Part 6

489 61 7
                                    

"Ngapain lo malam-malam sendirian jalan kaki di sini? Masih pake seragam sekolah pula?" Bukannya membalas ucapan terima kasih Cheril, cowok itu malah melempar pertanyaan dengan mata penuh selidik.

"Baru balik dari rumah sodara, trus mo mampir mushola yang di depan," jawab Cheril spontan, nggak mungkin banget dia bilang kalau dia habis pinjam dermaga orang buat bergalau ria kan.

Cowok itu mengernyitkan kedua alisnya, melihat sebentar jam tangannya, Duh pasti dia mikir aku mau Shalat Isya deh.

"Kenapa nggak shalat di rumah sodara lo, atau sekalian aja Isya di rumah, trus kenapa jalan kaki, kenapa nggak minta anter sodara lo?" tanya cowok itu bertubi-tubi.

"Lebih suka kalo sholatnya di mushola, lebih khusyuk." Asal menjawab saja, Cheril sengaja melewatkan pertanyaan terakhir.

"Ya tapi kenapa musti sendirian jalan kaki, di sini tuh sepi banget, yang lewat cuma satu, dua."

Cheril diam bingung harus bohong apa lagi, dia yang memang nggak pintar berbohong cuma bisa membisu, malah menunduk kaya murid sekolahan yang sudah berbuat kesalahan dan lagi diomelin gurunya. Pas banget memang gambarannya, ditambah dia yang masih berseragam sekolah, hanya saja ini gurunya masih muda plus ganteng.

Melihat Cheril yang malah diam tertunduk, cowok itu cuma bisa geleng-geleng kepala, dan melanjutkan ocehannya.

"Lagian ya kalau waras, lo tu harusnya lari, teriak minta tolong kek, jangan sok jago ngadepin tiga orang laki-laki sendirian, walau lo mungkin bisa beladiri ...," cowok itu berhenti sejenak lagi-lagi memperhatikan Cheril dari atas ke bawah, sedangkan Cheril mulai mengangkat kepalanya menatap mata cowok di depannya, tapi masih diam sengaja menunggunya melanjutkan ocehannya "tapi apa lo yakin, lo bisa ngalahin mereka bertiga? Biar gimanapun lo perempuan dan mereka tiga laki-laki dewasa."

"Eh ya ... nggak usah dikasih tahu, gue juga tahu gue cewek dan mereka tiga cowok brengsek tadi. Dan apa tadi lo bilang, gue nggak waras? Mas, gue juga tadi udah niat lari, lo nggak liat aja tadi gue dijambak salah satu dari mereka.

"Gue juga niat teriak minta tolong kok, sebelum tadi Mas-nya dateng buat nolong, walaupun gue mikir, apa kalau gue teriak minta tolong bakalan ada yang denger ya, secara rumah-rumah di sini kaya nggak berpenghuni semua. Gue juga nggak mau mas sengaja berantem ngelawan mereka bertiga sekaligus, gue juga bukannya mau sok jagoan, ck!" Akhirnya dikeluarkan semua emosinya, dan tanpa sadar dia ngomel panjang lebar sampai matanya berkaca-kaca.

"Ya pokoknya, sekali lagi makasih Mas biar gimanapun saya utang budi sama Mas-nya, dan lain kali jangan main judge kalau nggak tahu situasinya," ucap Cheril sambil dia membalikkan badan berniat melanjutkan tujuan awal sebelum ada insiden tadi, "cowok dimana-mana sama aja," gerutu Cheril, yang mungkin masih bisa di dengar cowok itu. Dan entah kenapa tadi Cheril yang ber-lo gue malah mengganti sapaan ke cowok penolongnya menjadi mas.

Mendengar penjelasan panjang lebar Cheril, cowok itu sepertinya menyesal sudah menghakimi seenaknya, terlihat dari raut mukanya. "Wait ...."

Langkah Cheril terhenti, menolehkan kepalanya sedikit apa lagi, mo ngomel lagi?

