Bom Waktu

208 18 0
                                    

Aku ingin mengadu;
tentang hal-hal yang tabu,
tampilan palsu,
tawa bernada sendu,
mata pemancar pilu,
dan harapan semu.

Lewat kalimat yang tampak meyakinkan, aku mendapati kebohongan.
Dusta kecil di atas dusta-dusta lainnya.
Menyelimuti realita yang ada.

Genap satu dekade tenggelam dalam pusaran kelam,
pusaran yang dari luar terlihat bak tembuk kebahagiaan.

Tidakkah kau lelah bersandiwara?

Karena aku lelah.
Bersembunyi dibalik apa yang orang lain sebut rumah.
Pecundang? Iya.
Tidak hanya sembunyi, aku juga lari.
Di entah berantah, yang kudapati bukan penyembuhan, melainkan gores baru di atas gores lama.
Masih basah, dan mungkin akan selalu basah.

Biar.
Topengku memang satu.
Pernah retak, tapi kemudian kembali utuh.
Ia tahu pemiliknya butuh tampilan palsu.

Bila digambarkan dalam satu garis lurus :
Orientasi;
awal baru;
sudah terlewati.
Komplikasi;
luka, cedera;
masih terjadi.

Bagaimana resolusi dan koda dari dusta-dusta itu?

Waktu?
Mana yang meledak lebih dulu? Dusta yang setelahnya mengungkap luka? Atau luka yang setelahnya mengungkap dusta?

Apapun itu, ia adalah bom waktu.








Jumat, 1 Mei 2020; 09.42 WIB
dy

a.m. | p.m.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang