Lihatlah
si pohon tua
di tengah kota,
berdiri sendirian
di sebelah tenggara
perempatan jalan.Daun rimbun, batang kokoh, akar kuat
Ia meneduhi para penunggu lampu merah dari terik dan hujan
Memberi oksigen meski dibalas karbon dioksida, meski memang itu fungsinyaTapi dasar manusia
Malah sengaja mencemari udara
Ramai-ramai pakai besi roda empat
Padahal hanya sendirian menempuh jarak dekat
Pengguna besi roda dua juga
Salip sana sini sambil curi jalan
Aba-aba masih kuning tapi maju membelah jalanMakin hari makin banyak lah mereka yang lebih mencintasi si besi beroda daripada si pohon tua.
Ah, jangankan si pohon tua, dengan sesama pecinta besi beroda saja, egonya tak mau mengalah.Lagi, dasar manusia
Bukannya berterima kasih malah mengolok-olok si pohon tua
Katanya ia penyebab bau tak sedap
Sebab kotoran-kotoran burung menempel di tubuhnyaPadahal kan, hanya di sana tempat tinggalnya
Kawan-kawan pohon yang lain sudah lebih dulu mati ditebang manusia
Jika si pohon tua ikut dimusnahkan, lantas ke mana lagi burung-burung harus pulang?Pohon tua yang makin tua,
sendirian,
malang.
Ingin mati saja,
tapi kasihan para penghuni kota."Tolong," pintanya.
Sabtu, 4 Januari 2020; 20.10 WIB
—dy
KAMU SEDANG MEMBACA
a.m. | p.m.
Poesíabisa disebut sajak, bisa pula tidak; sebab karya ini tidak terkekang, tanpa aturan. ↪cover by pinterest