Special Mother's Day ❤❤❤
Happy Reading
Hari ini adalah hari ibu. Walaupun Hyunjin hanya seorang anak tiri, tapi Jinyoung selalu menganggap Hyunjin seperti anak kandungnya. Ia menyayangi Hyunjin seperti ia menyayangi Jeongin.
Jinyoung adalah ibu yang baik. Menurut Hyunjin. Terbukti dari perlakuannya setelah Jaebum menikah dengannya. Ia memiliki hati yang baik. Jadi, apakah pantas jika Hyunjin melakukan hubungan terlarang ini di belakang ibunya?.
"Hari ini, hari ibu. Kalau kau tidak lupa. " Ucap Jaebum yang tiba-tiba muncul dan mengingatkannya didepan pintu kamarnya.
"Tentu saja aku tidak lupa. " Jawab Hyunjin.
Hyunjin berencana untuk mengunjungi makam ibu kandungnya hari ini. Baru setelah itu, ia bersama Jinyoung.
(kalau kamu terusin)
"Happy mother's day, Mom. " Ucap Hyunjin sambil memeluk Jinyoung. Jinyoung terharu akan perlakuan Hyunjin. Jinyoung tadinya sudah pasrah. Tidak apa-apa jika Hyunjin tidak mengucapkan padanya.
"Terimakasih, Hyunjin. Terimakasih sudah menganggapku sebagai ibumu. " Jinyoung mengusap sisa-sisa air matanya yang masih menggenang dipelupuk matanya dan menatap Hyunjin yang berdiri didepannya.
"Karena hari ini adalah hari yang spesial, aku akan memberikan sebuah kejutan. Aku membawa kekasihku seperti yang telah kalian nantikan selama ini. " Ujar Hyunjin yang disambut oleh senyum Jinyoung dan Jaebum.
"Dimana ia? " Ucap Jaebum yang antusias. Tentu ia senang. Namun sepertinya ia harus mengurungkan senangnya. Karena bisa saja yang ia hadirkan adalah Jeongin. Ia adalah kekasih dari Hyunjin.
"Itu yang sedang turun dari tangga. " Hyunjin menunjuk kearah Jeongin yang sedang menuruni anak tangga. Hingga Jeongin dibuat bingung. Kenapa semua orang menatap kearahnya.
Jaebum sudah menahan amarahnya, terlihat dari tatapan yang ia berikan pada Hyunjin.
"Kau....bercanda, kan? " Ucap Jinyoung dengan ekspresi kagetnya.
"...Tentu aku hanya bercanda. " Namun Jinyoung tetap sangsi dengan Hyunjin. Bagaimana bisa itu dikatakan sebagai candaan sedangkan cara bicaranya sangat serius. Itu hampir membuat jantungnya terlepas dari tempatnya.
"Sebaiknya kau bersungguh-sungguh. Tidak usah menunggu waktu yang pas. Bawa saja ke hadapan kami. Kami tidak akan melihat latar belakangnya. " Ucap Jaebum yang sudah lelah menyuruh anaknya untuk mencari jodoh.
"Pasti akan ku bawa kehadapan kalian. "
"Hari ini, aku dan ibumu akan pergi selama tiga hari. " Ujar Jaebum setelah Jinyoung kembali ke kamarnya.
"Baguslah. " Hyunjin memancing amarah sang ayah. "Jangan macam-macam kau dengan Jeongin. " Ancam sang Ayah.
"Baiklah, aku tidak akan macam-macam. Lagipula, satu macam saja sudah cukup untukku. " Jawab Hyunjin dan berlalu menaiki anak tangga satu persatu. Jaebum pun sudah tahu kemana anak itu akan pergi. Jeongin.
The Sin
Hyunjin membuka pintu kamar Jeongin perlahan. Takut mengganggu orang didalamnya. Ternyata, Jeongin sedang belajar.
"Je. " Panggil Hyunjin yang tidak dijawab oleh Jeongin. Tapi, anak itu tahu bahwa Hyunjin disitu. "Ayah dan Ibu akan pergi sampai tiga hari ke depan. Kira-kira apa yang akan kita lakukan? " Tanya Hyunjin yang membuat Jeongin jengah.
"Ajarkan aku yang tidak aku mengerti. " Ucap Jeongin sambil menyodorkan buku pelajarannya.
"Satu ronde untuk satu pertanyaan. Bagaimana, kau tertarik? " Tawar Hyunjin yang membuat Jeongin ingin sekali menampar lelaki itu. Memang mereka pernah melakukannya. Namun, itu pun sudah lama sekali.
"Lebih baik aku bertanya pada Chan ssaem. " Ucapan Jeongin kali ini membuat Hyunjin kesal. "Tidak boleh. Hanya aku yang boleh mengajari mu. Tidak ada orang lain. " Jika Hyunjin sudah seperti ini, artinya ia sedang marah. Apalagi ia menggunakan aura dominannya untuk mengancam Jeongin. Sudahlah, Jeongin menyerah.
"Ya sudah. Kalau memang tidak mau mengajari ku, lebih baik tidak usah pakai ancaman. Bilang saja tidak mau. Dasar memang mencari kesempatan dalam kesempitan. " Ucapan Jeongin membuat Hyunjin skak mat. Ia tahu bahwa artinya bayi rubahnya sedang marah padanya.
"Je, " Panggil Hyunjin. "Jangan panggil aku. Aku ingin minta bantuan pada yang lain saja. Tak usah marah. Kau yang memulai. "
Jeongin segera mencari kontak Seungmin dan melakukan panggilan video dengannya. Tapi sebelum Jeongin melakukannya, Hyunjin sudah lebih dahulu melempar ponsel Jeongin kekasur dan mengenggam pergelangan tangan Jeongin erat.
Hyunjin mendekatkan wajahnya pada Jeongin, namun Jeongin menolaknya. Itu membuat Hyunjin geram akan perlakuan Jeongin. Apa salahnya jika ia menginginkan Jeongin hanya dengannya bukan dengan orang lain?.
Hyunjin menarik Jeongin hingga ia berdiri dan merapatkan tubuh mereka berdua di dinding yang menjadi penyangga. Tak buang waktu lama, Hyunjin segera membuat pangutan dengan Jeongin. Jeongin tak mengingkan hal ini. Namun, tangan Hyunjin semakin menggeriliya tubunya.
Karena Jeongin tidak mau membuka akses dengannya, maka tangan Hyunjin lah yang akan bertindak. Jari-jemarinya itu mulai meremas bokong Jeongin sehingga ia membuka akses untuk lidah Hyunjin.
Jeongin sama sekali tidak menikmati aksi yang dilakukan kakaknya itu. Bahkan ia meneteskan air matanya disela-sela ciuman panas yang Hyunjin buat. Ia akan menjadi seperti ini jika Jeongin menolaknya atau mungkin marah dengannya.
Sekarang, bibir Hyunjin sudah turun hingga ke daerah perpotongan leher dan tulang selangkanya. Membuat beberapa kissmark untuk kekasih yang ia cintai, Jeongin. Jeongin masih setia dengan tangisannya.
"Berhenti menangis atau aku akan semakin kasar denganmu. " Ancam Hyunjin yang membuat Jeongin menggigit bibirnya untuk mengurangi isakkan yang ia hasilkan.
Dirasa sudah cukup, Hyunjin segera membanting Jeongin ke kasur empuknya dan menahannya dengan kedua tangan disamping kanan dan kiri kepala Jeongin.
Lelaki itu memulai kembali aksinya dengan merobek baju yang Jeongin pakai dan memainkan putingnya bahkan ia menghisapnya.
"Akh.. H-he-henti-kan. " Ucap Jeongin terputus-putus. Tapi, percuma Hyunjin sudah menulikan telinganya.
Jeongin merasakan bahwa Hyunjin sudah hard diatasnya. Ia harus segera keluar dari kamar ini. Namun, Hyunjin sedang menggagahinya dengan semangat. Bahkan ia telah menulikan telinganya.
"Kau juga sudah hard jadi buat apa kau menolak?. Berhentilah bersikap munafik, Hwang Jeongin. " Ucap Hyunjin yang terhenti setelah selesai dengan kedua puting merah mudanya.
"Berbaliklah, Baby Fox. " Hyunjin memerintahkan Jeongin untuk menungging dihadapannya. Tentu, Jeongin menurutinya. Anak itu memang sangat mengerti dirinya.
Hyunjin segera mengambil lube yang berada dilaci nakas samping kasur tersebut. Ia melumuri penisnya sendiri dengan lube yang telah ia ambil tadi. Tanpa buang banyak waktu, Hyunjin langsung melesakkan penisnya pada lubang berkedut milik Jeongin yang sudah minta ia puaskan.
"Akh...a-ahh... " Jeongin akui bahwa ia pernah melakukan hal ini lebih dari satu kali, namun rasa sakitnya tidak akan pernah hilang. Bahkan tubuhnya sempat terdorong kedepan.
"Akh... Always tight.. " Desah Hyunjin menikmati permainan yang ia lakukan. Lubangnya seakan-akan robek disana dan tubuhnya seperti terbelah dua.
Hyunjin mulai menggerakkan tubuhnya hingga penisnya keluar dan mendorong benda tumpul itu hingga masuk kembali sampai ia menemukan prostat Jeongin.
"Ahh.... Therehh. " Hyunjin berhasil menemukan titik prostat itu. Bahkan ia sengaja menekan kembali dalam-dalam penisnya hingga Jeongin menggelinjang dalam kenikmatannya. Diam-diam dan tanpa sepengetahuan Jeongin, Hyunjin tersenyum bangga atas apa yang telah ia lakukan.
"Wow, Hyunjin kau berani sekali. " Ucap seseorang sambil membuat smirk di wajahnya sambil menonton permainan Hyunjin dan Jeongin.
tbc.
Aku nulis apa ini???
I need holly water, now.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIN ¦ HyunJeong
Fanfiction[✔] H Y U N J E O N G A R E A "Menyerah pada takdir atau bahagia berdosa? "