Part 18

428 54 2
                                    

"Semuanya bagus Opa, tetap dilanjutkan jalan-jalan paginya, untuk pantangan makanan juga masih sama." Cheril benar-benar dibuat gemas oleh pasangan kakek dan cucu di depannya ini.

Setelah kemarin lusa menelepon, Arya benar-benar membawa Opanya kontrol di luar jadwal yang seharusnya.
"Tapi Opa kemarin tu tiba-tiba mengeluh dadanya berat Cher, jadi aku khawatir aja ada komplikasi lain gitu." Cheril tersenyum mendengar penjelasan Arya, sambil mengangguk sabar dan diselingi dia mengetikkan resep pada komputernya.
"Iya nggak pa pa kok, seperti yang udah Cheril jelaskan ke Opa, ke Arya juga waktu sebelum operasi pemasangan Ring, adalah hal yang normal kalau setelah operasi ada rasa sesak, nyeri di dada, atau lemas. Yang penting tetap konsultasi rutin, trus obat-obatan yang udah Cheril resepin dikonsumsi secara teratur, jaga pola makan dan tetap jalan pagi ya Opa." Sembari tetap tersenyum Cheril dengan sabar mengulang penjelasannya.

"Iya, iya Opa jalan pagi terus kok tiap hari." Cheril tersenyum sambil melanjutkan menulis resep mendengar jawaban Opa dari Arya, "Trus nak Cheril, kapan nikahnya sama Arya?" Mendengar pertanyaan ini Cheril sampai tidak sengaja salah mengetikkan huruf pada resep yang sedang diinputnya, suster Irma yang dari tadi juga di ruangan sampai tersenyum menahan tawa. Menarik napas, Cheril memaksakan untuk tersenyum, mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Arya, meminta Arya untuk menjelaskan ke Opanya melalui kode matanya, tapi Arya hanya mengedikkan bahunya, What?!?

"Opa ni, ada-ada aja deh, Cheril sama Arya tu sekarang cuma teman aja, kalo kaya sekarang ini hubungannya, dokter dan keluarga pasien, ya kan Ar?" Masih dengan senyum dipaksa dia sengaja melempar bola ke Arya, matanya pun sedikit melotot, tidak baik terus memberi harapan ke Opanya.
"Iya Opa." Pendek saja Arya menjawab.
"Ya itu kan sekarang, kita tidak tahu apa yang akan datang besok, seperti Opa ini, tadinya sehat tiba-tiba sekarang harus rutin kontrol ke dokter, ya kan? Betul tidak?" lanjut Opanya Arya lagi
Betul-betul sepertinya Arya mewarisi gen Opanya yang keras kepala, batin Cheril, Suster Irma tertawa kecil sampai Cheril memelototinya dan langsung membuatnya bungkam. Cheril hanya menjawab pertanyaan Opa Arya dengan senyum dan mengetik ulang resep yang tadi salah ketik.
"Umh okey, langsung ke bagian farmasi aja, ditunggu di sana untuk obatnya. Sehat terus ya, Opa." Cheril sengaja berdiri, agar Arya dan opanya juga ikut berdiri, bahkan mengantar mereka sampai ke pintu.

"Cher, kalau ada waktu malam ini aku mau ajak kamu dinner?" Di pintu Arya sengaja menyempatkan bertanya.
"Malam ini? Duh aku mau keluar sama cowokku harus beli baju buat kondangan. Nih, perawatku yang ini mau nikah soalnya," ujar Cheril setengah berbohong sembari menunjuk ke Irma. Arya yang mendengarnya langsung tampak lesu.
"Oh begitu, ya sudah."
Begitu menutup pintu Cheril langsung lega.
"Heran, Pak Arya nggak menyerah juga, Dok, padahal kode keras kalau udah ditolak juga udah dilancarkan, masih aja kekeuh," komentar Irma.
Cheril hanya geleng-geleng kemudian meminum air mineral di mejanya, "Entahlah, dulu dia nggak begitu," jawab Cheril.

