Menyedihkan
Kata itu memang tepat untukkuLangkah kaki garneta terdengar santai, gadis itu menatap kedepan dengan gumamannya. Langkahnya terhenti, gadis itu menoleh menatap seorang siswi yang menatanya nyalang.
"Bilang apa lo hah?!." garneta mengeluarkan suara tingginya.
Siswi itu berdiri, menatap garneta dengan sorotan menantang. "Lo budek emangnya?!."
"Bukan cuma kulit lo aja yang lo jaga?!. Mulut lo juga dong. Masa perawatan gak seimbang?!." ujar garneta sarkastik.
Mendengar ucapan dari garneta itu, membuat siswi itu semakin kesal. "Emangnya gue salah ngomong gitu?!."
"Kan bener. Lo itu gak tau malu!." lanjutnya.
Garneta memutar bola matanya malas, ingin sekali ia mendorong siswi didepannya ini dari ketinggian lantai dua ini. "Lo kali yang gak tau malu. Ngomongin orang seenaknya, padahal diri lo belum tentu bener."
Plakk.
Dapat garneta rasakan pipi kirinya yang memanas, gadis itu tertawa renyah, kilatan amarah terpasang dimanik mata gadis itu sekarang. Garneta menendang kasar kaki siswi itu membuat siswi itu mengerang kesakitan.
"Sialan!."
Garneta refleks memejamkan matanya saat tangan siswi didepannya ini berniat untuk melayangkan tamparan. Gadis itu perlahan membuka matanya dikala tak merasakan pipi kanan atau kirinya memanas.
"Al-alvin."
"Pergi gak lo?!." teriakan alvin membuat siswi itu mengumpat. Tak mau memperkeruh suasana membuat siswi itu pergi dari hadapan mereka.
"Lo ngapain sih ribut sama tu anak?." alvin berusaha meimbangi langkah garneta.
Langkah gadis itu semakin cepat, malas juga membahas perihal hal tadi. "Gak penting."
"Kalau gak penting ngapain lo ladenin?." alvin masih berusaha meimbangi langkah garneta yang semakin cepat.
"Diem bisa gak?!." suara meninggi garneta membuat alvin membungkam mulutnya.
"Ya udah, pulang bareng?." tawar alvin.
Garneta menganggukkan kepalanya, lalu mengekori alvin menuju motornya. Gadis itu membiarkan alvin memasangkan sebuah helm untuknya. Keduanya menghilang meninggalkan asap-asap yang menari-nari diudara.
Kerutan dalam tercetak jelas didahi garneta, gadis itu menatap sebuah warung yang terletak dipinggir jalan dengan raut wajah bingungnya.
"Ngapain kesini?." garneta masih menatap warung didepannya.
"Main bola?!. Ya makan lah ta." alvin memutar bola matanya malas.
Garneta mendesis ia juga tau kalau mereka ketempat ini untuk makan. Namun pertanyaannya adalah, mengapa alvin membawanya kesini?. Padahal tadi mereka tengah dalam perjalanan pulang.
"Ditempat ini?.""Iya. Tempat kesukaan lo." jawab alvin membuat senyum garneta merekah.
Keduanya perlahan memasuki tempat yang menjual makanan mie ayam tersebut. Keduanya mengambil tempat, lalu memesan makanan.
■■■
Sebuah motor sport berhenti didepan rumah yang bergaya minimalis. Perlahan garneta turun dari motor alvin, membuka helmnya lalu memberikannya kepada alvin."Lo gak mau mampir?." tanya garneta basa-basi.
Alvin menggeleng pelan. "Gak deh. Gak ada kakak lo soalnya."
"Ya justru bagus dong." garneta menggigit bibir bawahnya, merasa bodoh akan ucapannya barusan.
Alvin terkekeh pelan, mengusap rambut garneta. Gadis itu mematung, dapat ia rasakan pipinya yang memerah. Alvin sialan, membuat degup jantungnya berdetak tak karuan.
"Y-ya udah. Gue masuk dulu."
Alvin menganggukkan kepalanya, cowok tampan itu menatap punggung garneta yang semakin menjauh dengan tatapan yang sulit diartikan. Kemudian, cowok itu menghidupkan motornya dan meninggalkan kekediaman garneta.
"Hayo, lo balikan lagi ya sama mantan."
Raut wajah kaget terpampang nyata diwajah garneta saat ini. Gadis itu mendengus, menatap kesal kearah sang kakak. Pertanyaannya, sejak kapan kakanya itu ada disini?.
"Kapan lo pulang bang?." tanya garneta bingung.
Dafa memutar bola matanya jengah, adik macam apa ini. "Sejak tadi siang. Lo aja yang keluyuran, malah gak nyambut gue lagi."
"Idih. Penting gitu buat jemput lo?." garneta bergidik ngeri.
Dafa terkekeh pelan, cowok manis itu berjalan mengekori langkah garneta. Tentu cowok itu masih penasaran akan apa yang dilihatnya barusan. Apa adiknya itu telah kembali berhubungan dengan alvin.
"Dek. Lo balikan sama alvin?."
Garneta memberhentikan langkahnya, gadis itu membalikkan tubuhnya menghadap sang kakak. Sorot mata gadis itu tajam, membuat dafa tersenyum kikuk.
"Gue gak balikan bang."
"Masak. Trus ngapain lo jalan sama dia tadi?." dafa masih belum puas atas jawaban dari garneta.
Garneta berdecak kesal. "Ck. Emangnya sesama mantan harus musuhan gitu?."
Dafa menggaruk tekuknya yang tak gatal. "Nggak juga sih."
Garneta mengangkat bahunya acuh, lalu melanjutkan langkahnya kembali menuju kamarnya yang berada dilantai dua. Namun, langkah gadis itu terhenti ditangga keenam membuat dafa mengerutkan dahinya bingung.
"Tapi, gak nutupin kemungkinan kalau gue bisa balikan sama dia kan bang?."
***
Mohon
Vote
Dan
Comment:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Mantan[Complete]
Teen FictionApa yang kalian fikirkan jika mendengar kata "mantan?". Enam huruf itu memang sudah menjadi topik umum dalam kehidupan. Lalu, mungkinkah mereka yang sudah berpisah dapat kembali bersama.