"Biar gue anter lo ke musholanya." Refleks Cheril memutar badannya dan terheran, melihat cowok itu datang menghampirinya menunggu jawaban darinya.

"Umh, nggak usah, nggak jauh ini." Kikuk dia menyesal tadi juga sudah ngomel-ngomel.

"Ya walaupun dekat, tapi seperti yang tadi gue bilang, sepi, kalau mereka balik lagi gimana, bisa aja mereka malah bawa rombongannya balik ke sininya."

Cheril terlihat berpikir sejenak, kemudian menoleh melihat motor cowok itu dan tak lama cowok itu berjalan melaluinya menyambar pergelangan tangannya. "Yuk ... jangan kebanyakan mikir, makin malem ni, biar gue sekalian Isya di sana juga."

Cheril yang ditarik pelan menurut saja, bingung harus menjawab apa.

Dia nervous, seumur-umur belum pernah dibonceng naek motor ber-CC besar, apalagi dibonceng orang yang belum terlalu dia kenal. Sering si dibonceng abang ojek online, tapi kan biasanya cuma naek motor matic atau motor bebek.

Berkendara dalam diam, tak butuh waktu lama mereka sampai di mushola yang dimaksud. Keduanya duduk di teras mushola melepas sepatu masing-masing masih dalam diam. Cowok itu selesai lebih dulu dan langsung beranjak ke tempat wudhu pria, Cheril sempat memperhatikan sejenak sebelum dia juga beranjak ke tempat wudhu wanita.

15 menit kemudian ....

Cheril keluar dari mushola, melihat cowok itu duduk di teras mushola sedang memakai sepatunya kembali. Dia pun duduk di tempat dia melepas sepatu dan hendak melakukan hal yang sama, masih hening di antara mereka.

"Emangnya lo kalau sholat selalu ke mushola?" tanya cowok itu.

Cheril yang terkejut mendengar suara tiba-tiba cowok itu tidak langsung menjawab, "Nggak juga, di rumah ada mushola kecil keluarga." Yang ini dia tidak sedang berbohong, walaupun sebenarnya kalau di rumah dia tetap lebih sering sholat di kamarnya.

Semenjak mamanya meninggal setahun yang lalu, dan papanya yang semakin sibuk, nggak pernah ada lagi kegiatan shalat berjamaah di rumahnya. Cheril termenung mengingat kenangan itu.

"Oh, kalo di rumah sodara lo nggak ada?" lanjut cowok itu membuyarkan lamunannya, dan Cheril cuma tersenyum menjawabnya, tak ingin menambah kebohongan, sembari mengambil HP di saku seragamnya dan mulai membuka aplikasi ojek online.

"Gue Angga ...." Akhirnya cowok itu memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya, membuat niat Cheril untuk memesan ojek terhenti. Ditolehnya cowok itu dan dilihatnya uluran tangannya, Cheril belum juga membalas uluran tangan cowok di depannya.

Beberapa detik Angga menunggu, membuat dia mengedikkan alisnya bertanya.

"Eh ... Cheril."

Klotaaakkk

HP Cheril terjatuh ke teras dan merosot ke paving di bawah teras mushola saat dia hendak memindahkan HP ke tangan kirinya, karena tangan kanannya dia pakai untuk menyambut jabat tangan Angga. Refleks dia hendak mengambil HP nya, tapi tangan kiri Angga meraihnya lebih dulu, posisi duduk Angga lebih memudahkan untuk meraihnya lebih cepat dari Cheril, anehnya mereka belum juga melepaskan jabat tangannya, mereka baru sadar dan melepas jabatan itu saat Angga hendak mengembalikan HP Cheril.

"Makasih," kata Cheril menerima dan langsung mengecek kondisi body HPnya.

Author:
Akhirnya Cheril kenalan juga dengan penolongnya
Cher-cher.... Ga pulang-pulang kamu, dah malem ni woyyyy

Ayo divote dan dikomen

Self Defense (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang