Happy Reading
Matahari pagi menerobos masuk kedalam kamar melalui jendela. Hal itu membuat Jeongin terbangun akibat cahaya tersebut. Saat ia membuka matanya, sebuah tangan yang berada diperutnya tidak membuatnya terkejut. Hal ini sudah biasa. Itu adalah tangan sang kakak. Kakak tiri lebih tepatnya. Sekaligus kekasihnya. Mereka berdua sudah menjalani ini sekitar 1 tahun. Tepat setelah kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikah.
Itu sudah biasa. Karena pasti Hyunjin akan menerobos masuk ke kamar Jeongin dan tidur disampingnya sampai pagi. Sudah sering dilakukan olehnya. Jeongin sudah mencoba dengan berbagai cara. Namun, Hyunjin tetaplah Hyunjin.
Ya, kembali ke topik sang ibu memilih untuk menikah kembali dengan seorang lelaki beranak satu. Anaknya juga seorang laki-laki. Sama sepertinya. Namun, yang membedakan hanyalah umur dan juga ia adalah pemegang perusahaan sang ayah saat ini. Hyunjin berusia hampir 30 tahun. Berbeda dengan Jeongin. Bahkan ia masih sekolah. Tahun terakhir.
Jeongin membalik tubuhnya menghadap kearah sang kakak. Betapa tampannya. Hidungnya yang mancung, wajahnya yang nyaris dipahat dengan sempurna, bibirnya. Salah satu kelemahan Jeongin. Bibir sang kakak begitu memikat. Tebal dan berisi. Pasti enak untuk di--
Ah, sudahlah. Ini tidak akan selesai.
"Kau berpikir jorok ya? " ucap Hyunjin dengan kelopak mata yang masih tertutup.
"Tidak. " elak Jeongin. Namun percuma saja, pipi tirusnya sudah memerah menjalar hingga kedaerah telinga.
"Kau berpikir apa? Aku tahu pasti kau berpikir bagaimana saat aku menggagahimu, kan? " terka Hyunjin yang membuat pipi Jeongin semakin memerah akibat topik pembicaraan yang semakin menyimpang.
"KAK HYUNJEANNNN !!!!!!!! " teriak Jeongin dengan suara lumba-lumbanya sambil menyembunyikan wajahnya dengan bantal dari sang kakak.
"Iya, iya. Tidak, kok. Jeongin kan masih polos. Tidak tahu apa-apa. " ujar Hyunjin mengalah. Sudah puas sepertinya ia mengejek sang adik.
"Nah, itu tau. Yaudah, mau mandi dulu. " pamit Jeongin sambil mengambil ancang-ancang berdiri. Tapi sebelum Jeongin berdiri sempurna, Hyunjin sudah terlebih dahulu menarik lengan Jeongin hingga Jeongin kembali terjatuh dikasur dengan posisi diatas Hyunjin. Ya.
"K-kak. " ucap Jeongin gugup. Kakaknya ini tak terduga. Jeongin kan jadi memikirkan yang lain. "Kau tahu kan, didunia ini tidak ada yang gratis? " tanya Hyunjin yang Jeongin jawab dengan sebuah anggukkan gugup.
"Kalau begitu, aku minta bayaranku. " lanjutnya setelah memberikan Jeongin jeda untuk bernapas terlebih dahulu. Hyunjin tahu bahwa Jeongin terkejut tadi. "A-apa? " tanyanya ragu. "Morning Kiss. " ujar Hyunjin santai tanpa beban. Tidak tahu apa Jeongin saat ini sudah terkejut bukan main.
"Aku tahu bahwa kau ingin mencoba bibirku. Maka dari itu, " belum selesai Hyunjin dengan ucapannya, Jeongin sudah terlebih dahulu mencium bibir sang kakak. Hanya sekilas. Namun, ditahan oleh Hyunjin saat Jeongin ingin melepasnya.
"H-hmhh. " Jeongin mencoba untuk melepas pangutan yang tercipta. Ia akhirnya dapat merasakan bibir Hyunjin yang selama ini hanya bisa ia bayangkan. Namun, ia harus melepas ini karena ia kehabisan napas.
"Kenapa kau tak suka? " tanya Hyunjin saat sudah melepas pangutannya dengan Jeongin.
"Aku kehabisan napas, bodoh. " jawab Jeongin jujur. Kan tidak lucu kalau dia mati konyol karena ciuman dengan sang kakak.
"Kau sudah berani dengan ku? Hmm? "
Tingkat waspada Jeongin sudah menyala. Ia harus segera lari dari Hyunjin sebelum Hyunjin bertindak lebih atau yang tidak seharusnya. Kali ini ia harus bertindak cepat. Jeongin langsung saja lari kearah kamar mandi tepat sebelum Hyunjin akan menahannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIN ¦ HyunJeong
Fanfiction[✔] H Y U N J E O N G A R E A "Menyerah pada takdir atau bahagia berdosa? "