Part 16

430 68 14
                                    

"Angga!"

Cheril pun akhirnya berdiri berhadapan dengan Angga.
Angga masih menatap Cheril sambil tersenyum, sedangkan Cheril masih meyakinkan dirinya kalau orang yang di depannya betul Angga, bukan cuma halusinasinya belaka, hanya karena kebetulan dia baru saja memikirkan dia, efek dari melihat-lihat foto mereka.

"Kenapa?" tanya Angga, "Nggak percaya kalo ini beneran gue, nih pegang," lanjutnya sambil menyodorkan tangannya, yang langsung ditampik begitu saja ama Cheril.

"Dihh! Kok lo bisa ada disini sih?" Walau masih tak percaya entah kenapa Cheril lega melihat Angga baik-baik saja.
"Bukannya gue ya yang harusnya nanya gitu? Kalau gue kan emang rumahnya di sekitaran sini, nah lo tu rumah di Greenville keluyuran ke Pantai Mutiara, udah gitu masuk rumah orang tanpa ijin lagi, ck ck ck."
"Ish ... bukan rumah lo juga!" balas Cheril.
"Emang lo tahu ini rumah siapa?" tanya Angga lagi.
"Tahulah, yang punya orang asing, dan dia jarang pulang ke Indonesia.
Sejak gue pertama ke sini, nggak pernah lihat ada tanda-tanda kehidupan sih di sini. Tapi tiap beberapa waktu sekali tetap ada orang datang buat bebersih kayanya, soalnya masih kerawat banget," terang Cheril sok tahu, Anggapun menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Cheril.
"Tahu dari mana?" tanya Angga kemudian.
"Pak Satpam," jawab Cheril singkat.
"Pak Sat ... ohhh ... pantes ya waktu kapan hari lo pinjem helm kok kaya udah akrab gitu sama mereka."
Cheril hanya tersenyum mendengar itu.
"Dan pantes juga lo nggak pernah ditangkep ya?!"
"Siapa bilang?! Justru gue pernah ditangkap makanya bisa kenal sama mereka."
"Trus? Tapi lo dilepasin?"
"Iyalah, gue nggak ngapa-ngapain kok," jawab Cheril santai.
"Wah musti gue laporin ni para Satpam," ujar Angga pura-pura memegang ponsel seperti hendak menelepon seseorang.
"Jangan!" Tiba-tiba Cheril merampas ponsel Angga, membuat Angga kaget, "Kejam amat sih lo, gue tu beneran nggak ngapa-ngapain, kasihanlah kalau sampai ada yang dipecat gara-gara gue!" hardik Cheril.
Anggapun menahan senyum, tadi dia betul-betul hanya bercanda.
"Cher, memasuki pekarangan orang lain tanpa ijin, itu tetap kejahatan lho," terang Angga sengaja hiperbola.
"Lo sendiri, sekarang ada di sini ngikutin gue, lo juga masuk rumah orang kan?!"
"Gue─"
"Gue apa hayo ...? " dipotongnya ucapan Angga.
"Gue ... udah lama mau melakukan ini ...." Tiba-tiba Angga mengayun tinjunya ke arah muka Cheril dan refleks Cheril sedikit menggerakkan kepala ke arah kanannya dan menangkis tinju Angga dengan tangan kirinya, Anggapun tersenyum, tangannya masih mengepal lurus di samping kiri kepala Cheril.
Cheril jelas tidak tersenyum sama sekali, ditatapnya tajam mata Angga.
"Nice reflex!" Anggapun menarik tangannya dan duduk di dermaga.
Cheril pun ikut duduk, dan mengembalikan ponsel ke Angga, yang diterima Angga masih sambil menatap Cheril lekat.

"Lo masih sering kesini?"
Cheril menggeleng, "Sejak malam itu, baru ini gue kesini lagi."
"Kenapa? Kangen gue ya?" tanya Angga ceplas-ceplos menggoda Cheril.
Cheril hanya tersenyum santai menatap balik Angga, Mungkin iya, gue cuma penasaran gimana kabarnya lo? batin Cheril, tetapi nyatanya dia menjawab, "Jangan Ge Er, ayam tetangga gue kemarin mati, karena hobinya keGeEr-an," jawab Cheril iseng.
"Lo nglayat?" jawab Angga juga asal. Kemudian lagi-lagi mereka saling tatap serius yang disusul tawa bersama yang sangat lepas. Rasanya Cheril benar-benar lega, semenjak beberapa waktu terakhir sudah lama dia tidak tertawa seperti ini.

"Lo apa kabar?" tanya Angga kemudian setelah mereka berhenti tertawa.
"Gue baek, lo? Yang tiba-tiba menghilang, gimana kabarnya?" tanya balik Cheril.
"Gue juga baik, dan gue nggak menghilang, disini aja, lo punya WA gue tapi lo juga nggak chat gue duluan, kenapa, gengsi?"
"Takut ganggu," jawab Cheril singkat sedikit mengejutkan Angga.
Sedikit berpikir, apa Angga harus mengatakan ini.

"Sebenarnya beberapa waktu belakangan gue niatnya memperbaiki hubungan gue sama Echa, gue benar-benar meluangkan waktu sebanyak-banyaknya buat dia, sampai gue belain nggak latihan, malah nemeni dia makan di cafe, nge-mall, nonton dan banyak lagi ... " berhenti sejenak, Cheril masih menyimak, menunggu Angga melanjutkan, "tapi akhirnya hati kecil gue nggak bisa bohong, rasa yang dulu pernah gue rasa buat dia, sudah beda ... " lagi dia diam sebentar, sebelum melanjutkan, "gue udahan sama Echa." Cheril tidak merubah raut mukanya hanya menatap Angga dalam.
"Lo baik-baik aja?" tanyanya kemudian.
"Better," jawab Angga sambil senyum.

Self Defense (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang