Dibilang senang, ia tidak juga. Malah ia ingin disini. Itulah yang Jeongin rasakan saat ini. Ia senang karena ia tidak perlu terlibat kejar-kejaran lagi dengan anak buah Hyunjin. Sedihnya karena ia masih tidak bisa melepaskan Hyunjin walaupun pria itu sudah memutuskan hubungan kami.
Saat ini, Jeongin sudah berada di Bandara. Lebih tepatnya, di dalam pesawat. Ia sudah duduk dengan jendela disampingnya dan tinggal menunggu pesawat itu lepas landas. Jeongin menatap kearah luar jendela. Sekelebat ingatannya tiba-tiba memaksanya untuk mengingat kejadian tadi pagi.
Flashback
Jeongin baru saja terbangun dari tidur lelapnya. Ia tengah mengusak matanya sebelum sebuah suara menghentikan kegiatannya.
"Jangan di kucek. Nanti matamu sakit. " Ucap Sunwoo yang sudah setia menanti bangunnya Jeongin.
"Eum, hehe. " Jeongin hanya bisa terkekeh menatap Sunwoo yang tengah menyiapkan sarapan untuknya bersama Dahyun. Dahyun yang membawakannya dan Sunwoo yang menyajikannya.
"Nah, makan ini. Kau harus menyimpan tenagamu untuk nanti. Perjalanannya akan panjang, karena itu kau harus makan yang banyak. " Oceh Sunwoo sambil menuangkan susu kedalam gelas.
"Terimakasih. "
Jeongin sudah menyiapkan barangnya dari kemarin. Tengah malam tepatnya. Ia terbangun dan berharap itu bukanlah kenyataan. Namun, ya semua itu hanya mimpinya saja.
Koper dan peralatan Jeongin semuanya sudah diangkut pagi-pagi sekali oleh Sunwoo tadi. Bahkan, Sunwoo mengatakan bahwa ia harus membuat suara sekecil mungkin agar Jeongin tidak terbangun saat ia memindahkan kopernya. Menurut Jeongin, penuturan Sunwoo lucu.
"Mengapa kau melihatku seperti itu? " Tanya Jeongin. "Ah, tidak. " Jawabnya tapi masih tidak mengubah pandangannya.
"Lebih baik kau sarapan saja bersamaku daripada kau menatapku dengan tak jelas seperti itu. " Titah Jeongin. Sarapan yang disajikan disini selalu melebihi porsi Jeongin. Mumpung ada Sunwoo, jadi ia bisa minta bantuan untuk menghabiskannya.
"Aku tidak akan menolak. Lagipula aku juga lapar. " Ucap Sunwoo dan menimbulkan tawa diantara mereka.
Saat ini Sunwoo tengah menunggu Jeongin yang sedang mandi. Tadinya ia ingin keluar saja. Namun, dicegah oleh Jeongin. Ia takut katanya jika tiba-tiba Hyunjin masuk kesini. Ia hanya duduk dipinggiran kasur sambil memikirkan apa cintanya ke Jeongin itu beneran?.
Rasanya Sunwoo baru saja mencoba untuk membuat rileks dirinya dikasur Jeongin.
"Woo, " Panggil Jeongin yang lihat Sunwoo udah tiduran aja di kasur. "Ah, Maaf Kak. Aku ketiduran. " Ucap Sunwoo yang sudah sadar.
"Tidak apa. Kalau kau memang mengantuk. " Ujar Jeongin pada Sunwoo yang sudah berdiri disamping Jeongin. Jeongin sudah berpakaian. "Tidak, tidak Kak. " Ucapnya sambil menampar pipinya sendiri berkali-kali.
Jeongin yang melihat itu, refleks memegang tangan Sunwoo. "Jangan, Woo. Nanti sakit. " Ucapnya sambil tersenyum. "Ah, ayo kita berangkat. "
"Silakan, Nyonya. " Ucap Sunwoo yang diprotes oleh Jeongin. "Ayolah. Aku bukan siapa-siapa lagi. Panggil aku seperti biasa saja. " Ia benar kan?.
"Ayo, Kak. Yang lain juga udah pada nungguin tuh dibawah. "
Jeongin yang tadinya ingin bertanya, sudah ditarik terlebih dahulu oleh Sunwoo keluar dari ruangan tersebut. Terlalu banyak kenangan.
Sesampainya Jeongin dibawah, para pegawai sudah menunggu dirinya.
"Ini ada apa? " Tanya Jeongin. Bingung kan dia.
"Saya selaku kepala asisten dirumah ini sekaligus mewakilkan yang lainnya, ingin mengucapkan terimakasih. " Ucap seseorang dengan ber-tag Jihyo.
