Hai, mantan 09

122 5 0
                                    

Sepertinya kita terjebak
Di nostalgia

Entah berapa kali decakan kasar terdengar disana dan sudah entah berapa banyak gumaman bentuk kekesalan yang ia lontarkan. Waktu terasa begitu lama, entah dia yang memulai terlalu cepat atau karena waktu yang terlalu lama.

Gadis itu menopang dagunya dengan satu tangan, memejamkan matanya kuat. Entah dari mana asal mualanya hingga ia dapat melakukan hal seperti ini. Memutuskan untuk berteman dengan mantannya bahkan sekarang bisa dikategorikan semakin dekat.

Padahal, garneta selalu menanamkan dilubuk hatinya. Ia harus membenci cowok itu, ia tak boleh memaafkan cowok itu. Namun nyatanya, peristiwa tawuran kemarin sangat mudah membuat tembok pertahanan garneta runtuh begitu saja.

Flashback on

Pohon-pohon menjulang tinggi ditatap dengan netra mata yang kosong. Bulan yang tengah bersinar terang dikala itu tak urung membuat senyuman lebar terpatri diwajah seorang garneta.

Gadis itu menghela nafasnya panjang, memejamkan matanya kuat-kuat. Mengapa ia tak dapat mengikhlaskan?. Sungguh, dadanya begiu teramat sesak. Gadis bermata sembab itu memukul-mukul pelan dadanya. Sesak ini hampir membunuhnya.

Mobil yang tengah membawanya itu melaju dengan kecepatan pelan. Beberapa bagian dari mobil itu sudah terlihat kotor, mungkin karena lumpur ditempat itu.

Manik mata garneta tak sengaja menatap sesuatu, gadis itu perlahan menegakkan tubuhnya. Garneta menyuruh sang sopir untuk berhenti, gadis itu segera berlari kecil menuju apa yang telah ia lihat. Bahkan gadis itu mengabaikan teriakan penuh tanya dari sang kakak.

Garneta tertawa miris, bersamaan dengan air matanya yang perlahan meluruh. Tawa cowok itu sudah cukup membuktikan jika cowok itu tak lagi membutuhkannya.

Sekarang garneta tau mengapa alvin tak datang kepemakaman mamanya. Mengapa cowok itu harus repot-repot menemani gadis menyedihkan sepertinya, jika ia dapat tertawa bahagia dengan wanita lain.

Satu demi langkah, perlahan garneta mulai mendekati kedua manusia yang tengah bercekrama itu. Manik mata mereka bertemu, dapat garneta lihat alvin yang memasang wajah terkejutnya.

"Kita putus!."

Garneta berlari kecil meninggalkan alvin yang hanya diam membatu. Ia fikir, cowok itu akan mengejar-ngejarnya seperti apa yang ia bayangkan. Namun, nyatanya semua itu hanya harapan semu. Hancur sudah perasaannya.

Flashback off

Helaan nafas panjang perlahan garneta lakukan, gadis itu terlonjak kaget dikala alvin menampakkan wajahnya tepat didepannya. Gadis itu bangkit, lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Ngelamun aja lo mantan." kekeh alvin.

Garneta memutar bola matanya malas, menyebalkan mendengar kata terakhir itu. "Apaan sih lo. Eh, lo kemana aja. Gue lama tau nggak nunggunya?!."

Dapat garneta lihat alvin memasang wajah konyolnya, melihat aksi itu membuat garneta berdecak kasar. Bisa garneta bayangkan apa yang akan dikatakan alvin nantinya.

"Lo nungguin gue. Ciee." goda alvin.

Nah benar kan. "Bacot lo. Ayo cepetan!."

                                ■■■
Tatapan memuja terus garneta pancarkan saat melihat tempat itu. Gadis itu berlari kecil menuju salah satu bangku taman didekat danau. Gadis itu langsung mengambil posisinya.

"Gila. Banyak yang berubah ya." garneta terus berdecak kagum.

Alvin menggelengkan kepalanya heran. "Udah berapa abad lo gak kesini?. Bagi gue biasa aja."

"Eh, jangan-jangan lo sering datang kesini ya. Makanya lo bilang biasa aja?. Gue hafal tau, ni tempat banyak yang berubah."

"Lo.. Gagal move on ya." garneta menatap horror kearah alvin.

Tiba-tiba alvin memasang wajah seriusnya, melihat hal itu membuat garneta meneguk salivanya susah payah. Sungguh, niatnya hanya bercanda.

"Iya." jawab alvin membuat garneta membelalakkan matanya.

"Dalam mimpi lo!." lanjut alvin.

Garneta berdecak menyaksikan alvin yang tertawa lebar disampingnya. Ingin sekali ia menyumpal mulut alvin dengan sepatu barunya ini.

"Eh, lo inget gak kalau lo pernah kecemplung didanau sana." alvin membuka obrolan.

Garneta ikut terkekeh pelan, sekelibat bayangan dimasa lalu melintas dipemikirannya. "Kan itu gara-gara lo kampret. Kurang kerjaan ngebuang tu kalung kesana."

"Habisnya lo ngejek gue. Gue kira lo nggak mau." alvin mengerucutkan bibirnya.

"Dan gara-gara lo. Gue masuk kedanau cuma mau mungut kalung lo." sambung garneta.

"Eh, lo masih nyimpen tu kalung."

Garneta tiba-tiba bangkit dari posisinya, membuat alvin refleks melakukan hal yang sama. "Udah gue buang."

Alvin menghela nafasnya kasar, lalu berlari kecil untuk menyusuli garneta yang perlahan menjauh.

***
Mohon
Vote
Dan
Comment:)

Hai, Mantan[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang