Part 8

442 69 4
                                    

"Gue ajarin taekwondo, lo ajarin gue muaythai gimana?" tanya Angga tiba-tiba.
"Hah ...." Cheril semakin bingung dengan makhluk ganteng di depannya ini.

Tapi Angga tak berniat mengulang pertanyaannya tadi, entah apa yang dipikirkannya menanyakan soal kesediaan Cheril mengajari Muaythai. Pertanyaan itu keluar begitu saja secara refleks.

Cheril masih menunggu Angga mengulang yang tadi dia tanyakan sembari tetap melanjutkan acara makannya, asli kepiting saos padang ini enak banget, kapan-kapan mesti ajak Arya kesini ni.
Dan Angga masih diam juga asik menikmati makanannya.

"Gue nggak bisa ngajarin orang, kalau mau lo bisa dateng ke camp tempat gue biasa latihan," ujar Cheril tiba-tiba, kalau nggak salah dia bertanya soal ini kan tadi.
"Ah jadi tadi lo nyimak, kirain lagi mikirin yang sedang rapat."
Cheril cemberut mendengar reaksi Angga, "Kalo nggak mau ya udah," jawabnya.

Lagi-lagi Angga tersenyum melihat kelakuan Cheril yang menurutnya lucu ketika sedang merajuk.
"Dimana biasanya latihan?" tanya Angga kemudian.
"Kirain nggak mau ...."
"Yang bilang nggak mau siapa, itu kan kesimpulan lo sendiri aja."
Cheril semakin cemberut, "Di REAL."
"Dimana itu?"
"Tanjung duren, googling aja ntar juga nemu lokasinya." Tak lagi cemberut Cheril terlihat fokus mengorek daging kepiting, Angga dibuat heran dengan kelakuan cewek yang dinilainya cantik ini, tapi dia sama sekali nggak jaim pas lagi makan, lagi-lagi Cheril berhasil membuatnya senyum sendiri beda banget sama Echa pikirnya.

"Eh tapi gue mau diajarin taekwondo," ujar Cheril tiba-tiba mengejutkan Angga, yang ke gap karena lagi memperhatikan Cheril makan, "Celemotan ya gue? Eh tapi lo bener, di sini enak banget makanannya."
Dan Cherilpun melanjutkan konsentrasinya ke si kepiting.

"Suka banget kepiting ya kayanya? Enggak salah dong tadi orderan gue ya?" Sambil masih tersenyum Angga menyeruput es tehnya, menyudahi makan malamnya.

"Suka, bukan suka banget juga si. Tapi ini enak banget soalnya," jawab Cheril jujur, membuat Angga tertawa, kini bukan cuma tersenyum.

Dan akhirnya Cheril juga selesai makan, mencuci tangan dan mulutnya, kemudian mengelapnya dengan tisu, dilanjutkan meminum sisa es tehnya.
"Mau tambah minumnya?" tanya Angga, yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Cheril.
"Atau makannya mungkin, kepiting lagi?"
"Hah?? Enggaklahh, kenyang banget gue ni, duhh besok musti dibakar abis ni makanan malam ini," jawab Cheril.

"Dasar cewek."
"Kenapa dengan cewek?"
"Ya itu, sibuk mikirin burning fat, padahal lo mah proporsional aja. Apa yang mau dibakar si?"
"Duh, lo nggak bakal ngerti lah ...."
"Ya emang, gue kan bukan cewek."
Cheril tersenyum mendengarnya.

"Eh tapi gue beneran mau diajarin taekwondo, serius."
"Cari Dojang aja sana," jawab Angga.
"Dihh tadi katanya mau ngajarin?!"
"Itu kan kalau lo juga ngajarin gue, barter. Tapi kan lo nggak bisa."
"Ish ngeselin." Akhirnya Cheril menyerah, malas berdebat.

Lagi-lagi Cheril membuat Angga tersenyum, "Udah? Yuk!" Kemudian dia berjalan ke arah kasir untuk membayar makanannya, dan merasakan ada yang menoel sikunya, diapun menoleh ternyata Cheril sudah berdiri di belakangnya.

"Bagi dua yakk," ujar Cheril yang membuat Angga kebingungan, apanya yang bagi dua dia tidak menyuarakan pertanyaannya, tapi seolah bisa mendengar pikirannya Cheril melanjutkan, "Billnya, makannya bayar bagi dua."
"Halahh ... kirain apaan, nggak usah!" jawab Angga.
"Janganlah, gue nggak enak, udah ditolongin, dianterin, masa makan dibayarin juga."
"Anggap aja ini sebagai salam perkenalan kita." Anggapun membayar semua makanan mereka, dan langsung ke area parkir motor.
"Jangan gitulah, serius gue nggak enak ni ...."
"Nggak enak kasih kucing!" jawab Angga lagi, "Lo mau ikutan bayar?" tanya Angga tiba-tiba yang dijawab dengan anggukan oleh Cheril dengan semangat, "Bayarin parkir tu ke abang itu, nggak ada receh lagi ni ...." lanjut Angga sambil menunjuk ke tukang parkir.
"Dih ...." Cheril manyun tetapi tetap mengeluarkan selembar 2000 an dan memberinya ke tukang parkir.
"Makasih Mbak ...." jawab tukang parkir itu, "serasi Mbak, Mbaknya cantik, Masnya ganteng, motornya bagus. Cakep banget pokoknya, cucok," lanjut si tukang parkir sambil mengacungkan jempolnya, membuat Cheril dibuat bengong, sedangkan Angga yang ternyata sudah nangkring di atas motornya malah tersenyum lebar sama sekali nggak berniat menyanggah.

"Dih si Abang random amat."
"Random itu apaan mbak?"
Dan kali ini Anggapun tertawa lebar karena komentar si tukang parkir, sedangkan Cheril mulai manyun.
"Au ah bang," jawab Cheril sambil menaiki motor dan mengunci helmnya.
Dan Anggapun mulai melajukan pelan motornya meninggalkan area warung tenda tersebut ketika kemudian si tukang parkir berkata "Awet-awet yaaaaa," sedikit berteriak karena Angga mulai agak menjauh.

"Siap, Bang ...." balas Angga juga sedikit berteriak, membuat Cheril makin manyun dan Angga yang melihat itu dari spion semakin tertawa.
"Kok lo malah jawab siap si?"
"Anggap aja nyenengin orang, dapat pahala kan kita."
"Ya kan tapi sesat, dia jadinya percaya kalau kita benar-benar couple kan?!"
"Gak ada ruginya Cheril, buat orang senang, mau dijelasin juga kita nggak kenal siapa dia, belum tentu besok ketemu lagi ya kan?"
Cheril hendak membalas, tapi dia tidak tahu harus menjawab apa, dipikir-pikir, iya juga si dan itu kali pertama dia mendengar Angga menyebut namanya, kenapa namanya jadi terdengar lebih bagus si.... baru ngeh, namaku bagus juga.

Akhirnya mereka diam melanjutkan perjalanan, sesekali Cheril menunjukkan arah ke Angga, sampai akhirnya mereka berhenti di depan rumah Cheril.

"Makasih banget ya," ujar Cheril sembari melepas helmnya, kemudian melihat jam tangannya, tak terasa sudah lewat jam 9 malam.
"Dicariin pasti sama bonyok?" tanya Angga sembari menerima helm dari Cheril.
"Nggak kok, aman, Papa stay di RS malam ini."
"Oh ...." Tak ingin bertanya lebih banyak, pendek saja Angga menimpali.
"Bilangin makasih ke pak satpam juga ya pinjaman helmnya," lanjut Cheril.
"Hm."

"Eh ...." sentak Cheril membuat Angga menatap dalam mata Cheril, dan beberapa saat mereka saling tatap seperti itu, sampai akhirnya Cheril melanjutkan apa yang hendak dikatakannya tadi, "Umh ... gue ... gue ... gimana balesnya ni ke lo?"
"Bales apaan?" tanya balik Angga.
"Ya ini, semuanya sampai lo anter gue pulang dengan utuh gini ...." sambil tertawa garing Cheril melanjutkan.
"Bayar!"
"Hah, tu kan lo komersil." Dan mereka pun tertawa bersama.
"Jangan keluyuran malam-malam di tempat sepi lagi, bahaya. Walaupun lo bisa self defense. Tetap sebaiknya dihindari! Belum tentu lain kali gue bakal lewat kan?" panjang lebar Angga menasehati Cheril, yang dinasehati cuma nyengir.
"Kaya nenek gue lo, bawel!"
Diledek seperti itu Angga tak membalas.

"Balik ya gue."
"Eh beneran ni, gue gimana bales semua kebaikan lo?!"
"Jadi anak baik! Masuk sana! Balik gue ...." Dan belum sempat Cheril menjawab lagi, Angga sudah melajukan motornya, membuat Cheril kaget.
"Anggaaaaaaaaa ...!" teriaknya, "Makasih," lanjutnya lirih lebih ke dirinya sendiri, karena Angga sudah berlalu dan tidak mungkin mendengarnya.
Cowok aneh batinnya untung aja ganteng! Akhirnya dia memasuki rumahnya sambil tersenyum.

9:25
Cheril selesai melakukan ritual cuci muka, ganti baju dan lain-lain, diapun menaiki tempat tidurnya mengutak-ngatik HP nya, dan seperti yang dia duga, Arya tetap tidak menghubunginya sama sekali, bahkan satu pesanpun tidak.
Kesal sendiri, akhirnya dia mengaktifkan mode silent di HPnya dan berniat segera tidur, hari ini melelahkan, lelah hati dan lelah badan pikirnya, bisa self defense buat menghadapi lelaki iseng, tapi ilmu apa yang harus dia pelajari untuk melindungi hatinya, memikirkan itu sembari memejamkan matanya dan akhirnya terlelap.

Author:
Kalo ada typo mohon bantuan menandai

Dan tetap gak bosan minta votenya. Dukungan kalian berharga untukku semakin rajin menulis. Makasih

Self Defense (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang