Aku yang terlalu memikirkan
Atau kamu yang tidak
Berperasaan?.Langkah garneta terlihat gontai bahkan sangat jelas jika dilihat dari radius jauh sekalipun. Teriknya panas matahari sepertinya sama sekali tak membuat semangat seorang garneta memudar.
Lalu bagaimana dengan perkataannya beberapa jam yang lalu?. Menjaga kulitnya tetap kinclong sebagai aset kejombloannya?. Sudah, lupakan saja.
Bibirnya terpasang seperti mulut bebek, dengan raut wajah yang jauh dari kata bahagia. Sesekali gadis itu menendang sebuah batu yang tidak bersalah.
Huff
Garneta menghela nafasnya panjang, gadis itu menatap sebuah bangunan cafe dengan penuh harap. Perlahan kaki jenjangnya membawa gadis itu masuk, lalu menempati sebuah meja kosong.
Sebuah meja yang terletak persis ditengah-tengah itu menjadi pilihan garneta. Entah apa alasannya, biasanya orang-orang akan lebih memilih meja dibagian sudut didekat kaca jendela besar. Namun, garneta lebih memilih ditengah keramaian.
Jika jus mangga ini bisa berbicara maka sepertinya ia akan memarahi garneta. Pasalnya, gadis itu terus mengaduk-aduk minuman itu tanpa berniat untuk meminumnya. Perlahan gadis itu merebahkan kepalanya diatas meja, memejamkan matanya dan berlalu kedunia mimpi.
Dua puluh menit kemudian...
Garneta mengerjapkan matanya pelan, menyadari sesuatu ia segera bangkit. Gadis itu menggaruk kasar rambutnya. Mengapa ia dapat tertidur ditempat umum seperti ini?.
"Eh,"
Gadis itu menatap penampakan yang berada persis didepannya dengan tatapan horror. Garneta menatap kesekeliking, mencoba meyakinkan diri bahwa ia tidak berada ditempat yang salah.
"Rumah lo digusur?. Sampe tidur disini segala!." cerocos alvin.
Garneta mendengus sebal, gadis itu mengelap sedikit sudut bibirnya. "Iye. Mau apa lo?!."
"Gimana kalau lo nginep dirumah gue. Gudang rumah gue lagi kesepian tuh." jawab alvin.
Garneta mengibaskan rambut panjangnya, membuat alvin refleks menutup matanya. "Oh ya. Gue gak minat tuh."
Menyadari kondisi yang tak semakin membaik, garneta perlahan bangkit. Gadis itu merapikan beberapa helaian rambutnya yang berantakan lalu memandang alvin dalam.
"Eh, mantan bucin gue. Bayarin minuman gue ya. Oke,thanks. Bye!."
Setelah mengatakan kalimat itu garneta segera berlari sekuat mungkin. Gadis itu menghilang dalam sekejap mata dari hadapan alvin. Cowok itu mendesis, memutar bola matanya jengah.
■■■
"Garneta pulang!."Tentu saja tidak akan ada yang menjawab, toh gadis itu hanya tinggal sendiri dirumah besar itu. Garneta melepas sepatunya, lalu perlahan memasuki rumahnya.
Ting!
Suara bel rumahnya membuat garneta menghentikan langkahnya. Gadis itu berbalik, lalu perlahan membuka pintu utama rumahnya tersebut.
Garneta berdecak, lalu mengulurkan tangannya untuk menerima makanan yang dibawa oleh ojek online tersebut. Kemudian, garneta menutup pintunya, berjalan memasuki rumah luasnya itu.
Sebenarnya, hampir setiap hari garneta dikirimi makanan sejenis ini. Awalnya, gadis itu tak mau menerima namun karena makanan itu yang terus datang tanpa henti membuat gadis itu terpaksa memakannya.
Jangab fikirkan bahwa garneta akan langsung memakannya. Bahkan, gadis itu memeriksa makanan itu terdahulu, apakah mengandung racun atau tidak. Emang dasarnya saja seorang garneta yang cuek bebek, ia tetap memakan makanan itu memikirkan bahwa itu hadiah dari tuhan.
Sebuah suara musik memuat perhatian garneta teralihkan dari makanannya ke ponselnya. Tangan panjangnya terulur mengambil benda pipih itu lalu mengangkat panggilan dari sang penelfon.
"Woy dek. Lu masih idup kan?."suara sang kakak membuat garneta berdecak kesal.
"Gak. Ini arwahnya yang ngomong."
Dapat garneta dengar saudara laki-lakinya itu tertawa dari seberang sana. Gadis itu tersenyum tipis, sudah lama ia tak mendengar tawa sang kakak.
"Jangan becanda deh lo dek. Lo kira lucu apa?!."
Garneta memutar bola matanya jengah, jika kakaknya itu ada disini bisa ia pastikan kakaknya itu akan merasakan tinjuan maut dari seorang garneta.
"Mon maap ya. Yang ketawa tadi siapa ya? Setan?!."
"Iya-iya. Gue cuman mau ngomong. Pintu rumah jangan dikunci. Ntar, barang-barang mahal gue pada ilang digondol maling."
Tutt..
Garneta memutar bola matanya malas. Kakak macam apa itu fikirnya. Bayangkan saja setelah mengucapkan kalimat menyebalkan itu, saudara laki-lakinya itu langsung menutup telfonnya sepihak. Menyebalkan.
Garneta mengerutkan dahinya bingung saat menyadari sesuatu. Mengapa tadi alvin tiba-tiba duduk didepannya?. Dan mengapa alvin berada ditempat yang sama dengannya?. Ah, lupakan saja, mau jungkar balik pun alvin. Bukankah ia seharusnya tidak peduli pada mantannya itu bukan?.
***
Mohon
Vote
Dan
Commentnya:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Mantan[Complete]
Teen FictionApa yang kalian fikirkan jika mendengar kata "mantan?". Enam huruf itu memang sudah menjadi topik umum dalam kehidupan. Lalu, mungkinkah mereka yang sudah berpisah dapat kembali bersama.