Hai, mantan 13

118 7 0
                                    

Luka yang ku torehkan
Demi bahagiamu

Sudah seminggu garneta dan alvin tak lagi terlihat bersama atau sekedar menyapa. Dan selama itu pula lah raut wajah masam terus terpasang diwajah mulus garneta.

Lebih tepatnya, garneta yang terus menghindar. Gadis itu terus berusaha agar tak bertemu bahkan bertatap mata dengan cowok itu.

Sempat mereka bertemu dikoridor sekolah sehari yang lalu. Namun, garneta malah memutuskan untuk memutar balik arahnya, membuat alvin menghela nafas akan itu.

Kekanak-kanakan memang. Namun, garneta benar-benar belum siap untuk menatap manik mata cowok itu. Ia takut, alvin akan tau jika ia masih mencintai cowok brengsek itu. Garneta tak mau jika alvin semakin mempermainkannya.

Kejadian dimana alvin mengatakan alasan jika ia dekat dengan garneta yaitu karena 'penasaran'. Kata-kata itu terus menyiksa garneta. Ia benar- benar muak terus dipermainkan cowok itu.

Bukan, ia muak dengan dirinya sendiri. Mengapa sulit sekali untuk melupakan cowok itu. Alvin seakan-akan sudah mengisi penuh pikiran dan juga hatinya.

"Woy net. Gawat.. Gawat."

Kehadiran lisa dan bella membuat garneta tersentak dari tidurnya. Gadis itu menatap nyalang kearah kedua manusia yang telah mengganggu tidurnya itu.

"Ck. Apaan sih." decak garneta kesal.

Lisa memukul-mukul sebuah meja yang digunakan garneta untuk tidur itu. Bahkan lisa mengacuhkan tatapan aneh dari semua teman kelasnya. Masa bodo dengan pikiran orang, ada yang lebih penting dari itu.

"Ada anak baru. Anjir, cogan lagi." akhirnya bella ikut bersuara.

Lisa menganggukkan kepalanya antusias. "Akhirnya, ada cogan juga selain si alvin, mantan lo net."

"Ist. Ngapain bawa-bawa nama dia sih. Bikin hari gue makin suram aja." desis garneta kesal.

Lisa refleks menutup mulutnya, gadis itu terkekeh pelan, menampilkan cengiran lebarnya pada garneta. Sementara bella hanya menggeleng heran, ternyata garneta belum sepenuhnya melupakan alvin.

"Ikut yuk."

Garneta menepis tangan lisa yang menarik- narik dirinya. Gadis itu memutar bola matanya malas. Apa tak ada hal berguna lainnya yang dilakukan selain membuntuti seorang murid baru?.

Memikirkan itu membuat garneta bergidik ngeri, lebih baik ia merebahkan kepalanya kembali diatas meja kayu ini. Dari pada harus mengikuti permintaan konyol kedua temannya itu.

Garneta terkejut bukan main saat bella dan lisa menyeretnya begitu saja. Gadis itu mengerang kesal, mau tak mau ia harus mengikuti kedua temannya ini.

Ketiga gadis itu refleks berhenti didepan kelas mereka, ketiganya menoleh kearah kanan menatap seorang cowok yang menatap dalam kearah mereka.

"Itu net. Anak barunya, ganteng kan?." bisik lisa.

Diam, membeku, garneta hanya mengatupkan mulutnya. Gadis itu enggan menjawab pertanyaan dari kedua temannya ini.

Tak beda dengan garneta, cowok didepannya itu juga memasang raut wajah yang sama. Bagaimana ia dapat bertemu kembali dengan gadis yang telah menyakitinya?.

                                ■■■
Hening menyelimuti kedua manusia ini, mereka sama-sama diam. Entah canggung ingin menyuarakan kalimat atau tengah mencoba memahami keadaan.

"Lo, apa kabar?." akhirnya satu pertanyaan lolos juga dari mulut mungil garneta.

"Gue, gak terlalu baik." jawab faris, lalu cowok itu terkekeh pelan.

Garneta hanya tersenyum kikuk dikala faris menjawab pertanyaannya sedemikian. Ia tau, cowok itu pasti terluka karena ulahnya.

Faris merupakan mantan dari seorang garneta. Dulu, pada kelas dua SMA mereka menjalin sebuah hubungan yang terbilang harmonis. Hingga akhirnya garneta meminta menyudahi hubungan mereka.

Tentunya faris sudah berusaha untuk mempertahankan hubungan mereka. Namun, garneta tetap kukuk pada pilihannya. Awalnya, faris menganggap hal itu hanya masalah kondisi saja. Namun, semuanya buyar dikala faris mengetahui jika garneta menjalin hubungan dengan cowok lain.

Ya, cowok itu adalah alvin. Seorang cowok yang berbeda sekolah dengan mereka. Semakin berjalannya waktu, faris mendapat kabar jika garneta sudah pindah sekolah. Faris hanya dapat tersenyum miris pada nasibnya. Hingga ia, bertemu kembali dengan mantannya ini.

"Ris. Maaf soal y-"

"Udahlah net. Lupain aja. Toh, semuanya udab terjadi kok. Masa lalu biar masa lalu." potong faris.

Bukannya tenang, justru garneta semakin merasa bersalah dikala faris melemparkan sebuah senyuman manis padanya. Garneta sadar, ia bodoh meninggalkan cowok sebaik faris demi cowok sebrengsek alvin.

"Jangan dipikirin net. Mungkin dulu lo cuma sekedar suka sama gue,... Bukan cinta. Dan asal lo tau, rasa suka itu cuma bersifat singkat. Dan mungkin karena itu juga lo ninggalin gue."

"Dalam hal ini lo gak salah net. Ini tu membahas perihal perasaan. Dan rasa cinta lo sama alvin gak ada yang salah." terang faris.

"Dan mungkin gue juga dapat karma akan kesalahan gue itu ris." lanjut garneta.

Faris menghadapkan tubuhnya menatap garneta, dahi cowok itu berkerut bingung. "Maksudnya?."

"Gue dipermainin sama tu cowok. Udahlah, muak gue kalau mau bahas soal dia." garneta tertawa miris.

Faris hanya menatap garneta dengan datar, entah mengapa ia merasa sedikit bahagia mendengar hal itu. Biarlah ia dikatakan jahat, toh ia hanya mencoba jujur akan perasaannya.

***
Mohon
Vote
Dan
Comment:)

Hai, Mantan[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang