Hal pertama yang kulakukan ketika membuka mata adalah; termangu.
Lalu entah berapa ratus sekon setelah itu; tetes-tetes air menggenang di pelupuk.
Harusnya, aku tidak takut.
Dunia memang sekejam itu.
Bahkan dalam dunia fana sekali pun.
Bagaimana bisa... seorang gadis belia dipaksa melawan dunia.
Kehilangan.
Ditinggalkan.
Secara harfiah, ia tidak sendirian. Namun pada hakikatnya, ia kesepian.
Memori terakhir sebelum dunianya berubah menjadi kelam ialah; setoples kue keju dari sang bunda.
Aku berakhir di sini lagi.
Di antologi puisi.
Kamis, 9 April 2020; 04.32 WIB
—dy
KAMU SEDANG MEMBACA
a.m. | p.m.
Puisibisa disebut sajak, bisa pula tidak; sebab karya ini tidak terkekang, tanpa aturan. ↪cover by pinterest