Jangan sok ngasi perhatian
Gue nggak semenyedihkan itu.Seorang gadis tengah merebahkan kepalanya diatas meja. Nafas gadis itu terdengar teratur, ia benar-benar terlelap didunia mimpinya.
Bella, yang notabennya duduk sebangku dengan gadis itu terlihat gelisah. Bagaimana tidak?, gadis itu tengah tertidur dijam pelajaran pak Rinto.
Guru berkepala plontos serta memiliki kumis lebat itu tengah sibuk menjelaskan materi pelajaran kimia. Bella sudah gugup setengah mati sekarang, membayangkan pak Rinto akan memarahi sahabatnya ini membuat ia bergidik ngeri.
Damn!
Bella dengan sigap mengalihkan perhatiannya, gadis itu berpura-pura tengah menuliskan sesuatu untuk menghindari tatapan maut dari sang guru.
Brakk
Plakk!
Semua orang melongo tak percaya, mereka menatap kejadian dua menit yang lalu itu dengan mata yang mengerjap pelan. Sedangkan bella, gadis itu menepuk jidatnya pasrah. Garneta dalam masalah.
Gadis itu tiba-tiba berdiri ketika pak Rinto menggebrak meja. Dan refleksnya, gadis itu menampar pak Rinto tanpa berperasaan.
Garneta menggaruk rambutnya, mengedarkan matanya kesekeliling ruangan kelas. Gadis itu mengerutkan dahinya bingung saat melihat semua murid menatap horror kepadanya.
"Lo nampar pak Rinto." bisikan itu didengar neta, saat ia menoleh menatap bella.
"Kamu punya dendam sama saya?." pak rinto menatap garneta tajam.
Garneta menampilkan cengiran lebarnya, alasan apa yang harus ia utarakan?. "Nggak kok pak."
"Trus kenapa nampar saya?." tanya pak rinto lagi.
Garneta tiba-tiba memasang wajah sok terkejutnya, tentu saja aksi itu membuat bella mengerutkan dahinya. "Masak?. Bapak jangan nuduh deh. Kok saya nggak tau?."
"Oo, mungkin karena saya masih berada dialam bawah sadar saya kali pak. Intinya sih, gak sengaja" lanjut bella dengan kekehannya.
"Tidur dikelas, dibangunin malah nampar saya. Sana!, berdiri didepan dengan satu kaki sambil jewer telinga kamu sendiri. Biar kamu nggak ngantuk lagi!." titah pak rinto.
"Pa-"
"Jangan ngebantah!." pak rinto memasang wajah horrornya, membuat neta mau tak mau melaksanakan hukuman itu.
Garneta terus-terusan melirik jam dipergelangan tangannya. Mengapa waktu terasa begitu lama, kakinya terasa sudah pegal sekarang. Mata gadis itu beralih menatap pak rinto yang tengah mengajar, gadis itu mendesis kesal.
"Permisi pak!."
Suara berat itu membuat semua perhatian murid teralihkan. Semua siswi didalam sana terpekik histeris, melihat seorang cowok tampan berdiri diambang pintu kelas mereka.
Garneta berdecak kesal saat alvin memasuki kelas, cowok itu memberi tatapan mengejek kepadanya. Rasanya ingin sekali garneta mencekik cowok itu.
Entah apa yang dikatakan cowok itu hingga pak rinto pergi meninggalkan kelas. Cowok itu perlahan mendekat kepada garneta, aksi itu ditatap horror oleh seisi kelas."Lo tau nggak?." tanya alvin basa-basi.
"Nggak!."
Alvin terkekeh pelan, gadis itu masih bersikap dingin kepadanya. Dulu, sikap gadis itu begitu hangat, ia membuat alvin selalu nyaman berada didekat gadis itu. Dan sekarang semuanya berbeda, gadis itu bersikap dingin, seakan memberi tanda jika ia tak mau didekati olehnya.
Garneta menatap datar wajah alvin yang berada cukup dekat dengannya. Cowok itu perlahan melerai kedua tangan garneta yang tengah menjewer telinganya sendiri. Lalu, menurunkan kaki gadis itu pelan.
"Lo, ma-"
"Gue tadi bohong sama pak rinto kalau dia dipanggil kepala sekolah. Jadi, lo punya banyak waktu buat istirahat!." potong alvin.
"Hah?!."
"Lo nggak perlu khawatirin gue. Buat mantan kayak lo sih, itu belum seberapa. "
Garneta menatap datar punggung alvin yang mulai menjauh. Gadis itu menghela nafasnya panjang untuk menurunkan emosinya. Cowok itu memang suka begitu, suka bertindak semaunya.
■■■
Telinga garneta rasanya akan tuli sebentar lagi. Pasalnya, kedua temannya ini selalu menceramahinya untuk melakukan sesuatu kepada alvin.Cowok itu dihukum pak rinto untuk menghormati bendera. Tentu saja itu akibat dari ulah cowok itu yang telah beraninya membohongi pak rinto. Guru itu memang jarang memberi toleransi.
Garneta yang tengah berdiri dibalkon didepan kelasnya itu menatap kebawah. Kelasnya yang berada pada lantai kedua itu membuat jarak pandang antara lapangan cukup terbatas.
Terik panasnya matahari menerpa kulit putih cowok itu. Neta yang menyaksikan alvin yang khusyuk melaksanakan hukumannya itu hanya menatap cowok itu datar. Bahkan, teriakan dari para siswi ia abaikan begitu saja. Garneta sangat sadar, mantan pacarnya itu memang sudah populer. Apalagi setelah ia dan cowok itu putus.
"Net, beli minuman kek. Apa kek." bella menatap tajam garneta.
Lisa berdecak pelan. "Ck. Dia udah rela loh berkorban buat lo."
"Tau lo net. Jangan mentang-mentang di mantan lo, lo jadi gak bertanggung jawab gini dong." tambah bella.
Lisa menatap sekilas kebawah, lalu kembali menatap garneta. "Anjir, si alvin disodorin banyak minuman sama cabe-cabean. Keduluan lo net."
"Eh, kok nggak ada satu minuman pun yang dia terima sih." bella ikut memperhatikan aksi itu.
Garneta mengangkat bahunya acuh, lalu gadis itu perlahan pergi meninggalkan kedua temannya itu. Bella dan lisa dibuat melongo atas aksi garneta. Apa gadis itu tak memiliki sedikit niat baik untuk mantannya itu?.
"Gue nggak pernah minta bantuan dia ya. Jadi, kalian gak berhak minta pertanggungjawaban dari gue!."
***
Mohon
Vote
Dan
Commenya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Mantan[Complete]
Teen FictionApa yang kalian fikirkan jika mendengar kata "mantan?". Enam huruf itu memang sudah menjadi topik umum dalam kehidupan. Lalu, mungkinkah mereka yang sudah berpisah dapat kembali bersama.