Aku terus berjalan
Melupakan fakta jikalau kamu
Sudah berlariEntah mendapat pemikiran dari mana, seorang gadis dengan senyuman merekahnya tengah berjalan menuju taman belakang sekolah. Sebuah kotak bekal turut dibawa garneta, gadis itu berniat ingin memberikan makanan itu kepada mantannya, alvin.
Ia tak peduli jika alvin nantinya berfikir yang aneh tentang dirinya. Ini kemauan hatinya, ia harus tetap melakukannya. Sungguh, rasa cinta itu kembali mengembang, membuat dunia garneta hanya tertuju pada cowok itu.
Garneta akui sifat alvin masih semu. Hingga detik ini ia tak tau menyimpulkan apakah alvin masih menyimpan rasa untuknya atau tidak. Bodoh memang, padahal dulu ia yang memutuskan hubungan dengan cowok itu.
Manik mata garneta melebar, ribuan besi tajam seakan tengah menghujam hatinya. Mata gadis itu mengabur, genangan air mata telah berkumpul dipelupuk matanya.
Gadis itu tersenyum kecut memandangi pemandangan indah didepannya. Dua lawan jenis yang tengah berpelukan. Gadis itu, gadis yang sama dengan yang menghancurkan hubungannya dengan alvin dulu.
Sebenarnya, lisa dan bella sudah menyarankan agar ia menghampiri gadis itu. Namun garneta menolak mentah-mentah atas usulan itu, ia tak mau jika hatinya akan lebih sakit jika mengetahui fakta yang lainnya.
Perlahan namun pasti garneta melangkah mundur, ia tak memiliki keberanian untuk menghampiri mereka, dan bertindak seolah-olah tak terjadi apa-apa.
Ia gadis normal pada umumnya yang sakit jika melihat orang yang ia cintai tengah bersama wanita lain. Ia muak, lelah, terlalu bodoh masih mengharapkan cowok itu.
Hal apa lagi yang dapat diharapkan?. Mereka yang sudah berpisah hampir satu tahun itu tak memupuk kemungkinan jika alvin mencintai gadis lain. Dan sepertinya gadis tadi yang menjadi pelabuhan alvin.
Lagipun, apa yang akan diharapkan dari gadis cuek sepertinya. Ya, selama ia menjalin hubungan dengan alvin, garneta begitu cuek seakan tak peduli dengan cowok itu. Mungkin, itu salah satu akibat hingga alvin mencari wanita lain.
Sungguh, garneta bersifat sedemikian hanya agar ia tak dapat dikuasai cowok lain. Garneta masih mengenang kejadian dimasa SMP dulu. Dimana, seorang temannya yang dirampas kesuciannya karena begitu penurut kepada pacarnya.
Dan salahkah garneta bersikap sedemikian. Ia hanya ingin melindungi dirinya. Lantas, apakah harus sesakit ini balasan dari semua itu?.
Garneta terkekeh pelan, diiringi dengan matanya yang memerah. Tenggorakannya tercekat tak bisa mengeluarkan kata-kata. Sebuah tempat sampah didekati garneta, lalu membuang kotak bekal itu didalam sana.
■■■
Dengusan pelan terus terdengat, decakan kasar pun turut terdengar diarea sana. Garneta melarikan dirinya menuju rooftop sekolah agar alvin tak menemukannya.Sekelibat pertanyaan terus menari-nari dipemikiran garneta. Alasan apa yang membuat alvin mendekatinya?. Dan mengapa cowok itu tiba-tiba bersikap baik kepadanya.
Rasanya kepala garneta ingin meledak memikirkan masalah ini. Apalagi ia mengingat kenangan dulu dikala alvin lebih memilih bersama wanita lain daripada menemani ia yang tengah berduka.
Seharusnya dari peristiwa itu garneta sadar, bahwasannya gadis itu lebih penting dari pada dirinya. Namun hanya dengan perlakuan manis cowok itu, membuat garneta melupakan fakta yang ada dan menerima cowok itu kembali dalam hidupnya.
"Tata?."
Suara itu, panggilan itu, garneta sangat hafal. Tata merupakan panggilan spesial dari mamanya, dan dilanjutkan oleh cowok lain.... Alvin.
Tiba-tiba kenangan ditaman belakang sekolah tadi berputar-putar diingatannya. Mengapa tenggorokannya terasa tercekat seperti ini?. Bodoh!.
"Ta?."
"Stop. Jangan mendekat!."
Langkah alvin terhenti, cowok tampan itu mengerutkan dahinya bingung atas perubahan garneta. Ada apa dengan gadis itu?.
Pergerakan garneta terhenti dikala alvin mencekal tangannya, cowok itu membalikkan tubuhnya dengan mudah, membuat alvin tau jika matanya tengah mengeluarkan cairan bening.
"Ta, lo nangis?. Siapa yang udah bikin lo nangis?." nampak raut wajah cowok itu yang khawatir.
Garneta terkekeh pelan, menepis cekalan alvin. Lo?!. Lo yang udah bikin gue nangis!."
"M-maksud lo apa. Gue nggak paham, sumpah!." alvin mencoba menggenggam tangan garneta, namun gadis itu berjalan mundur.
"Kita balikan sekarang, gimana?!."
Pertanyaan dari garneta membuat alvin mematung. Cowok itu tak tau harus bersikap bagaimana, tiba-tiba mulutnya terasa kaku untuk mengeluarkan kata-kata.
"Kenapa?. Gak bisa?." suara garneta kembali terdengar.
Alvin memejamkan matanya kuat, sekelibat bayangan masa lalu membuat pusing melanda cowok itu. Tanpa sadar, keringat dingin menyeluruh membasahi wajah alvin.
Garneta yang melihat perubahan alvin hanya tersenyum miris. "Gue gak tau vin alasan lo deketin gue. Mungkin, cuma gue yang berlebihan kali ya."
"Gue cuma mau nunjukin sama lo ta, kalau sesama mantan itu gak selalu harus musuhan."
"Dan gue cuma penasaran, lo masih cinta atau nggak sama gue?." lanjut alvin.
Refleks garneta membuka mulutnya, diiringi air matanya yang semakin meluruh deras. Gadis itu bertepuk tangan, membuat perhatian alvin tertuju pada cowok itu.
"Penasaran ya?." gumam garneta.
Plak
Alvin memejamkan matanya dikala mendapat tamparan dari garneta. Ia tau, ia pantas mendapatkan hal itu. Ia tak bisa menghindar jika ini memang kesalahannya.
"Dan gue bakalan hapus penasaran lo vin. Lo bener, gue masih cinta sama lo, bukan, bahkan sangat!."
"Dan karena lo udah dapet jawaban dari rasa penasaran lo. Gue mohon, mulai hari ini anggap kita sebagai orang asing yang tak saling mengenal. Jauhin gue."
***
Mohon
Vote
Dan
Comment:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Mantan[Complete]
Teen FictionApa yang kalian fikirkan jika mendengar kata "mantan?". Enam huruf itu memang sudah menjadi topik umum dalam kehidupan. Lalu, mungkinkah mereka yang sudah berpisah dapat kembali bersama.