Taman asri dan sederhana di distrik Uchiha terlihat ramai di akhir pekan. Anak-anak kecil, remaja awal, bahkan kakek nenek tengah menikmati waktu kebersamaan ditemani sinar pagi yang masih malu-malu. Kedamaian yang mempertaruhkan segalanya dan tidak semua Negara mendapatkannya.
Pemuda bersurai gelap tengah duduk di bangku taman distrik Uchiha, manik kelamnya memandang beberapa anak yang tengah bermain, berlari dan tertawa bersama. Rasa rindu tiba-tiba menyeruak ke permukaan, di mana dia masih bocah kecil yang selalu menjadi penjaga petak umpet. Sasuke menarik sebelah sudut bibirnya, merasa selalu dipermainkan oleh kakak dan pamannya yang sialnya ia menurut demi bisa ikut bermain.
Pemuda itu berdiri, berlari pelan menuju kediamannya. Meninggalkan kenangan yang masih tersimpan rapi di relung hatinya. Keluarganya selalu menunggunya di rumah, meskipun ada yang kurang. Dan dia selalu bersyukur untuk itu.
"Tadaima."
"Okaeri Sasuke-kun." Sambutan hangat dari ibunya membuat Sasuke tersenyum tipis. "Cepat bersihkan diri, dan kita sarapan bersama." Sasuke mengangguk, segera menuju lantai dua untuk melaksanakan petuah dari ibu tercinta.
Langkah kaki itu terhenti, onyxnya memandang lekat manik kelam yang tengah menatapnya dengan sedikit menggerutu. "Kenapa tidak membangunkan ku?"
Kerutan samar menghampiri keningnya. "Aku sudah membangunkan kakek."
"Suamiku, asal kau tahu." Kaguya menyela. "cucuku ini sudah berkali-kali membangunkan mu." Kaguya tersenyum penuh arti menatap suaminya. "jangan salahkan cucuku.
Sasuke melihat kakeknya menghela napas kasar, terlihat sedikit merajuk. "Lain kali, aku akan membangunkan kakek." Pemuda itu tersenyum geli, neneknya akan selalu pasang badan untuknya. "Aku ke atas dulu, ibu bisa marah nanti."
"Ibumu tidak akan marah, jangan buru-buru." Kata Madara
Sasuke mengangguk, segera melanjutkan langkahnya yang terhenti. Sekali lagi, pemuda itu bersyukur kepada Tuhan, telah menghadirkan orang-orang yang tulus menyayanginya.
***
"Anata." Wanita itu duduk bersandar di kepala ranjang, sembari menepuk pelan ranjang di sebelahnya. "Lihat, Sasuke-kun semakin tampan." Mikoto menunjukkan lembaran foto 4R yang baru diambilnya beberapa hari lalu.Fugaku menggambil lembaran foto, memindai satu persatu wajah anak bungsunya. Istrinya tidak pernah berubah, Itachi dulu bahkan memiliki potret lebih banyak dari ini.
"Sasuke-kun benar-benar seperti dirimu." Protes Mikoto. "Aku harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan fotonya."
Fugaku tersenyum tipis, Istrinya merajuk sekarang. "Wajahnya sangat persis dirimu kau tahu." Fugaku mengangkat kedua alisnya, melihat beberapa potret seorang gadis yang diambil istrinya.
"Ah ini Sakura-chan." Kata Mikoto.
Fugaku mengangguk pelan, laki-laki itu menatap lekat potret seorang gadis yang sering dibicarakan ibu dan istrinya. Fugaku menatap potret terakhir, manik kelamnya sedikit menajam. "Mereka ada hubungan?" Mikoto hanya menggeleng tidak semangat.
"Sayang sekali." Fugaku menatap potret Sasuke dan gadis yang bernama sakura. "dia yang membantu ibu?" Mikoto mengangguk semangat. "sepertinya dia gadis yang baik."
Mikoto mengambil dua potret foto. "Aku akan segera kembali."
Fugaku menatap punggung istrinya yang telah menghilang di balik pintu kamar mereka. Laki-laki itu tersenyum tipis, istrinya memang selalu bersemangat jika menyangkut kehidupan asmara kedua anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Windows[✓]
Cerita PendekDari kedua jendela ini aku melihatmu. aku tahu kau melakukan hal yang sama denganku. Jauh sebelum itu kedua jendelaku sudah menyambutmu.