***

Malamnya ketika Cheril baru pulang kerja dan memarkir kendaraannya di carport rumahnya tiba-tiba dia dikejutkan dengan kedatangan Arya.
"Cheril!"
"Arya? Ngapain kamu di sini?" Cheril sampai terlonjak saking kagetnya.
"Segitu nggak maunya kamu makan malam sama aku sampai-sampai kamu harus berbohong soal kamu harus belanja dengan cowok kamu?" tanya Arya kemudian membuat Cheril benar-benar bingung.
"Maksudnya?"
"Huh ... " Arya sampai berkacak pinggang, "kamu nggak pergi sama dia kan malam ini?" lanjut Arya.
Cheril berpikir, Arya pasti tahu sesuatu, dia nggak bisa terus bertahan dengan kebohongannya.
"Oh iya, tadi mendadak Heksa nggak bisa, tapi aku sendiri ada urusan lain dengan Iren temanku." Setidaknya dia tidak sepenuhnya berbohong, dia memang baru bertemu dengan Irene, ngobrol sana-sini saja, termasuk menceritakan kelakuan Arya dan Opanya tadi pagi.
"Ya tentu saja cowok kamu itu nggak bisa, karena dia sibuk sama yang lain. Huh!" Kata Arya sambil diakhiri mendengus.
Ni orang kenapa si? pikir Cheril, "Apalagi sih ini Ar, hari ini aku capek banget, aku benar-benar butuh istirahat, besok aku ada praktik pagi." Cheril tak peduli ocehan Arya, hanya ingin segera masuk rumah dan tidur.
"Cowok kamu itu ada main sama perempuan lain, makanya dia nggak bisa nemenin kamu, buat apa kamu bertahan sama lelaki seperti dia?" Arya menjelaskan panjang lebar.
"Kamu ngomong apa sih, Ar? Kamu nggak kenal Heksa!" Cheril tidak bisa terima Arya menuduh Heksa macam-macam, walaupun dia nggak menyimpan rasa untuk Heksa, tapi selama ini lelaki itu sudah banyak sekali membantunya.
"Kamu nggak percaya 'kan? Kamu mau bukti, ok kamu lihat ini!" Arya mengeluarkan HPnya entah dia membuka apa, kemudian dia menunjukkan foto Heksa bersama wanita bergandengan mesra di sebuah pusat perbelanjaan, "Bagaimana menurut kamu?"
Cheril menatap foto itu, "Mungkin itu saudaranya," jawab Cheril simpel walau dalam hati dia berkata kayanya jelas banget itu bukan saudara, but who?
"Saudara kamu bilang, jadi kamu masih tetap percaya sama cowokmu itu?" Cheril mulai malas menanggapi Arya dan berniat ingin langsung masuk ke rumahnya, tapi baru melangkah Arya sudah membalikkan badannya dengan menarik lengannya.
"Arya! Kamu apa-apaan si?!"
"Kamu harus lihat ini dulu, Cher!"
"Aku nggak mau Arya, udah deh kamu nggak usah lagi urusin hidup aku, cowok aku!"
"Tapi kamu harus lihat ini dulu, okey kalau setelah ini kamu masih tetap pada pendirian kamu, Fine! Tapi tolong lihat ini dulu," ujar Arya sangat memaksa, akhirnya Cheril mengambil HP Arya dengan kasar menunjukkan ketidaksukaan, "APA?!" teriaknya pada Arya.
"Kamu tekan aja play-nya."
Cherilpun memutar play pada video itu, melihat adegan Heksa dengan wanita itu di dalam Gedung Bioskop tapi lampunya dalam kondisi terang, okey mereka mesra, ada adegan si perempuan menyuapi si lelaki popcorn, bahkan adegan lelaki mencium kepala (rambut) si perempuan, Cheril bergeming, Jadi selama ini kenapa Heksa masih berkata manis-manis, sampai membuatku terlalu merasa bersalah dan nggak enak sama dia, ternyata gini, nggak ada bedanya laki-laki sama aja.

Self Defense (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang