"jangan salahkan takdir jika kamu terjatuh, lihat kebelakang, ada kronologi yang memasukkan kamu ke lubang keterburukan ini"
now play : Jaz - Luluh
- - - - -
"Makasih bunda" senyum Kaka melebar. Arini membelasnya dengan senyum penuh kasih sayang."Dek indomaret yuk!" dengan muka kusut Pras duduk di samping Kaka.
"Ngga liat apa sini baru ngapa!"
"Ya, abis lo makan maksudnya. Buruan, gue tunggu di depan!"
"Tunggu 15 menitan ya, gue mau mandi dulu, bau."
"LAMA LO" jawab dia ngegas.
"Pergi aja sendiri kalo keburu monyet" kesal Kaka.
"Iya gue tunggu, cepet ga pake lama babi" Pras acak-acak jilabab Kaka.
"DAH DEH BANG, acak-acakan jadinya!" Kaka berdiri meninggalikan Pras, mau mandi.
Habis mandi Kaka langsung ke depan, dengan make jemper putih, celana dan jilbab hitam. Di depan udah ada Pras dengan kaos hitam dirangkap flanel army dan celana jeans selutut.
Sore itu Kaka dan Pras hanya jalan kaki, nikmati cahaya matahari yang mulai menjingga. Jarak rumah mereka ke indomaret juga ngga begitu jauh, 10 menit juga sampe.
Pras emang ramah, setiap bertemu orang dia sapa, dan orang yang dia sapa juga membalas. Pernah Arini bilang ke Kaka, kalo keluar liat tetangga disapa jangan diem aja. Itu juga gara-gara ada yang ngadu ke Arini, kalo Kaka cuek dijalan, ngga negur ataupun senyum sama sekali.
Sampai di indomaret Pras menuju rak deretan susu dan kopi, Kaka ngikutin dia, karena ngga ada yang mau dia beli.
"Dek, lo ngga beli apa-apa!"
"Engga bang, baru pengen yang seger" tangan Kaka masuk ke dalam jemper.
"Habis ini mau beli jus?"
"Traktir ya, uang gue mau buat beli buku" jawab Kaka dengan sedikit tersenyum.
"Buku mlulu, ga capek emang baca terus? Gue traktir hari ini, cuma buat hari ini" sindir Pras.
"Ya suka suka donk."
Kedai jus ada di seberang jalan indomaret, di seberang jalan emang banyak kedai-kedai makanan dan minuman.
Pras beli satu kotak susu original satu liter dan kopi hitam ukuran seper empat kilo. Saat dia bayar, Kaka duluan keluar dan duduk di depan hingga Pras keluar.
"Dek, mau jus apa?" tanya Pras sambil menggenggam tangan Kaka menyeberangi jalan.
"Sirsat, kalo ngga ada jeruk peras aja."
Mereka mendekat ke kedai jus. Pras mengambil daftar menu.
"Jus sirsatnya satu, sama alpukatnya satu bang."
"Tunggu dulu mas!" sang penjual langsung membuatkan.
Cuma 5 menit jusnya jadi, Pras bayar dua jus dengan satu lembar uang duapuluh ribu dan si penjual memberi kembalian dengan selembar uang dua ribu.
Matahari mulai menghilang, cahaya semburan orange kemeragan menyertai kepergiannya.
"Kakak, Abi mau itu" Abi merengek.
"Nih, yang satu kasih ke Nayla" Pras menyerahkan dua gulali dengan bentuk kupu-kupu dan bunga mawar.
"Makasih kakak, sayang kakak!" Abi mencium pipi Pras.
"Eh ngga cium aku?" tanya Kak saat Abi mau lari menenui Nayla.
"Engga sayang kak Nada, kak Nada ngga beliin Abi apa-apa."
"Dasar bocah!" sambil Kaka cubit pipinya yang cabi.
"Aaau, atit tau ga" Abi memegang pipinya dan meninggalkan Kaka
Jadi tadi di samping kedai jus ada bapak-bapak jual gulali, sambil nunggu jus Pras pesen gulali dua. Pasti manis, Kaka sebenernya juga mau, tapi Pras udah beliin jus, engga enak kalo suruh beliin gulali juga.
- - -
Setelah pelajaran selesai diadakan seleksi OSIS. Semua kelas haru steril sabelum seleksi dimulai. Hari ini tes wawancara pertama, yang sebelumnya harus melewati tes tertulis terlebih dahulu.
Masuk ke ruangan tes, ada empat kakak kelas, mereka adalah pengurus harian dan koor setiap seksi bidang. Kaka duduk di paling selatan, di hadapanya ada Kak Farel, koor sekbid media.
Ketertarikan Kaka ke dunia corel draw, editor dan photografi udah dari SMP. Niat Kaka masuk sekbid ini karena pengen tukar menukar ilmu editor dan ikut ambil bagian dalam memberi informasi kepada siswa dengan penyampaian yang menarik dan aktual rentang kegiatan dan pengembangan sekolah.
Kak Farel kasih lima pertanyaan
1. Nama sama kelas,
2. Alasan masuk sekbid,
3. Rencana ke depan kalo keterima,
4. Mau engga dipindah kesekbid lain, dan
5. Nilai buat OSIS dari 1-10.Pertanyaan-pertanyaan itu Kaka jawab gamblang, kak Farel kadang senyum denger jawaban Kaka. Batin Kaka bilang, santai aja, ngga keterima juga ngga apa-apa, masih ada peluang lain.
Makasih udah dibaca:)
Maaf kalo ada typo, namanya juga manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear K
Teen FictionKaka, siswa disalah satu SMA ternama di Jogja. Kaka yang berpikir nggak akan banyak yang kenal. Kaka yang ngga berhayal jadi salah satu anggota tim yang dibanggakan sekolah. "Menyatukan 10 kepala menjadi 1 pikiran" Keluarga dan teman-temannya apakah...