"Hei!! Ngapain kalian?!" teriak cowok yang baru datang.
Cheril masih belum tahu apa dia kawan atau lawan. Refleks ketiga cowok memandang ke belakang Cheril, tak terkecuali Cheril tapi hanya sebentar, Cheril kembali memusatkan fokusnya ke tiga lawannya. Dia mengambil beberapa langkah mundur dan sedikit menyamping agar dia bisa melihat cowok keempat yang baru saja datang di lokasi. Dari sudut matanya dia melihat cowok itu berjalan mendekat membawa helmnya setelah memarkir motornya.
"Ngapain kalian di sini, beraninya sama cewek, banci ya lo pada?"
Cheril sedikit lega, ok smoga dia kawan, tapi dia tetap waspada.
"Jangan ikut campur ya lo!" Cowok kedua yang belum merasakan serangan Cheril sama sekali yang menjawab.
Duh smoga aja cowok ini bisa berantem, kalo dia ingin membantuku, aku nggak akan bisa melindungnya sambil melawan tiga cowok begundal sialan ini, kalo sampe ternyata dia nggak bisa berantem, pikir Cheril masih tetap waspada.
"Heh, ini komplek rumah gue, jangan bikin rusuh ya lo di sini! Brengsek!!" Cowok yang baru datang itu langsung maju menghadapi mereka bertiga sekaligus dengan gerakan yang sangat cepat menendang sambil berputar cowok pertama, melempar cowok ketiga dengan helmnya dan tepat mengenai kepalanya dan memukul cowok kedua di pelipisnya. Semua terjadi sangat cepat, Cheril pun sempat terkejut sesaat. Ketiga cowok itu ambruk, ada yang terjatuh di lututnya dan ada yang jatuh terduduk. Cowok yang membelanya itu berdiri mengambil posisi tepat di depan Cheril dengan posisi kuda-kuda.
Taekwondo? Cheril mengira-ngira dan bertanya sendiri mengamati posisi kuda-kuda cowok yang sekarang berada di depannya sambil mengingat jurus yang tadi cowok ini gunakan untuk menyerang tiga cowok begundal itu.
"Lo nggak papa?" tanya cowok itu tanpa menoleh pada Cheril, yang langsung dijawab anggukan oleh Cheril.
Tak mendengar jawaban dari Cheril, cowok itu pun menoleh ke belakangnya melihat kondisi Cheril yang masih di posisi kuda-kudanya. Ada kesan terkejut di mata cowok itu ketika melihat paras Cheril, dan Cheril melihat itu.
Cheril menatap balik cowok di depannya Damn, ni cowok ganteng bangeeettt, this is not fair! Eh duh Cheril ini bukan waktunya cuci mata. Merasa diperhatikan terus, dia mengedikkan dagunya seolah bertanya ke cowok di depannya.
"Gue tadi tanya, lo enggak pa-pa?" Ulang si cowok menanyakan hal yang sama,
Bukannya tadi gue dah jawab ya pikir Cheril heran, lalu tersadar. "Oh, iya gue nggak pa-pa," jawabnya, bego, iyalah mana dia liat kalo aku jawabnya pake anggukan.
Mendengar itu cowok tersebut langsung berbalik kembali memusatkan fokusnya ke tiga cowok yang masih kesakitan.
"Sini lo berdiri, lawan gue, jangan cuma berani sama cewek kalian, BANCI!!!"
Ketiga cowok itu berdiri masih sambil memegangi bagian tubuh mereka yang kesakitan, terdengar erangan pelan entah dari cowok yang mana, Cheril tak jelas melihat, pandangannya terhalang cowok di depannya yang baru Cheril sadari ternyata cukup tinggi ini.
"Brengsek, awas lo ...." Ini si cowok ketiga, Cheril mulai mengenali suara mereka, dia sedikit bergeser ke samping untuk melihat situasi. Ternyata sambil mengatakan itu dia bergerak ke arah mobilnya dan memasuki posisi kemudi mobil itu, kabur rupanya.
Disusul kedua teman brengseknya yang memasuki mobil sambil kesakitan. Belum sampai tertutup penuh pintu mobil, si cowok ketiga sudah tancap gas meninggalkan tempat tersebut.Akhirnya Cheril menghela napas lega, tangannya refleks melepas ikatan rambutnya yang dia tahu rambutnya pasti sudah acak-acakan.
Cowok itu memutar badannya lagi menghadap Cheril, sempat saling tatap beberapa detik, Cheril bahkan menghentikan gerakan tangannya yang hendak menguncir kembali rambutnya di udara, ditatap seperti itu.
Kemudian cowok itu berbalik, berjalan hendak mengambil helm yang tadi dia gunakan untuk melempar salah satu cowok pengganggu.
"Ehm ... ehm ...." Canggung Cheril membersihkan tenggorokannya yang seolah tercekat, masih syok dengan kejadian yang baru saja menimpanya dan syok dengan wajah penolongnya, "Makasi ya udah nolong gue," kata Cheril sambil melanjutkan gerakan menguncir rambutnya.
Tapi tak ada jawaban dari si penolong. Diperhatikannya gerakan cowok itu yang sedang mengelap helmnya dengan lengan jaket denim yang dipakainya, kemudian cowok itu berjalan lagi ke arahnya. Kembali menatap Cheril kali ini memperhatikan Cheril dari atas ke bawah kembali ke atas lagi.
Cheril yang diperhatikan seperti itu pun jadi merasa risih, apalagi yang merhatiin cowok ganteng kaya yang di depannya ini Ni cowok ngapain si, jangan bilang aku lolos dari mulut singa masuk mulut buaya ni ....
"Lo bener nggak pa-pa?" tanya cowok itu lagi, masih pertanyaan yang sama seperti sebelum-sebelumnya. Suaranya berat cowok banget lagi-lagi pikiran Cheril ngelantur.
"Iya nggak pa-pa kok, untung tadi lo datengnya di saat yang pas, makasih banget ya," jawab Cheril sambil memeriksa siku, lengan dan kakinya kalau-kalau ada yang terluka atau tidak. "Lo sendiri, nggak pa-pa kan? Sekali lagi makasih banget ya," lanjutnya, kali ini sambil menangkupkan kedua telapak tangannya dan meletakkan di depan dadanya.
"Ngapain lo malam-malam sendirian jalan kaki di sini? Masih pake seragam sekolah pula?" Bukannya membalas ucapan terimakasih Cheril, cowok itu malah melempar pertanyaan dengan mata penuh selidik.
Author:
Makasi ya buat yang mau meluangkan baca ceritaku, jgn lupa bantu vote, komen dan kasi masukan jg bolehLove U
KAMU SEDANG MEMBACA
Self Defense (Completed)✔
Roman d'amourDITERBITKAN (NOVEL DAN EBOOK) Sebagian part telah dihapus untuk penerbitan Cheril mulai jengah dengan pacarnya yang selalu sibuk sendiri dan jarang punya waktu untuknya. Hingga suatu malam dia dipertemukan dengan Angga yang telah menolongnya dari k...