Ketertutupan lo itu yang buat
Masalah ini semakin
RumitTatapan garneta masih berpusat pada sebuah gelas kaca yang berada dihadapannya. Tatapannya beredar posisinya yang tengah duduk dimeja makan membuatnya leluasa menatap kesekeliling. Gadis itu menghela nafasnya panjang, lalu menggelamkan kepalanya dikedua lipatan tangannya.
Rasanya kepala garneta ingin pecah saja mendengarkan semua penjelasan itu. Tentang gadis yang menjadi perusak hubungannya itu adalah sepupu alvin, sampai penjelasan lainnya yang masih semu.
Ia tak sanggup lagi mendengar berbagai macam alasan. Ia takut, alvin akan membohonginya lagi. Ia takut memulai jika nanti akhirnya akan seperti ini lagi.
Bisa dikatakan garneta seorang gadis pengecut. Ia hanya tak ingin hatinya yang rapuh ini semakin hancur. Apa salah untuk melindungi diri sendiri?.
Dafa yang baru menuruni tangga terkesiap menatap garneta. Terasa aura berbeda dari adiknya itu, terlihat benar-benar kacau. Dengan cepat, kakak dari gadis itu berlari kecil menuju garneta.
Usapan dikepalanya membuat garneta mendongakkan kepalanya. Kening dafa semakin mengerut dikala melihat mata garneta yang memerah.
Dafa menggeser sebuah kursi untuk lebih dekat dengan garneta. "Lo kenapa dek?."
Garneta menggelengkan kepalanya, mulutnya tak bisa mengeluarkan kata-kata. Tenggorokan gadis itu terasa sakit dikala ingin mengutarakan kalimatnya.
Dafa mengusap rambutnya gusar, lalu mendekap garneta kedalam pelukannya. Ia sangat menyayangi adiknya ini, hanya garneta satu-satunya keluarga yang dimiliki dafa. Tentu ia sangat sakit melihat adiknya dalam keadaan seperti ini.
"Lo kenapa?." lirih dafa.
Garneta melerai pelukan dafa, gadis itu menghela nafasnya panjang. "G-gue, bingung bang."
"Hah?. Bingung kenapa?." tanya dafa.
Garneta mengadahkan kepalanya keatas, mencegah air mata itu untuk turun. "Panjang ceritanya. Gue bingung jelasinnya."
"Ada hubungannya sama alvin?." tebak dafa.
Garneta menganggukkan kepalanya, membuat senyuman tipis tercetak diwajah manis dafa. "Entah ada hal apa yang terjadi diantara kalian. Gue cuma mau bilang, kalau lo ragu akan sesuatu lo harus tanya langsung sama orang itu dek. Kalau lo cuma nebak-nebak kayak gini cuma buat lo makin kebingungan."
"Lo tau, gue benci liat lo dalam keadaan kayak gini dek. Jangan siksa gue." lanjut dafa.
■■■
Entah sudah berapa lama kedua manusia ini saling diam. Tatapan keduanya masih bertahan, namun mulut mereka masih bungkam.Hembusan angin malam membuat rambut panjang garneta berterbangan. Gadis itu memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang menerpa kulitnya.
Ia bingung harus memulai dari mana, banyak hal yang ingin ditanyakan garneta. Namun gadis itu benar-benar bingung harus bertanya dari mana.
Perlahan garneta mendekat kearah alvin, tatapan keduanya masih belum terputus. "Ada yang ingin lo jelasin?."
"Hah?. Maksud lo apa sih ta?." ujar alvin lelah.
"Soal dulu, soal sekarang." tutur alvin.
Seketika alvin diam membeku, apa vania sudah memberi tahu garneta semuanya. Sepertinya belum, karena jika garneta sudah mengetahui segalanya pasti gadis itu sudah membencinya.
Flashback on
Alvin mengendarai motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia benar-benar terlembat untuk menemui garneta. Ia sangat yakin jika kekasihnya itu akan mengamuk.
Apakah garneta masih menunggui ia ditaman semalam ini?. Tentu alvin takut jika gadis itu masih menunggunya, ia tak akan memaafkan dirinya sendiri jika gadis itu sampai kenapa-napa.
Tatapan alvin menyipit dikala melihat sesuatu berjalan melintas dihadapannya. Mata alvin melebar saat menyadari seorang ibu-ibu melintas tanpa memperhatikan jalan.
Cowok itu segera menekam remnya sekuat tenaga, kecepatannya yang sangat tinggi waktu itu membuat alvin sangat kesusahan untuk memberhentikan motornya.
Citt..
Tubuh alvin terhempas diaspal saat menghentikan motornya secara mendadak. Cowok itu sedikit meringis, lalu bangkit dari posisinya.
Alvin berjalan tertatih kearah seorang ibu-ibu yang berada didekat motornya?. Apa ia telah menabrak seseorang. Tubuh alvin semakin menegang saat melihat siapa yang telah ia tabrak. Ia sangat mengenal.
Flashback off.
"Vin."
Alvin mengerjapkan matanya, dapat alvin lihat tatapan garneta yang menuntut penjelasan. Mulut cowok itu terasa kelu, ia tak tau harus berbuat apa.
"Oke, kalau lo cuma diam, lupain apa yang gue bilang barusan. Dan memang seharusnya gue gak dengerin penjelasan dari gadis yang ngaku-ngaku sepupu lo itu. Gue terlalu berharap lebih perihal hal ini, gue terlalu berekspetasi tinggi.""Dan perihal lo yang cuma penasaran sama perasaan gue, sepertinya itu benar. Mungkin gue bagi lo, cuma sekedar barang percobaan buat mastiin sesuatu."
"Gadis kayak gue emang gak patut dicintai, gadis brengsek ka-"
"Cukup garneta?!." teriak alvin.
"Berhenti rendahin diri lo sendiri." bentaknya.
"Lo yang bikin gue sadar akan hal itu vin. Rasa penasaran yang lo bilang kegue membuat gue sadar akan posisi gue." teriak garneta tak mau kalah.
"Gue tau gadis kayak gu-"
"APA LO MASIH MAU SAMA GUE SETELAH LO TAU ORANG YANG MENYEBABKAN KEMATIAN MAMA LO, ADALAH GUE, HAH?!."
***
Mohon
Vote
Dan
Comment:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Mantan[Complete]
Teen FictionApa yang kalian fikirkan jika mendengar kata "mantan?". Enam huruf itu memang sudah menjadi topik umum dalam kehidupan. Lalu, mungkinkah mereka yang sudah berpisah dapat kembali bersama.