Tujuh belas tahun lalu,
aku tidak memedulikan definisi pulang.
Hanya tahu bahwa saat semua anggota keluarga ada,
maka aku dilingkupi suka cita.Empat belas tahun lalu,
aku tidak memedulikan definisi pulang.
Hanya tahu bahwa saat ibu dan ayah mengajak jalan-jalan ke bukit di pinggir kota,
mengejar serangga,
menyaksikan angin yang menerpa ilalang,
setelahnya kembali dengan euforia.Sebelas tahun lalu,
aku tidak memedulikan definisi pulang.
Hanya tahu bahwa saat kami sekeluarga bermain pasir di pantaiselatan,
menikmati deburan ombak,
larut dalam keindahan fajar dan senja,
setelahnya kembali dengan euforia.Sepuluh tahun lalu,
aku yang masih amat sangat belia,
sadar bahwasanya komposisi keluarga kami berbeda.Entah apa,
tapi aku sadar duniaku tak lagi sama.Aku kehilangan definisi pulang.
Tersesat dalam nestapa.Sampai usia delapan belas,
hanya beranjak dari satu tujuan ke tujuan berbeda,
berharap setidaknya mampu melengkapi sisi yang hilang.Lantas, apa itu definisi pulang?
Apakah menuju tempat yang orang lain sebut rumah?
Atau menuju manusia lain yang memiliki hubungan darah?
Atau apa?
Sebab aku rindu pulang
Tidak tahu ke mana
Tidak tahu pada siapaAkan tetapi satu hal yang pasti,
pada masa yang telah digariskan dalam takdir,
Yang Maha Kuasa akan memanggil.Untuk pulang,
yang sebenar-benarnya pulang.Selasa, 26 Mei 2020; 18.54 WIB
—dy
KAMU SEDANG MEMBACA
a.m. | p.m.
Poetrybisa disebut sajak, bisa pula tidak; sebab karya ini tidak terkekang, tanpa aturan. ↪cover by pinterest