Sang surya terbenam di ufuk barat
Separuh bumi menggelapPusat kota tak sehingar biasanya
Jalanan lengang
Toko tutup lebih awal
Lampu dari sebagian gedung pencakar langit sengaja dimatikanSatu jam sebelum tengah malam
Delapan gerbong kereta memecah kesunyian
Gadis bermantel putih itu duduk di kursi sisi jendela
Gerbong nomor enam, baris dua puluh duaMesin pendingin terus menyala
Si gadis hanya berbekal sebuah ransel, dan tak ada selimut di dalamnyaBiar
Biarlah pusat kota tak seramai biasanya
Malam itu sebelum meninggalkan pintu rumah, kening si gadis dicium oleh sang bundaBiar, biarlah hanya suara gesekan besi dan rel mengisi kesunyian
Malam itu sebelum masuk antre kereta, tawa si gadis mengembang sebab candaan yang dilontarkan sang ayahBiar, biarlah mesin pendingin terus bekerja
Meski suhu sembilan belas derajat, dan konsisten menurun hingga entah berapa
Malam itu, kali pertama setelah sekian lama, si gadis merasa hatinya menghangatRabu, 19 Agustus 2020 23.15 WIB
—dy
KAMU SEDANG MEMBACA
a.m. | p.m.
Поэзияbisa disebut sajak, bisa pula tidak; sebab karya ini tidak terkekang, tanpa aturan. ↪cover by pinterest