"Aku belum bisa menjagamu dengan baik dan membuatmu bahagia, Je. " Lanjutnya lagi. Tapi, kali ini ia membalas tatapan Jeongin. "Mungkin memang aku tidak ditakdirkan untuk bersama denganmu. Haruskah kita akhiri? " Ucap Hyunjin sambil menatap lekat kedua netra Jeongin. Namun, Jeongin tidak menjawab bahkan bergeming sedikit pun.
Jeongin cinta Hyunjin. Ia akui itu. Sangat. Ia masih ingin bersama dengan Hyunjin dalam waktu yang lama. Berdua bersama, seperti yang lain. Tapi di satu sisi, ia harus memikirkan kembali. Hubungan ini tidak sehat. Mereka berdua adalah saudara. Walaupun bukan saudara kandung, namun tetap saja. Itu salah.
"Aku masih ingin bersamamu dalam waktu yang sama. Sangat amat lama mungkin sampai ajal menjemput kita. Namun sepertinya kau tidak begitu nyaman dengan adanya hubungan ini. Apa yang harus ku lakukan? " Tambahnya sambil tersenyum miris menatap Jeongin.
Melihat Jeongin yang tidak menjawab ucapan Hyunjin, membuat suasana menjadi semakin melow. Terbukti dari netra Jeongin yang sudah meneteskan air matanya.
"Ayo, kita pulang. Sunset sudah berakhir." Ajak Hyunjin sambil menarik tangan Jeongin pelan. Mengajaknya berdiri.
Sepanjang perjalanan pulang, mereka berdua tidak bercakap sedikit pun. Hanya ada suara radio yang mengisi keheningan. Jeongin hanya menatap keluar jendela sedaritadi.
"Hwang Jeongin. " Panggil Hyunjin lembut tanpa ada maksud mengintimidasi sedikit pun. "Kita bagaimana? " Tanyanya ragu dengan volume suara tergolong kecil.
Butuh waktu bagi Jeongin untuk menjawab pertanyaan ini. Bahkan soal UN saja kalah sulit. "...A-aku tidak tahu. "
"Aku selalu merasa bersalah saat melihatmu menangis. Sampai saat ini, semua itu masih sama. Hingga rasanya aku tidak bisa menjagamu dengan baik." Hyunjin tertawa miris saat mengatakan kalimat terakhirnya.
"Aku tidak mau dihantui rasa bersalah itu terus-menerus. Tanpa sadar, aku lah yang membuatmu menangis. Karena itu, aku terima permintaanmu. " Ucap Hyunjin dan menghela napas setelahnya. Rasanya berat untuk mengatakan ini. "Mari kita akhiri semua ini. " Final Hyunjin sambil tersenyum membalas tatapan Jeongin.
"K-kak. " Ujar Jeongin terbata sambil memilin bawah kemeja yang ia gunakan. Ia tidak percaya atas apa yang dikatakan oleh Hyunjin. Air matanya sudah menetes sejak tadi.
"Jangan menangis, Jeongin. " Hyunjin menghapus air mata yang jatuh dan memberikan kecupan pada bibir Jeongin. Ia tidak tahu apa yang ia lakukan benar atau tidak. Keputusan ini ia ambil saat Changbin berhasil menyadarkannya.
Sekretaris sekaligus sahabatnya itu telah menyadarkannya bahwa secara tidak langsung memang Hyunjin lah yang membuat Jeongin menangis. Sekarang, ia telah sadar. Ia harus melepas Jeongin. Hidup terus berjalan, dan Jeongin juga punya impian juga hidup yang harus dijalani.
Hyunjin tahu semuanya. Jaebum menceritakan padanya. Kuliah di luar negeri adalah salah satu impian Jeongin sejak dahulu. Bahkan Hyunjin telah berencana menemani Jeongin diluar negeri sampai ia lulus nanti. Namun siapa sangka kesalahan yang ia buat, dapat mengubah semuanya.
Ya, Hyunjin sudah mendapatkan ingatannya kembali malam itu. Dimana saat ia dan Jeongin melakukan kegiatan bercinta mereka pada saat Hyunjin mabuk berat. Hyunjin benar-benar tidak sadar saat ia menyebut nama Heejin. Kesalahan yang bodoh memang. Kesalahan yang buat hidup Jeongin terasa lebih berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIN ¦ HyunJeong
Fanfiction[✔] H Y U N J E O N G A R E A "Menyerah pada takdir atau bahagia berdosa? "