7

1.8K 318 31
                                    

Hari senin merupakan hari yang sibuk, begitulah kata sebagian besar orang di dunia. Setelah beristirahat sejenak dari beribu aktivitas yang melelahkan. Kini orang-orang di seluruh belahan dunia harus kembali melakukan rutinitasnya. Jam pagi memang selalu sibuk, entah itu pegawai kantoran yang selalu terburu-buru, para pelajar yang tidak ingin dijemur di lapangan, atau sekedar ibu rumah tangga pulang dari pasar.

Gadis merah jambu masih tersenggal-senggal mengatur nafasnya, kali ini dia bangun kesiangan. Ibunya bahkan tidak membangunkannya, karena tidak terpikir anak gadisnya akan bangun terlambat. Mebuki menuju kamar anaknya saat jam dinding menunjukkan pukul 07.00, ketika Sakura tak kunjung turun untuk sarapan pagi. Dan pagi itu dimulai dengan teriakan menggelegar Mebuki.

Sakura merutuki nasibnya ketinggalan bus pertama. Siapa yang harus disalahkan di sini, sungguh ia tidak ingin dijemur di tengah lapangan. Kepalanya mendongak gugup ke arah datangnya bus, sesekali emerladnya melirik cemas ke pergelangan tangannya. Pukul 07.37 dan bus kedua baru akan datang pukul 07.45. Belum lagi pemberhentian yang dilakukan di setiap halte, sudah dipastikan ia akan terlambat. Ayahnya akan terlambat ke kantor jika mengantarnya dulu. Pulang ke rumah atau membolos bukanlah pilihan. Dia tidak ingin mendapat nilai eror di pelajaran Yamato-sensei. Lagipula siraman rohani dari ibunya harus diperhitungkan. Lari?

Dia baru saja akan berlari dari halte bus sebelum suara keras dari klakson mobil menyeruak ke indra pendengarannya. Gadis itu terperangah ketika kaca depan diturunkan menampakkan pemuda yang sangat dikenalinya.

"Cepat masuk, kita terlambat."

***


Pemuda bersurai dongker terlihat fokus mengemudi di jalan yang lumayan padat. Sesekali ia menekan pedal gas untuk menambah kecepatannya. Sasuke menulikan indra pendengarannya, mengabaikan sahabat kuningnya yang sedari tadi mengoceh mengeluhkan keterlambatannya. Jika bukan karena perjanjian bodohnya, sudah sedari tadi ia akan senang hati menendang pantat tepos Naruto.

"Bisa cepat sedikit. Kita bisa terlambat teme." Gerutu Naruto. "Lihat, ini sudah jam 07.35." Naruto melirik cemas pergelangan tangannya. Jarak ke sekolahnya memang tidak terlalu jauh, tapi lalu lintas yang padat bisa mengacaukan semuanya. "Lagipula kau juga sok bergadang."

"Eh, itu Sakura-chan kan?"

Kerutan halus tercetak di dahi Sasuke. Pemuda itu mengedarkan jendela onyxnya dan menemukan gadisnya yang jauh di sana akan segera berlari. "Tidak mungkin."

"Tumben Sakura-chan masih di halte jam segini." Pikir Naruto. "Ah, jangan-jangan kalian semalam-"

Sasuke hanya melirik sebentar, sekali lagi mengabaikan sahabat kuningnya. "Pindah ke belakang cepat."

Naruto menoleh ke arah Sasuke, kerutan samar tercetak di dahinya. Pemuda kuning itu merasa mobil yang ditumpanginya berhenti, dan suara klakson memasuki indra pendengarannya. Ah, ia mengerti sekarang. Naruto membuka kaca mobil dan menemukan Sakura yang tengah terkejut.

"Naruto?"

Pemuda kuning itu melirik sasuke, mendapati tatapan yang seakan menyuruhnya cepat keluar. Naruto hanya memutar matanya bosan. Ia segera membuka pintu mobil dan beranjak keluar, menimbulkan kerutan bingung di wajah Sakura.

"Apa yang-"

"Cepat masuk, kita terlambat." Naruto segera mendorong Sakura masuk, dan ia sendiri segera pindah ke kursi belakang.

"Sa-Sasuke-san." Kata Sakura pelan. Gadis itu berusaha menetralkan jantungnya yang tiba-tiba memompa darah dengan cepat.

Naruto menyeringai melihat tingkah kikuk Sasuke dan Sakura. "Heh sudah mulai memanggil nama kecil? Boleh juga."

Windows[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang