8. Bad Bad News

2.5K 301 26
                                    

Rara duduk sambil menopangkan dagu saat dia menunggu Mika mengantarkan sarapan untuknya. Dia datang terlalu pagi, setelah malam sebelumnya tidak bisa tidur. Bagaimana bisa dia tidur jika otaknya masih saja terus memikirkan kejadian di Tucker?

Mika datang membawa semangkuk bubur gandum yang masih mengepulkan uap dan secangkir kopi. Dia tersenyum maklum saat melihat Rara yang kini mengusap wajah dengan lingkaran hitam di sekeliling mata bagian bawah.

"Susah tidur ya?" tanya chef itu prihatin sementara Rara hanya menganggukkan kepala.

"Rara!" Seru Mika menahan gerakan tangan Rara yang sedang menuang saus untuk bubur gandumnya.

"Huh?"

"Kamu yakin mau makan bubur pakai kopi?" Kali ini Mika bertanya dengan heran. Dia melepaskan tangannya yang baru saja menahan Rara menuang kopi di atas buburnya.

Suara tawa tiba-tiba terdengar di samping Rara. "Kamu mikirin apa sih, Ra? Beneran suka makan bubur gandum pakai kopi?"

Mata gadis itu mengerjap beberapa kali, mencoba mencerna siapa laki-laki yang baru saja duduk di sampingnya. Di hitungan ketiga dia baru sadar. "Trius?"

"Kamu lupa sama aku?" decak laki-laki itu tidak sabar dan kesal.

"Bukan. Itu ... kenapa? Rambut kamu?"

"Oh ini." Trius mengangkat tangannya untuk menyentuh rambut yang sekarang terpotong pendek. "Mika bilang, ini lebih rapi," lanjutnya sambil tersenyum.

Rara tidak suka kalau Trius bersikap meremehkannya, namun ternyata dia juga tidak suka kalau laki-laki di hadapannya ini terlalu mengumbar senyum. Tidak baik bagi kesehatan jantungnya.

"Jadi ... ada apa di antara kalian?" Suara Mika mengagetkan Rara dan Trius.

"Tidak ada apa-apa," jawab mereka berdua bersamaan.

"Terlalu cepat, Mika pasti akan menyadari sesuatu." Rara mengeluh dalam hati melihat kuluman senyum sang Chef yang menggoda mereka.

"Ya ya ... silakan lanjutkan tidak ada apa-apa kalian. Aku harus menyiapkan sarapan." Mika berdiri, tidak memedulikan tatapan Rara yang memohon agar tidak ditinggal berdua saja dengan snowman yang saat ini masih sibuk menarik-narik rambutnya.

Trius tidak pernah memiliki rambut sependek ini. Dia agak menyesal membiarkan Mika memotong rambutnya. "Ra, rambutku aneh ya?"

"Aneh banget!" sahut Rara mengangguk-anggukkan kepala. Mau taruh di mana wajahnya kalau dia memuji Trius yang sebenarnya justru lebih tampan.

Ilmuwan muda itu menoleh dengan tatapan sedih, sampai Rara tidak mampu menahan tawa. Dia tertawa sambil memegangi perutnya, teringat betapa frustasi tatapan Trius hanya karana rambut.

"Stop laughing, Elsa! Kalau tidak aku bisa menciummu lagi di sini." Ancaman itu sukses. Mulut Rara langsung terkatup dengan wajah bersemu merah.

Saat badai, setelah Trius menciumnya dengan lembut lalu memeluknya agar tetap hangat, gadis itu hanya mematung dengan dada berdebar keras dan wajah memerah. Untunglah badai tidak selamanya berkecamuk, selang beberapa jam kemudian badai itu mereda dan mereka bisa melanjutkan perjalanan.

Sepanjang sisa perjalanan menuju Station, mereka berdiam diri. Rara terlalu canggung untuk membuka percakapan. Sedangkan Trius tidak yakin bahwa tindakan spontannya tadi diterima oleh Rara. Siapa tahu gadis itu sedang menggalang kekuatan untuk memarahinya nanti. Tapi pikiran itu langsung menguap ketika melihat Rara turun dari Tucker, menggumamkan ucapan terima kasih lalu langsung berjalan menuju kamarnya. Ada sesuatu yang hilang dari hatinya saat melihat gadis berambut panjang itu menjauh.

Beyond the Ice (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang