Tadinya Cheril benar-benar ingin menuju mal Baywalk untuk sekalian mampir ke Gramedia dan membeli novel incarannya, tapi niatnya diurungkan. Padahal ojek online sudah mengantar dan menurunkannya di depan area pintu masuk Mal, tapi dia malah berdiri lama tak juga masuk ke dalam mal dan setelah beberapa menit dia kembali membuka aplikasi ojek online-nya, kali ini mengetik nama sebuah Komplek Perumahan yang untungnya tidak jauh dari lokasi mal itu.
Menunggu ojek yang dipesannya datang dia melihat jam tangannya, 4:20, Ah masih sempat, pikirnya. Dan Abang Ojek pun datang. "Mbak Cheril ya?"
"Iya Bang, yuk," jawabnya sambil mengenakan helm dan menaiki motor ojek online-nya.
"Pantai Mutiara ya, Mbak?"
"Iya, Bang."
Tidak sampai sepuluh menit ojek yg dinaiki memasuki kawasan perumahan mewah. Kebanyakan rumah di sini memiliki dermaga pribadi. Bukan hanya mobil mewah yang terpakir di halaman rumah, melainkan kapal pesiar pribadi di bagian belakang rumah adalah sebuah pemandangan biasa.
Oh, dan bukan, Cheril tidak tinggal di sini. Walaupun keluarganya juga keluarga berada, tapi sayangnya keluarganya tidak memiliki aset di perumahan ini. Dia sendiri menyimpan mimpi ingin memiliki rumah seperti di kawasan ini, yang memiliki dermaganya sendiri. Entah kenapa dia begitu menyukai suasana di komplek ini.
"Bang, stop di sini aja, Bang!"
Si abang ojek pun menghentikan motornya. "Di sini mbak?"
"Iya Bang," jawab Cheril sambil melepas helm dan mengembalikan pada si Abang, kemudian menyisir rambutnya menggunakan jari. "Makasih ya, Bang," tambah Cheril sebelum melangkah pergi meninggalkan abang ojek online
"Jangan lupa bintang limanya ya Mbak."
"Beres, Bang." Cheril menoleh sekali lagi ke si Abang seraya tersenyum. Ah aneh, padahal cuma tukang ojek online malah bisa bikin mood-nya sedikit lebih baik.
Sejenak dia mengawasi rumah mewah di depannya, suasana masih sama, kosong.
Dulu semasa dia masih SMP dia sering sekali ke tempat ini, tepatnya ke belakang rumah ini. Bukan karena dia mengenal pemilik rumah, dari dulu tempat ini masih sama tidak berpenghuni. Dia bersama sahabatnya Riana yang pertama mengajaknya ke sini. Saat itu dia takut-takut memasuki aset milik orang, Riana tahu akses untuk memasuki dermaga rumah ini dan walau saat itu Cheril merasa takut, tapi dia juga merasa tertantang dan penasaran.
Cheril pun tersenyum terkenang sahabatnya yang sekarang sudah pindah ke kota lain, dan kadang hanya sesekali bertegur sapa melalui media sosial.
Melompati tembok pembatas yang tidak terlalu tinggi bukan hal yang susah untuk Cheril, entah untuk ke berapa kalinya dia sudah melakukan ini. Walau beberapa bulan terakhir dia sudah jarang kesini, ah mungkin semenjak aku sama Arya.
Begitu mencapai dermaga dia melepas sepatu sekolah dan menentengnya, kemudian melanjutkan langkahnya bertelanjang kaki. Dia biasa melakukannya.
Pernah sekali waktu dia tertangkap security komplek, tapi sekarang dia malah berteman baik dengan para security komplek ini. Dari mereka dia tau, rumah ini milik orang asing dan memang tidak tinggal di Indonesia. Akan tetapi rumahnya tetap terawat karena setiap beberapa waktu tertentu ada orang yang datang untuk membersihkan rumah ini.
Sampai di ujung dermaga dia menarik napas panjang, lama menahannya sebelum akhirnya dia menghembuskan, "Huft ...."
Entah kenapa dadanya terasa sesak. Emosi dan kesal yang sedari tadi ditahannya akhirnya tak bisa dibendung. Air matanya menetes, dia menangis sendiri tanpa suara, kemudian terduduk di pinggiran dermaga, menatap sunset di hadapannya.Dia selalu menyukai suasana senja di dermaga ini, dermaga pribadi milik entah siapa. Dermaga yang dia pinjam ketika hatinya galau seperti saat ini. Biasanya suasana hatinya mendadak membaik setelah matahari benar-benar tenggelam. Seolah rasa gundahnya ikut tenggelam bersama sang surya.
Tak lagi menangis, bekas air mata di pipinya pun sudah mengering. langit juga mulai menggelap karena matahari sudah benar tenggelam, tapi dia masih nyaman duduk di sana, masih malas beranjak, menikmati diamnya dan tenangnya pantai mutiara. Suasana benar-benar sepi sampai yang terdengar hanya suara napasnya sendiri dan sesekali dari kejauhan suara kendaraan yang melalui komplek.
Cheril pun tersenyum. "I am OK now, thank you Sun, I always can count on you."
Dia pun berdiri memakai kembali sepatu sekolahnya dan beranjak meninggalkan tempat rahasianya. Iya, rahasia karena tak banyak yang tahu kalo Cheril sering kemari, tak juga Arya, iyalah mana sempat dia dengar ceritaku soal keindahan sunset di tempat ini, pikir Cheril.
Author:
Ga bosen ngingetin buat nekan tombol bintang pojok bawah okok
KAMU SEDANG MEMBACA
Self Defense (Completed)✔
RomansaDITERBITKAN (NOVEL DAN EBOOK) Sebagian part telah dihapus untuk penerbitan Cheril mulai jengah dengan pacarnya yang selalu sibuk sendiri dan jarang punya waktu untuknya. Hingga suatu malam dia dipertemukan dengan Angga yang telah menolongnya dari k...