanpa menyakiti
Meski memang harus berpikir satu dua kali
Untuk membuat langkah ke depan menjadi pastiKamu itu manusia tahu malu
Malu jika tidak santun pada lawan bicaramu
Malu jika melaju dalam ragu
Malu jika hidupmu berjalan tanpa satu tujuAku berpura tak peduli
Kendati kisah ini bagai garis paralel dalam tematikAku dan kamu berada dalam bidang datar yang sama
Tak akan pernah berpotongan meskipun garisnya diperpanjang
Memang sejajar
Tapi tidak pernah dipertemukanAku mau kamu yang mampu merawat luka
Hingga bekasnya pun tak tersisa
Aku mau kamu yang mampu menghapus lara
Hingga lupa caranya berhenti tertawaJika kamu tak paham
Biar aku simpulkan
Intinya, aku yang bukan apa-apa, ingin kamu yang segalanyaSenin, 25 Maret 2019; 01.52 WIB
—dy
KAMU SEDANG MEMBACA
a.m. | p.m.
Poetrybisa disebut sajak, bisa pula tidak; sebab karya ini tidak terkekang, tanpa aturan. ↪cover by pinterest