"Terimakasih untuk apa ya? " Jeongin masih bingung tolong. Seseorang jelaskan. "Ini perihal libur natal saat itu. Jika bukan karena Nyonya, kita semua tidak akan libur. "
"Ah, tidak apa-apa. Kalian juga butuh libur pasti lelah bekerja disini seharian. Omong-omong, jangan panggil aku Nyonya. Panggil Jeongin saja. Aku tidak nyaman. "
"Sekali lagi, terimakasih. " Ucap Jihyo sambil memberi hormat yang diikuti oleh pegawai yang lain.
Aduh, berasa anggota kerajaan euy.
"Ayo, ayo. Sudah. Kalian jaga diri baik-baik. Jangan sampai kalian sakit. Semangat. " Ucap Jeongin sambil mengepalkan kedua tangannya yang mengundang pekik gemas dari para pegawai termasuk Sunwoo yang berada disampingnya.
"Ayo, kita berangkat Kak. " Ucap Sunwoo. Jeongin memberi hormat pada mereka dan mengikuti Sunwoo. Kenangan dengan para pegawai disini memang tidak banyak. Namun, dengan diterimanya Jeongin disini itu sudah membuatnya senang.
Sesampainya di Bandara, Sunwoo masih setia mengikutinya. Berdiri di belakangnya. Menjaganya sampai di pintu keberangkatan.
"Kak, " Panggil Sunwoo. "Hm? "
Sunwoo memegang kedua tangan Jeongin sebelum ia berbicara, "Aku cinta sama Kakak. Mungkin Kak Jeongin bisa anggap semuanya itu palsu. Atau atas suruhan Tuan Hwang. Namun, cinta aku ke Kakak. Semuanya itu tidak palsu. Aku cuma berharap Kakak bisa jaga diri disana. Belajar yang bener, kejar cita-cita Kakak. Jangan disia-siain lagi. Juga, Kakak gak perlu balas cintaku. Cukup Kakak tahu saja. "
Jeongin yang mendengar penyataan itu, cukup terkejut. Namun ia juga punya sesuatu untuk dikatakan pada Sunwoo. "Woo, aku pengen bilang ini dari pertama. Makasih banget, Woo atas semuanya. Perhatian kamu, kamu yang lagi saat dibutuhin, semuanya. Kamu juga harus jaga diri. Bekerja di bawah orang itu tidak mudah. " Ucap Jeongin.
"Yaudah kalau begitu, aku pergi dulu ya. Aku bakal rindu sama kamu. Semoga kamu juga bakal jadian sama Eric. " Ujar Jeongin dan melepas kedua tangannya dari Sunwoo.
"Heh? "
"Aku tau, kok. Eric tuh suka sama kamu. Kamu harusnya peka. Coba aja dulu terima dia. Siapa tau jodoh? "
Sunwoo jadi mikirin. Ada benarnya juga ucapan Jeongin.
"Bener, kan?. Jagain tuh si Eric. Aku tuh udah ada feel kalau si Eric itu jodoh kamu. Hehehe. Bye bye. "
"Eric? " Tanya Sunwoo pada dirinya sendiri sambil mencoba memutar kembi semua kenangan bersama Eric.
Nah, mikirin dah tuh. He 100x - Batin Jeongin.
Jeongin tiba-tiba terpikirkan tentang Hyunjin. Pagi ini bahkan dari kemarin, ia sama sekali tidak melihat Hyunjin. Bahkan batang anunya.
Hidungnya.
Hatinya merindukan pria itu. Ya, Hyunjin dengan segala ancamannya. Bahkan mungkin erangannya. Astaga. Maaf Jeongin kebablasan. Kalau sama Hyunjin mah gak apa, ini masalahnya ia sendiri.
Flashback End
The Sin
Bukan Hyunjin yang tidak menampakkan dirinya pada Jeongin. Hanya saja ia menghindar dari Jeongin. Seharusnya dua hari ini, ia memiliki banyak pekerjaan yang harus ia tuntaskan. Namun karena seorang Jeongin, Hyunjin rela lembur sampai pagi keesokkan harinya. Semua itu ia lakukan hanya untuk memantau lelaki manis itu agar selalu selamat dan tidak lecet sedikit pun.
Bahkan hari ini juga. Ia ke Bandara. Mengikuti mobil yang ditaiki oleh Sunwoo dan Jeongin. Ia sebenarnya bisa saja melakukan hal seperti kemarin. Hanya saja ia tidak mau membuat hidup Jeongin lebih berat.
"Kalau jodoh, pasti bertemu mau dijauhkan sejauh apapun. " Ucap Hyunjin saat melihat Jeongin melaui pintu keberangkatan dan menatap punggung tersebut hingga menghilang dari pandangannya.
"Semoga kita diberi kesempatan untuk bertemu kembali di waktu yang tepat atau mungkin untuk mengulang semua kembali. "
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIN ¦ HyunJeong
Fanfiction[✔] H Y U N J E O N G A R E A "Menyerah pada takdir atau bahagia berdosa? "