Entah hanya sebagai alasan
Atau kamu yang sengaja
Ingin mendekat.Seorang gadis tengah menduduki tubuhnya diatas pembatas rooftop sekolah. Angin yang berhembus cukup kencang membuat gadis itu memejamkan matanya. Menikmati hembusan angin yang menerpa kulit mulusnya.
Garneta perlahan membuka matanya, gadis itu menatap banyak pepohonan yang berada disekitar jalan sekolahnya. Raut wajah gadis itu hanya datar, namun ia sangat menikmati ketenangan ini.
Kaki panjangnya yang terjuntai kebawah digoyangkannya kedepan dan kebelakang. Sebuah nyanyian tanpa sadar meluncur dari bibir mungil garneta. Gadis itu tersenyum tipis.
"Temani aku tuk sebentar saja agar aku tak kesepian"
Seketika garneta menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang telah beraninya menyambung nyanyiannya barusan, gadis itu berdecak kesal dikala melihat alvin berdiri dibelakangnya.
Dapat garneta lihat alvin perlahan menduduki tubuhnya disampingnya. Garneta menggeser tubuhnya agar lebih berjarak dari alvin. Mengetahui hal itu membuat alvin terkekeh pelan.
"Lo masih suka lagu itu ya ternyata." alvin mencoba membuka pembicaraan.
Garneta mendesis kesal, apa sekarang mantannya itu tengah berusaha untuk akrab dengannya?. "Masalah buat lo?."
Alvin menggaruk tekuknya yang tak gatal, memberi cengiran lebarnya kepada garneta. "Ya gak sih."
"Ngapain lo kesini. Ganggu aja." ujar garneta sarkas.
"Terserah gue dong. Toh, ini juga tempat umum. Ya kan?." jawab alvin tak mau kalah.
Garneta menghela nafasnya panjang, lalu perlahan bangkit dari posisinya. Melihat aksi itu, membuat alvin juga ikut berdiri. Cowok itu memasang wajah datarnya.
"Kalau gitu, gue yang pergi. Gue males deket-deket sama mantan. Bye!."
Langkah garneta terhenti dikala alvin mencengkal tangannya. Gadis itu mendesis menatap alvin nyalang, apa lagi yang diinginkan cowok itu?.
"Apa lagi sih?!." garneta mencoba menahan emosinya.
"Gue mau nagih utang lo." tutur alvin.
Garneta mengerutkan dahinya bingung, lalu dengan cekatan berdiri didepan alvin. "Utang apa?. Gue nggak pernah ya ada utang sama lo!."
"Lo pikun ya. Gak inget pas kemarin dicafe lo nyuruh gue bayarin minuman lo." alvin mengangkat kedua alisnya,
"Ck. Yaelah cuma lima belas ribu doang. Pelit lo sampai ketulang-tulang ya." garneta merogoh sakunya, lalu memberikan uang dua puluh ribu kepada alvin.
"Tuh, gue lebihin lima ribu."
Garneta langsung pergi meninggalkan cowok itu. Alvin terkekeh pelan, menatap kepergian garneta dengan tatapan yang tak dapat diartikan.
■■■
Rasanya telinga garneta sudah panas mendengar celotehan dari kedua temannya ini. Lisa dan bella terus-terusan membahas mengenai kakaknya, entah hal apa yang mereka puja dari kakaknya itu.Bahkan, garneta yang lebih kenal dengan cowok itu. Tak pernah mengagumi kakaknya itu sedikitpun. Apa yola dan lita tak tau seberapa joroknya kakaknya itu. Bahkan garneta masih ingat saat celana dalam kakaknya itu tergeletak tak berdaya diruang tamu.
"Kak dafa kapan pulang sih net." lisa menatap garneta penuh harap.
Bella merangkul garneta, membuat empunya mengerutkan dahinya bingung. "Bayangin net. Lu punya kakak ipar secantik gue."
Garneta memutar bola matanya jengah, sungguh garneta hampir muak mendengar topik pembicaran seperti ini. "Apaan sih lu pada. Kakak gue udah mati."
"Idih. Mulut lo net!." lita memukul lengan garneta.
"Tau lo. Jahat banget sama kakak sendiri." timpal bella.
Langkah ketiga gadis itu tiba-tiba terhenti dikala seorang cowok berpenampilan urakan menghalangi jalan keduanya. Garneta mengerutkan dahinya bingung dikala cowok itu memberikannya sebuah cokelat.
"Gue suka sama lo."
"HAH?!."
Bukan garneta yang berteriak, namun lisa dan bella. Gadis itu hanya memasang wajah datarnya, menatap cowok yang barusan menyatakan perasaannya itu dengan datar.
"Lo kenal net?." bisik bella.
Garneta menggeleng pelan, dibalas anggukan kepala oleh bella. Sementara lisa hanya menyimak, ia harus tau kapan ia bisa menyambar pembicaraan.
"Gue tau lo bingung garneta nuella. Dan gue tau lo gak kenal sama gue. Tapi, cinta gak butuh harus kenal dulu kan."
"Jadi, gue cuma mau bilang. Gue cinta sama lo." lanjut cowok itu.
"G-"
Garneta terlonjak kaget dikala ada yang menyambar cokelat yang disodorkan kepadanya itu. Gadis itu menyatukan alisnya bingung dikala melihat alvin tengah menikmati cokelat itu.
"Woy, kok lo makan sih!." cowok itu menatap kesal kearah alvin.
Alvin mengangkat bahunya acuh. "Habisnya gak ada yang nerima. Ya.. Dari pada dibuang biar gue makan aja."
"Eh, lo k-"
"Pergi nggak lo. Gue muak liat muka lo. Cepet."
"Gu-"
"CEPET!."
cowok itu mendesis lalu pergi dari sana atas teriakan dari alvin. Garneta yang melihat aksi itu hanya memasang wajah datarnya. Toh, ia tak harus bereaksi berlebihan akan semua ini kan?.
Alvin menatap punggung garneta yang perlahan menjauh dengan decakan kasarnya. Lihatlah, bahkan gadis itu tak berterima kasih sama sekali padanya.
Tak mau memikirkan itu, alvin segera berlari kearah parkiran. Disana ada seorang gadis yang tengah menunggunya. Tentu alvin tak mau mendengar colotehan panjang dari gadis itu.
***
Mohon
Vote
Dan
Commentnya:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Mantan[Complete]
أدب المراهقينApa yang kalian fikirkan jika mendengar kata "mantan?". Enam huruf itu memang sudah menjadi topik umum dalam kehidupan. Lalu, mungkinkah mereka yang sudah berpisah dapat kembali bersama.