pt. 4

3.3K 302 5
                                    

"Hyunjin, kapan kau akan menikah? " Tanya sang Ayah yang duduk diruang kerjanya pada Hyunjin yang sedang duduk didepannya.

Ruang kerja ini sengaja dibuat oleh Jaebum saat ia telah menikah dengan Jinyoung. Ruangan ini terlihat cukup mewah dengan sebuah chandelier diatasnya. Rak buku yang menjulang tinggi dan sebuah meja kerja yang berasal dari kayu jati yang kuat, tahan lama, dan pastinya. Mahal.

"Nanti pasti aku akan menikah. " Jawab Hyunjin santai. Lagipula ia sekarang sudah memegang kendali atas perusahaan ayahnya. Tidak sepenuhnya memang. Jaebum hanya diperlukan untuk menyetujui rencana atau keputusan yang Hyunjin buat. Ia tidak perlu khawatir diancam lagi oleh Jaebum.

"Hey, anak nakal !. Aku memberimu kendali agar kau bisa segera menikah. Agar kau sadar kau butuh seorang pendamping. Bukannya malah semakin santai. Kau tidak ingat kau umur berapa? Hah? " Oceh Jaebum. Ia sudah uzur dan ia sudsh sangat ingin melihat anaknya menikah. Tidak usah menimang cucu. Melihat Hyunjin menikah saja, sudah cukup.

"Ya, kita lihat nanti. "

"Memang anak satu ini. " Marahnya sambil pura-pura melempar salah satu dokumen yang terdapat dimejanya.

"Apa kau mau ku jodohkan? " Tawar Jaebum sambil menggoda anaknya.

"Tidak perlu. Tapi, terimakasih. "

"Kau sudah memiliki kekasih, kan? " Tanya Jaebum ragu.

"Iya. " jawab Hyunjin jujur. "Jeongin. Adik kamu. "

"Kamu jauhi Jeongin. Kamu tau dia adik kamu. Gak bagus kamu punya hubungan sejauh itu sama adik kamu sendiri. " Nasihat Jaebum.

"Ralat, adik tiri. Lagipula kita bukan saudara kandung. Jadi apa masalahnya?" Hyunjin tidak terima.

"Lupakan dia. Anggap dia sebagai adik biasa. Atau kau bisa anggap ia tidak ada. " Ucap Jaebum yang mulai frustasi akibat Hyunjin.

"Aku tidak bisa melepasnya semudah itu. " Ujar Hyunjin dan segera pergi dari ruangan itu.

"Aku akan berusaha sebisa mungkin menjauhkan kau dari Jeongin. Ia masih muda dan punya masa depan yang panjang. " monolog Jaebum sambil menatap pintu yang tertutup.

The sin

"Kau sedang ada, baby Fox ? " Tanya Hyunjin saat berada dikamar Jeongin. Jeongin sedang duduk dikursi belajarnya.

Jeongin tidak menjawab. Hyunjin langsung mendekat dan mengusap rahang Jeongin lembut. Perlakuan itu membuat Jeongin teringat akan kejadian kemarin.

Jeongin memberikan respon yang aneh terhadap sentuhan Hyunijn dirahangnya. Jeongin seperti ketakutan.

"Aku tak akan memperlakukan mu seperti kemarin. Asalkan kau menurut padaku. " Ucap Hyunjin berbisik tepat ditelinga Jeongin.

"Mari ku lihat bibirmu. " Ujarnya sambil mengarahkan tangannya untuk membuat wajah Jeongin mendongak kearahnya.

Jeongin yang sedang menggunakan kacamata bulat tipisnya tampak menggoda bagi Hyunjin. Apalagi tatapan matanya yang masih tampak sedikit ketakutan akibat perkataan Hyunjin.

"Diam disini. Kau akan ku obati. " Hyunjin segera berlalu mengambil kotak p3k dan meninggalkan Jeongin sendiri dengan banyak pertanyaan diotaknya. Ah, sudahlah lagipula otak kecilnya tak akan sanggup menampung pertanyaannya.

Hyunjin kembali setelah beberapa saat meninggalkan Jeongin sendiri. Ia dengan telaten mengobati luka di bibir Jeongin akibat perbuatannya kemarin.

Setelah selesai, mereka berdua hanya terdiam dalam suasana hening. Bahkan mereka mungkin bisa mendengar napas masing-masing. Tatapan Hyunjin yang tak lepas dari Jeongin, membuat Jeongin tak nyaman. Bahkan saat ini detak jantung Jeongin meningkat dua kali lebih cepat hingga ia takut Hyunjin mendengarnya.

"Maaf. Aku kemarin tidak bisa mengontrol emosiku dan maaf juga karena telah membuatmu menangis. " Ucap Hyunjin memecah keheningan yang telah terbentuk.

Jeongin tidak menjawab perkataan Hyunjin. Tapi, bukan berarti ia tidak memaafkan Hyunjin. Ini bukan sekali, dua kali. Ini selalu terjadi saat Jeongin bertemu dengan orang lain tanpa memberitahu Hyunjin. Tanpa Jeongin menjawab, Hyunjin juga sudah tahu Jeongin pasti bersedia memaafkannya.

"Sini. " Ujarnya sambil menepuk pahanya pada Jeongin. Jeongin hanya bisa menurut dan duduk dipangkuan sang kakak.

Untuk kesekian kalinya, ia kembali terlena dengan ucapan sang kakak.

The sin

"Urus masalah yang terjadi di Indonesia." Titah sang Ayah, Jaebum pada Hyunjin saat ia mengunjungi anaknya ke kantor.

"Mengapa harus aku? Biasanya juga Mark yang mengurus. " Protes Hyunjin. Mark adalah wakil direktur di perusahaan ini. Biasanya dia yang paling sering turun tangan di masalah perusahaan.

"Sekalian kau mengecek kondisi lainnya untuk mencegah terjadinya masalah lebih lanjut. " Jelas Jaebum tentang maksud dia mengirim Hyunjin sebagai perwakilan untuk mengurus masalah yang ada disana. Agar lebih kelihatan masuk akal.

"Bukankan ini hanya alasan agar aku tidak terlalu dekat dengan Jeongin? " Hyunjin rupanya sudah mengendus rencana Jaebum sejak ia memintanya pergi dari pertama. Karena Jaebum adalah orang yang menentang hubungan Hyunjin dan Jeongin.

"Baguslah jika kau mengerti. Jadi, urus masalah disana sampai selesai. Selamat bekerja. " Ucap Jaebum menepuk bahu Hyunjin sebelum ia keluar dari ruangannya.

Hyunjin sudah menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Hari ini cukup berat mengingat bawahannya membuat kesalahan. Tentu itu membuatnya bekerja lembur hari ini. Tak disangka, hari sudah malam. Bahkan matahari sudah berganti tugasnya dengan sang rembulan yang bersinar diatas sana. Jangan lupakan para bintang yang menemani sinar rembulan malam ini.

"Aku rindu Jeongin. " Monolognya sambil mengingat Jeongin.

Malam ini adalah malam terakhir, sebelum ia pergi bertugas besok. Ke Indonesia. Terpaksa ia harus meninggalkan Jeongin sementara dan juga terpaksa menahan rindunya sementara.

"Jeong. " Panggil Hyunjin saat ia sudah sampai dirumah dengan selamat. Di rumah sudah sepi. Mungkin kedua orangtuanya sedang membuat adik baru untuknya dan Jeongin.

Jeongin tidak menggubris panggilan dari Hyunjin. Di pandangan Hyunjin, anak itu seperti sedang belajar di meja belajarnya. Tapi, kepala anak itu berada dimeja. Ah, ia tertidur rupanya. Pantas saja.

Hyunjin dengan baik hatinya, mengangkat Jeongin ke kasurnya dan menyelimutinya hingga sedada. Jeongin memang tampak sedikit tidak nyaman ketika Hyunjin memindahkannya.

Saat ini, ia hanya menatap Jeongin yang tertidur. Sepertinya, ia tidak bisa melepas rindunya sebelum ia pergi ke bertugas besok. Ia memaklumi kekasihnya itu, karena ini adalah tahun terakhir ia bersekolah. Jadi, jadwal yang ia terima semakin banyak. Ia harus banyak istirahat.

The sin

Hari ini terhitung sudah hampir seminggu Hyunjin tidak berada disisinya. Bahkan menanyakan kabar saja tidak. Huft. Jeongin khawatir. Ia sudah tahu kemana Hyunjin pergi dari supir yang mengantar kepergian Hyunjin saat itu. Ia tidak mungkin bertanya pada Jaebum. Mereka belum sedekat itu. Terkadang mereka masih merasakan canggung satu sama lain.

Ah, beberapa hari ini ada yang sedang mengejar Jeongin. Bukan Jeongin terlalu percaya diri, namun ya sikap yang ia tunjukkan pada Jeongin terlalu gamblang. Jujur, itu membuat Jeongin tidak nyaman. Sunwoo namanya. Hanya berbeda satu tahun lebih muda darinya. Ya, adik kelasnya.

Untung saja Sunwoo melakukan aksinya saat Hyunjin sedang tidak ada. Kalau tidak, bahkan Jeongin sendiri ngeri membayangkannya. Berharaplah agar Sunwoo tidak terhendus oleh Hyunjin, kekasih tercintanya sekaligus kakaknya.


tbc

THE SIN ¦ HyunJeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang